Pengertian Tauhid dan Pembahasan Ilmu Tauhid

Pengertian Tauhid dan Pembahasan Ilmu Tauhid

Kata Tauhid berasal dari bahasa Arab, bentuk masdar dari kata "wahhada yuwahidu" yang secara etimologis berarti keesaan. Yaitu percaya bahwa Allah itu esa atau tunggal. Dengan demikian maka yang disebut Tauhid adalah tauhidullah (mengesakan Allah swt). Jadi pernyataan atau pengakuan bahwa Allah itu esa atau tunggal yaitu terdapat pada kalimat tahlil yaitu Lailaha illallah yang diartikan dalam bahasa Indonesia "tiada Tuhan selain Allah".

Allah swt. memerintahkan agar kita memeluk ajaran atau agama tauhid. Para Nabi dan Rasul sebelumnya juga mewasiatkan ajaran tauhid ini. Dalam al-Quran surat al-Anbiya ayat 92 dan surat al-Baqarah ayat 133 Allah swt. berfirman.

إِنَّ هَٰذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ

Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku. (Q.S. al-Anbiya: 92)

أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَٰهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (Q.S. al-Baqarah: 133)

Nabi Muhammad saw. (sebagaimana para Nabi dan Rasul sebelumnya) diutus untuk menyampaikan ajaran tauhid kepada seluruh umat manusia sebagaimana yang disebutkan dalam al-Quran surat al-Jin ayat 20 sebagai berikut :

قُلْ إِنَّمَا أَدْعُو رَبِّي وَلَا أُشْرِكُ بِهِ أَحَدًا

Katakanlah: "Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatupun dengan-Nya". (Q.S. al-Jin: 20)

Ajaran tauhid bukan hanya wajib untuk dipelajari tetapi, melainkan juga harus diyakini dan dihayati dengan benar. Berpegang teguh pada ajaran tauhid akan melahirkan keyakinan bahwa, segala sesuatu yang ada di alam semesta ini adalah ciptaan Allah dan dalam urusanNya serta akan kembali kepadaNya.

Ajaran tauhid ini sangat positif bagi hidup dan kehidupan, sebab tauhid mengandung sifat:

  1. Melepaskan jiwa manusia dari kekacauan dan kegoncangan hidup yang dapat membawanya ke dalam kesesatan.
  2. Sebagai sumber dan motivasi untuk berbuat kebajikan dan keutamaan
  3. Membimbing manusia ke jalan yang benar, dan mendorongnya mengerjakan ibadah penuh ikhlas
  4. Membawa manusia kepada keseimbangan dan kesempurnaan hidup lahir dan batin.
Tauhid sebagai salah satu ilmu dalam Islam, dibahas dalam ilmu tauhid, yaitu suatu muatan pengetahuan yang membahas tentang keesaan Allah swt.

Ruang lingkup dalam ilmu tauhid meliputi:

  1. Hal-hal yang berkaitan dengan Allah swt. (mabda), diantaranya masalah takdir
  2. Hal-hal yang berkaitan dengan utusan Allah sebagai penghubung antara manusia dengan Allah. Mereka adalah malaikat, nabi, dan rasul dan kitab-kitab suci
  3. Hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan yang akan datang termasuk masalah surga dan neraka
Ilmu tauhid memiliki beberapa nama sesuai dengan aspek pembahasannya yang ditonjolkan.

  1. Ilmu akaid (keyakinan), karena pokok bahasannya berkaitan dengan keyakinan yang harus terpatri dalam hati.
  2. Ilmu ilahiyah, karena yang menjadi objek utama dalam ilmu ini adalah masalah ketuhanan
  3. Ilmu ushuluddin, sebab pokok pembahasannya adalah dasar-dasar agama yang merupakan masalah esensial dalam Islam.
  4. Ilmu kalam, yang dibahasa di dalamnya terkait dengan; a) masalah yang diperselisihkan pada masa awal ilmu ini adalah kalam Allam swt. (yaitu al-Quran), apakah makhluk dalam arti diciptakan atau apakah qadim dalam arti abadi, tidak diciptakan. b) Dalam membahas masalah-masalah ketuhanan tidak terlepas dari dalil-dalil aqli yang dijadikan sebagai sebagai argumentasi yang kuat, sesuai dengan aturan-aturan yang ditetapkan dalam logika (mantik) yang penyajiannya melalui permainan kata-kata (kalam) yang tepat (jami' mani').
Berdasarkan jenis dan sifat keyakinan tauhid, para ulama membagi ilmu tauhid dalam tiga bagian.

  1. Tauhid rububiyah, yakni kepercayaan orang-orang muslim bahwa alam semesta dan seisinya diciptakan oleh Allah swt. serta senantiasa dalam pengawasan dan pemeliharaanNya.
  2. Tauhid uluhiyah atau ubudiyah, yakni tekad orang-orang Islam dalam meniatkan ibadah, pujian dan amal-amal perbuatannya semata-mata guna mengabdi kepada Allah swt., sebagaimana yang terucap dalam do'a iftitah ketika melaksanakan shalat; "sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku, hanya untuk Allah penelihara alam semeata.
  3. Tauhid sifat, yakni pemahaman dan penghayatan orang-orang Islam terhadap sifat-sifat Allah
  4. Tauhid qauli atau amali, yakni tauhid tidak hanya diyakini dalam hati, melainkan juga harus diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan.
Pada masa Nabi Muhammad saw. istilah ilmu tauhid belum dikenal. Sebab saat itu sifat-sifat Allah tidak menjadi perbincangan yang jauh. Selain itu jika para sahabat menemukan masalah yang sulit atau hal-hal yang tidak dapat dipahami, mereka langsung bertanya kepada Rasulullah saw. dan jawaban beliau menjadi keputusan final. Begitu juga dengan dalil-dalil yang terdapat dalam al-Quran, para sahabat menerimanya sebagai aqidah dan tidak memperdebatkannya dengan penafsiran yang berbeda-beda sebagaimana yang dialami oleh para ahli ilmu kalam dikemudian hari.

Barulah setelah khalifah Utsman bin Affan ra. terbunuh, muncullah perbedaan pendapat tentang iman dan kufur (kafir). Timbullah berbagaimacam pertanyaan tentang keduanya, "apa pengertian dan batasanny, apakah pertaliannya dengan lahir, dan apakah dosa besar masih dianggap mukmin ataukah sudah kafir. Dari sinilah muncul tiga aliran ilmu kalam.

1) Khawarij, yang menyatakan orang yang berbuat dosa besar sudah keluar dari Islam atau kafit. 2) Murjiah, yang menegaskan bahwa pelaku dosa besar tetap mukmin (bukan kafir). 3) Muktazilah, yang berpandangan bahwa orang-orang yang berbuat dosa besar tidak kafir dan tidak mukmin, melainkan berada di antara dua posisi mukmin dan kafir (almanzilah bain al-manzilahtain) 

Begitupula soal qadar yang dahulunya tidak pernah diungkapkan, lama kelamaan diperdebatkan. Maka muncullah golongan Qadariyah yang beranggapan bahwa manusia memiliki kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat. Kemudian muncul pula golongan Jabariyah yang berpendapat berlawanan, bahwa manusia tidak memiliki kemerdekaan dalam berkehendak dan perbuatannya. Sebeb menurut mereka, segala gerak gerik mereka ditentukan oleh Tuhan.

Inilah sedikit pembahasan tentang pengertian kalam dan ilmu kalam, sebagai bahan referensi dalam berislam. Wallahu a'lam.

Jufri Derwotubun

Saya hanyalah seorang pengembara yang suka berpetualangan, menulis, dan membaca alam semesta.

1 Komentar

Lebih baru Lebih lama