Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perempuan Kei sedunia, bersatulah!

Perempuan Kei sedunia, bersatulah!
Ada dua hal yang dapat membuat seorang lelaki Kei diwajibkan untuk mempertaruhkan apa saja, termasuk juga nyawa, yakni batas tanah dan saudara perempuan. Hal ini berarti kedudukan perempuan dalam masyarakat Kei mendapat tempat yang mulia. Dihormati. Dijaga. Tidak hanya itu, dalam hukum adat Kei sendiri, ada point tentang menjaga kesucian rumah tangga dan perempuan.

Perempuan Kei sedunia, bersatulah!

Masyarakat Kei sangat menjaga hal ini. Tapi jauh dari pengetahuan sebagian besar orang Kei, ada satu paragraf dalam buku seorang Doktor bernama Kartini Kartono menulis dalam bukunya, Patologi Sosial bahwa di Kei, agar perempuan dilamar atau memiliki daya tarik, maka para gadis tersebut harus mengadakan hubungan intim dengan laki-laki. Dengan kata lain, dalam buku tersebut menggambarkan bahwa budaya di Kei mengizinkan adanya kebebasan berhubungan di luar nikah. Hal ini tentu bertentangan dengan adat kei yang di mana seorang laki-laki rela mati untuk menjaga kehormatan saudara perempuannya.

Pertanyaan kemudian adalah bagaimana sehingga Dr. Kartini dapat menulis hal demikian? Apakah beliau sudah pernah menginjakkan kakinya di Kei? Beliau belum pernah menginjakkan kakinya di Kei. Dalam penulusuran pustaka, paragraf tersebut ternyata merujuk pada bukunya Soekarno yang berjudul Sarinah. Kewadjiban Wanita Dalam Perdjoangan Republik Indonesia.

Perempuan Kei sedunia, bersatulah!

Anda tahu kan, siapa itu Soekarno? Ya, tentu, dia adalah bapak Proklamator Negara kita ini. Presiden pertama Republik Indonesia. Buku Sarinah adalah salah satu hasil tangan beliau yang menjadi rujukan Doktor Kartini dalam bukunya Patologi Sosial.

Lho, berarti Soekarno mengatakan bahwa orang Kei membiarkan saudara perempuannya “melayani” para lelaki sebelum ada ikatan perkawinan, begitu? Bukankah orang Kei rela mati demi saudara perempuannya? Benar, Doktor Kartini mengutip bukunya Soekarno, tapi tidak benar jika yang ditulis Soekarno adalah Suku Kei.  Soekarno dalam bukunya, Sarinah. Kewadjiban Wanita Dalam Perdjoangan Republik Indonesia menulis, tepatnya pada BAB IV: Matriachat dan Patriachat, halaman 98 bahwa:

“Sampai zaman sekarangpun, mitsalnja di Flores, dimana saja berdiam hampir lima tahun, ada satu daerah (Keo), dimana gadis-gadis boleh bergaul dengan laki laki mana sadja jang mereka sukai, dan jang paling “djempol” diantara “gadis-gadis” itu, — djempol memuaskan laki-laki—, itulah jang nanti paling lekas laku mendapat suami.”

Perempuan Kei sedunia, bersatulah!

Dilanjutkan pada halaman 103:

“Di Keo, jaitu disatu daerah Flores, “gadis-gadis” selalu bergaul-bebas dengan laki-laki, dan “gadis-gadis” jang paling “dijempol” memuaskan hati laki-laki, merekalah jang paling besar harapan buat lekas mendapat suami.”

Perempuan Kei sedunia, bersatulah!

Soekarno jelas menulis Suku Keo. Suku Keo berada di Flores, NTT. Kei dan Keo memang beti. Beda-tipis. Beda satu huruf.  Tapi, bagaimanapun keduanya adalah dua suku yang berbeda. Beda kabupaten, beda provinsi. So, what do you think?

Kemungkinannya adalah kesalahan penulisan, entah oleh Dr. Kartini ataukah oleh pihak penerbit. Akan tetapi kesalahan penulis ini terus belangsung. Setidaknya, buku tersebut sudah terbit untuk kesekian edisi dan kesalahan penulisan tersebut tidak kunjung diperbaiki. Sialnya, pada saat yang bersamaan, kutipan atas paragraf tersebut terus belangsung. Skripsi, jurnal, tesis mengambil paragraf di mana ada kata Suku Kei dari Buku Patologi Sosial karya Dr. Kartini dengan mudahnya, tanpa pernah mengecek sumber di mana Dr. Kartini mengutip paragraf tersebut.

Dalam kasus ini, kita dapat melihat bahwa kelalaian atas satu huruf saja berdampak pada penggelapan atas satu komunitas. Perendahan atas adat, budaya dan perempuan Kei. Saya pikir, sudah saatnya perempuan kei bersatu dan menyuarakan hal  ini. Merubah ‘satu huruf’ tadi di buku Patologi Sosial karya Dr. Kartini Kartono, biar semuanya jelas. Terang benderang.
Postingan ini dikirim oleh:
Photo

Biasa-biasa saja, tak ada yang spesial.

Posting Komentar untuk "Perempuan Kei sedunia, bersatulah!"