Tujuan setiap tahapan pembelajaran secara kognitif adalah agar peserta didik mampu memahami bahan yang telah dipelajari dan mengaplikasi ke situasi yang baru. Misalnya, seorang yang mempelajari tentang akuntansi dan mendapat nilai bagus tetapi tidak mampu mengaplikasikan dalam membuat pembukuan perusahan; seorang yang aktif mempelajari bahasa Inggeris, namun tidak mampu mengaplikasikan dalam percakapan; seorang calon guru yang memahami prosedur didaktis, akan tetapi tidak mampu mengajar dengan baik. Kasus-kasus di atas, terkait dengan masalah transfer belajar.
Istilah transfer belajar berasal dari perkataan bahasa Inggeris "transfer of learning" yang berarti pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dalam bidang studi yang satu ke bidang studi yang lain atau ke kehidupan sehari-hari di luar lingkup pendidikan di sekolah. Hasil studi yang dipindahkan dapat berupa pengetahuan (informasi verbal), kemahiran intelektual, pengukuran kegiatan kognitif, keterampilan motorik dan sikap (Winkel, 2005:514). Transfer oleh Gentile (2000) terjadi ketika seseorang mengaplikasikan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki untuk mempelajari atau memecahkan problem dalam situasi baru.
Transfer belajar akan dihadapkan pada dua kutup yang antagonistis. Pertama, transfer positif. Transfer positif terjadi bila pengalihan atau pemindahan hasil belajar berperan positif, yakni menolong dan mempermudah individu menghadapi tugas belajar selanjutnya atau menunjang karier di masyarakat. Contoh seorang anak SD bisa cepat menyelesaikan soal perkalian karena sebelumnya ia telah mahir hitungan tambah-kurang. Seorang sarjana S1 lulusan fakultas seni, mampu membangkitkan antusiasme penonton, karena ia dapat membaca puisi dengan ritme dan laval yang mengagumkan. Pada contoh anak SD, ditekankan betapa pentingnya desain kurikulum dan bahan ajar yang memperhatikan dengan betul hirarki prasyarat belajar dan tingkat perkembangan anak. Pada contoh sarjana lulusan S1 Fakultas seni, sarjana tersebut ternyata tidak hanya menguasai bidang keilmuan secara akademik akan tetapi juga vocational.
Kedua, transfer negatif. Transfer negatif terjadi bila pengalihan atau pemindahan hasil belajar berperan sebaliknya, yakni tidak menolong dan mempermudah individu menghadapi tugas belajar selanjutnya atau tidak menunjang karier di masyarakat. Contoh calistung menjadi prasyarat anak SD kelas permulaan bisa menguasai materi yang lebih sulit. Susi adalah salah satu murid SD yang tinggal kelas karena hampir semua nilai merah. Norman adalah lulusan akademi sekretaris dan bekerja pada satu instansi pemerintah, namun tidak mampu membuat konsep surat dinas.
Siswa SMU yang disiapkan dengan pendidikan dan disiplin yang keras, namun selalu melakukan perilaku menyimpang seperti: miras, nark0ba, berhubunga intim pranikah, tawuran dan perilaku dehumanisasi lainnya. Dua contoh kasus Susi dan Norman), menjelaskan bahwa ternyata tidak ada korelasi antara hasil belajar yang dikuasai individu dengan tugas belajar yang lebih tinggi dan performanya di dunia kerja. Contoh kasus ke 3 (siswa SMU), makin menegaskan bahwa transfer belajar yang baik, hanya dapat terjadi dalam kondisi dimana dua belahan otak baik otak kiri maupun otak kanan berperan dengan baik. Tanpa itu akan terjadi disparitas dalam perolehan belajar.
Teori Transfer Belajar
Transfer belajar dapat didekati dari teori disiplin formal, teori elemen identik, dan teori generalisasi (Winkel, 2005:518-520).Pertama, teori disiplin formal. Teori ini bersandar pada pandangan aliran Psikologi Daya tentang pyche atau kejiwaan manusia. Psyche dipandang sebagai kumpulan sejumlah bagian atau aneka daya yang berdiri sendiri seperti daya pikir, daya mengingat, daya berkemauan, daya merasa dan sebagainya. Masing-masing daya dapat dikembangkan dan diperkuat sendiri-sendiri melalui program latihan yang sesuai... para ahli pendidikan berpendapat bahwa sekolah harus dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan daya mental siswa dikembangkan dan diperkuat. Dalam konteks itu perlu disajikan aneka bidang studi tertentu yang sulit namun cocok untuk melatih daya mental tertentu; daya mental itu didisiplinkan melalui pendidikan formal.
Dalam perjalanan, Psikologi Daya tidak lagi diakui para ahli psikologi terutama setelah William James dan Edward Thorndike membuktikan secara eksperimental bahwa suatu daya mental, tidak diperkuat melalui materi pelajaran yang sukar sebagaimana digambarkan dalam teori disiplin formal. William James membuktikan hal serupa bahwa menghafal puisi karangan Victor Hugo, tidak akan menghasilkan suatu daya mengingat yang serba kuat ... dan menjadi dasar untuk kemudian menghafal bahan apa saja. Edward Thorndike menemukan bahwa prestasi tinggi dalam bidang hahasa Latin, tidak akan lebih meningkatkan taraf inteligensi bila dibandingkan dengan bidang-bidang studi lain.
Kedua, teori elemen identik. Pandangan ini dipelopori oleh Edward Thorndike yang berpendapat bahwa transfer belajar dari satu bidang studi ke bidang studi lain atau dari bidang studi di sekolah ke kehidupan sehari-hari terjadi berdasarkan adanya unsur-unsur yang sama antara dua bidang studi itu atau antara bidang studi di sekolah dan kehidupan sehari-hari.Makin banyak unsur yang sama, makin banyak terjadi transfer belajar.
Ketiga, Teori generalisasi. Pandangan ini dipelopori oleh Charles Judd yang berpendapat bahwa transfer belajar lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menangkap struktur pokok, pola dan prinsip-prinsip umum. Apabila seorang siswa mampu mengembangkan konsep, kaidah, prinsip dan variasi siasat untuk memecahkan persoalan, siswa itu mempunyai bekal yang dapat ditransferkan ke bidang-bidang lain di luar bidang studi dimana konsep, kaidah, prinsip dan variasi siasat mula-mula diperoleh. Siswa mampu mengadakan generalisasi, yaitu menangkap ciri-ciri atau maksud umum yang terdapat dalam sejumlah hal yang khusus.Generalisasi terjadi bila siswa membentuk konsep, kaidah, prinsip (kemahiran intelektual) dan aneka siasat memecahkan problem atau masalah (pengaturan kegiatan kognitif). (Patris Rahabav: 2015)
Istilah transfer belajar berasal dari perkataan bahasa Inggeris "transfer of learning" yang berarti pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dalam bidang studi yang satu ke bidang studi yang lain atau ke kehidupan sehari-hari di luar lingkup pendidikan di sekolah. Hasil studi yang dipindahkan dapat berupa pengetahuan (informasi verbal), kemahiran intelektual, pengukuran kegiatan kognitif, keterampilan motorik dan sikap (Winkel, 2005:514). Transfer oleh Gentile (2000) terjadi ketika seseorang mengaplikasikan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki untuk mempelajari atau memecahkan problem dalam situasi baru.
Transfer belajar akan dihadapkan pada dua kutup yang antagonistis. Pertama, transfer positif. Transfer positif terjadi bila pengalihan atau pemindahan hasil belajar berperan positif, yakni menolong dan mempermudah individu menghadapi tugas belajar selanjutnya atau menunjang karier di masyarakat. Contoh seorang anak SD bisa cepat menyelesaikan soal perkalian karena sebelumnya ia telah mahir hitungan tambah-kurang. Seorang sarjana S1 lulusan fakultas seni, mampu membangkitkan antusiasme penonton, karena ia dapat membaca puisi dengan ritme dan laval yang mengagumkan. Pada contoh anak SD, ditekankan betapa pentingnya desain kurikulum dan bahan ajar yang memperhatikan dengan betul hirarki prasyarat belajar dan tingkat perkembangan anak. Pada contoh sarjana lulusan S1 Fakultas seni, sarjana tersebut ternyata tidak hanya menguasai bidang keilmuan secara akademik akan tetapi juga vocational.
Kedua, transfer negatif. Transfer negatif terjadi bila pengalihan atau pemindahan hasil belajar berperan sebaliknya, yakni tidak menolong dan mempermudah individu menghadapi tugas belajar selanjutnya atau tidak menunjang karier di masyarakat. Contoh calistung menjadi prasyarat anak SD kelas permulaan bisa menguasai materi yang lebih sulit. Susi adalah salah satu murid SD yang tinggal kelas karena hampir semua nilai merah. Norman adalah lulusan akademi sekretaris dan bekerja pada satu instansi pemerintah, namun tidak mampu membuat konsep surat dinas.
Siswa SMU yang disiapkan dengan pendidikan dan disiplin yang keras, namun selalu melakukan perilaku menyimpang seperti: miras, nark0ba, berhubunga intim pranikah, tawuran dan perilaku dehumanisasi lainnya. Dua contoh kasus Susi dan Norman), menjelaskan bahwa ternyata tidak ada korelasi antara hasil belajar yang dikuasai individu dengan tugas belajar yang lebih tinggi dan performanya di dunia kerja. Contoh kasus ke 3 (siswa SMU), makin menegaskan bahwa transfer belajar yang baik, hanya dapat terjadi dalam kondisi dimana dua belahan otak baik otak kiri maupun otak kanan berperan dengan baik. Tanpa itu akan terjadi disparitas dalam perolehan belajar.
Teori Transfer Belajar
Transfer belajar dapat didekati dari teori disiplin formal, teori elemen identik, dan teori generalisasi (Winkel, 2005:518-520).Pertama, teori disiplin formal. Teori ini bersandar pada pandangan aliran Psikologi Daya tentang pyche atau kejiwaan manusia. Psyche dipandang sebagai kumpulan sejumlah bagian atau aneka daya yang berdiri sendiri seperti daya pikir, daya mengingat, daya berkemauan, daya merasa dan sebagainya. Masing-masing daya dapat dikembangkan dan diperkuat sendiri-sendiri melalui program latihan yang sesuai... para ahli pendidikan berpendapat bahwa sekolah harus dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan daya mental siswa dikembangkan dan diperkuat. Dalam konteks itu perlu disajikan aneka bidang studi tertentu yang sulit namun cocok untuk melatih daya mental tertentu; daya mental itu didisiplinkan melalui pendidikan formal.
Dalam perjalanan, Psikologi Daya tidak lagi diakui para ahli psikologi terutama setelah William James dan Edward Thorndike membuktikan secara eksperimental bahwa suatu daya mental, tidak diperkuat melalui materi pelajaran yang sukar sebagaimana digambarkan dalam teori disiplin formal. William James membuktikan hal serupa bahwa menghafal puisi karangan Victor Hugo, tidak akan menghasilkan suatu daya mengingat yang serba kuat ... dan menjadi dasar untuk kemudian menghafal bahan apa saja. Edward Thorndike menemukan bahwa prestasi tinggi dalam bidang hahasa Latin, tidak akan lebih meningkatkan taraf inteligensi bila dibandingkan dengan bidang-bidang studi lain.
Kedua, teori elemen identik. Pandangan ini dipelopori oleh Edward Thorndike yang berpendapat bahwa transfer belajar dari satu bidang studi ke bidang studi lain atau dari bidang studi di sekolah ke kehidupan sehari-hari terjadi berdasarkan adanya unsur-unsur yang sama antara dua bidang studi itu atau antara bidang studi di sekolah dan kehidupan sehari-hari.Makin banyak unsur yang sama, makin banyak terjadi transfer belajar.
Ketiga, Teori generalisasi. Pandangan ini dipelopori oleh Charles Judd yang berpendapat bahwa transfer belajar lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menangkap struktur pokok, pola dan prinsip-prinsip umum. Apabila seorang siswa mampu mengembangkan konsep, kaidah, prinsip dan variasi siasat untuk memecahkan persoalan, siswa itu mempunyai bekal yang dapat ditransferkan ke bidang-bidang lain di luar bidang studi dimana konsep, kaidah, prinsip dan variasi siasat mula-mula diperoleh. Siswa mampu mengadakan generalisasi, yaitu menangkap ciri-ciri atau maksud umum yang terdapat dalam sejumlah hal yang khusus.Generalisasi terjadi bila siswa membentuk konsep, kaidah, prinsip (kemahiran intelektual) dan aneka siasat memecahkan problem atau masalah (pengaturan kegiatan kognitif). (Patris Rahabav: 2015)