Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hukum Islam tentang budaya pacaran yang ada di tengah-tengah masyarakat

Pandangan Islam tentang budaya pacaran yang ada di tengah-tengah masyarakat
Bagaimana cara anda menentukan pasangan hidup anda ke depan? Bagaimana cara anda merencanakan berhubungan atau kencan dengan seseorang? Dua pertanyaan ini paling mendasar mengingat saat ini di dalam masayarakat sudah terjadi pergaulan bebas yang tidak hanya terjadi pada kalangan muda-mudi tetapi kalangan tua juga terjadi hal yang sama.

Di dunia barat berpacaran umumnya berarti suatu periode yang panjang untuk mengenal seseorang melalui pertemuan yang sering, melihat ke mana tujuannya, mungkin hidup bersama dan, jika kedua belah pihak berpikiran sama, maka mungkin saja mereka menikah suatu saat nanti. Namun, bagi seorang Muslim yang belum menikah, untuk mencari pasangan bukan dengan cara yang demikian!

Islam tidak mengenal pacaran dengan model di atas, yang diajarkan ajaran agama Islam ialah berpacaran dalam menentukan pasangan berarti mengenal pasangan (taaruf) dengan jalan yang hikmah, yaitu menentukan batasan-batasan tertentu yang tidak bisa dilewati. Islam tidak mengajarkan untuk tinggal bersama pasangan sebelum menikah, Islam tidak mengajarkan untuk kencan berdua tanpa ada muhrim, hal ini dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh imam Bukhori yang artinya "janganlah seorang lelaki berduaan (berkencan) dengan seorang wanita kecuali ada muhrimnya"

Islam tidak mengajarkan untuk seseorang melihat aurat pasangan taaruf/pacarnya (kecuali wajah dan tangan untuk wanita) sebelum menikah, ada beberapa pendapat mengatakan yang tidak boleh dilihat (aurat) bisa dilakukan oleh perantara yang terpercaya (misalnya: keluarga, sahabat, dan teman karib) yang dibolehkan (muhrim) dan juga sesama jenis, sehingga bisa mengetahui apakah calon pasangan mengalami cacat di bagian tubuh tertentu atau tidak. Hal ini boleh dilakukan mengingat menikah bukan tentang hidup satu atau dua hari tetapi menikah adalah pertemuan dua orang yang nantinya hidup sepanjang hayat, sehingga untuk menghindari perceraian perlu dilakukan hal-hal yang sifatnya intim tetapi dengan cara-cara yang Islami.

Saling Kenal Menganal


Sebagaimana kita ketahui bahwa penciptaan manusia berawal dari seorang laki-laki yang kita kenal dengan nama Adam dan seorang perempuan yang bernama Hawa. Dari kedua manusia pertama inilah kemudian lahir milyaran manusia yang ada di muka bumi, yang berbeda-beda. Allah tidak menciptakan satu manusia sama dengan manusia lainnya sekalipun itu kembar identik, yang lahir dari rahim yang satu. Hal ini dapat dibuktikan dengan perbedaan sidik jari setiap orang yang berbeda-beda.

Kemudian dalam perkembangannya, manusia mengalami pemisahan-pemisahan, tinggal berpindah-pindah dari daerah yang satu ke daerah yang lain, melahirkan ras-ras yang berbeda, membentuk bangsanya masing-masing, kemudian membentuk sukunya dengan budayanya masing-masing dan kemudian membentuk kerajaan atau negara yang berbeda-beda. Hal ini memang sudah menjadi rencana Allah dengan tujuan agar manusia saling kenal mengenal, sebagaimana firmannya di dalam Al-Quran surat Al-Hujrat ayat 13, yang artinya "wahai manusia, sesungguhnya telah kami ciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling kenal mengenal."

Ayat ini membuktikan bahwa, saling kenal mengenal itu sudah meruntuhkan batas-batas negara, warna kulit, dan kebudayaan. Dunia saat ini sudah dapat diakses hanya dengan sebuah perangkat gandget kecil di tangan, kita sudah bisa berkenalan dengan orang yang berada di luar daerah atau bahkan di luar negeri sekalipun. Berkenalan juga bisa diartikan sebagai hubungan diplomasi antar negara, hubungan pesahabatan antar negara, hubungan perdagangan antar negara, dan hubungan cinta dengan yang berbeda warga negara.

 Allah telah menjadikan manusia berbeda-beda dengan tujuan mulia, karena dengan perbedaan tadi dunia akan terlihat indah, coba bayangkan kalau di dunia ini hanya ada satu jenis manusia saja, atau satu budaya manusia saja, apakah tidak membosankan itu?

Budaya Pacaran dalam Arti Taaruf


Sejak awal penciptaan manusia (Adam dan Hawa) keduanya telah dibekali dengan rasa cinta, yang kemudian diturunkan kepada keturuanan selanjutnya yaitu kita saat ini. Sehingga rasa saling suka, rasa saling ingin memiliki, dan rasa ingin hidup bersama dengan berlainan jenis sudah menjadi fitrah manusia. Namun hal ini perlu dilatar belakangi dengan niat yang baik serta cara yang baik pula. Yaitu cara-cara yang sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.

Ada orang bilang; "dunia sudah modern tapi masih mempertahankan budaya Islam yang klasik, kuno namanya itu." Kalau kita melihat kenyataan yang terjadi dengan pernyataan ini maka lebih baik menjadi manusia kuno yang beradab daripada menjadi manusia modern yang biadab. Apa hasil dari pacaran ala barat yang katanya modern? Hilanya kehormatan, dan yang lebih parah lagi berapa banyak bayi-bayi yang tidak berdosa dibuang akibat perbuatan zina. Atau berapa banyak wanita muda yang melakukan aborsii? Mari kita jawab sendiri menggunakan rasio yang Allah telah berikan tentang faedah ajaran Islam yang katanya kuno itu.

Lebih baik menjadi manusia kuno yang beradab daripada menjadi manusia modern yang biadab

Lalu bagaimana berpacara sebenarnya?

Banyak kalangan Islam melarang untuk berpacaran, padalah kalau kita kembalikan kepada akar sejarah, pacaran tidak terjadi seperti yang ada dalam budaya masyarakat saat ini. Pacaran merupakan budaya melayu. Kata pacaran berasal dari nama daun inai atau daun pacar yang digunakan untuk merias tangan seorang wanita. Dalam budaya masyarakat melayu, jika ada seorang laki-laki tertarik kepada seorang perempuan, maka laki-laki itu akan mengirimkan beberapa 'utusan' untuk berpantun di depan rumah wanita tersebut. Jika wanita itu dan keluarganya merespon dan menerima, maka kedua keluarga akan berkumpul dan membicarakan tentang ikatan yang akan terjadi kemudian ditandai dengan pemakaian inai (pacar air) di tangan kedua muda mudi ini. Inai ini fungsinya untuk menandai adanya hubungan keduanya.

Pandangan Islam tentang budaya pacaran yang ada di tengah-tengah masyarakat

Setelah acara itu sang perempuan di kurung di dalam rumah oleh orang tuanya untuk mendapatkan pendidikan tentang rumah tangga selam empat puluh hari atau lebih, tergantung kesepakatan kedua belah pihak, atau yang biasanya ditandai dengan hilangnya inai di tangan perempuan. Dalam waktu yang telah ditentukan (biasanya hingga 3 bulan) sang lelaki tidak datang melamar maka, perempuan boleh memutuskan hubungan, namun jika sang lelaki datang melamar pujaan hatinya maka akan terjadi perjanjian suci berupa pernikahan. Dalam waktu menunggu tersebut kalian jangan kira mereka berpacaran seperti yang terjadi saat ini, mereka sangat terjaga hubungannya hingga pernikahan dilangsungkan.

Nah sekarang sudah jelaskan bahwa pacaran itu adalah menandai pemuda dan pemudi yang saling jatuh cinta dengan pacar air. Dalam hal ini jika kita tinjau dari segi Islam maka sudah terjadi proses taaruf di sini. Sehingga pacaran yang baik adalah yang dilakukan dengan adab dan etika sesuai dengan budaya masyarakat dan tuntunan ajaran agama, yaitu datang ke rumah kemudian saling kenal mengenal dan jika cocok, maka menikahlah setelah itu barulah memasuk babak pacaran yang lebih intim setelah menikah.

Posting Komentar untuk "Hukum Islam tentang budaya pacaran yang ada di tengah-tengah masyarakat"