Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perbedaan Itu Rahmat: Catatan Pengaduan Kepada Tuhan

Perbedaan Itu Rahmat: Catatan Pengaduan Kepada Tuhan

Mengadu itu sudah merupakan salah satu sifat manusi, namun mengadu yang benar adalah mengadu kepada yang maha kuasa. Pengaduan kepadanya merupakan do’a, semua do’a akan Allah kabulkan sebagaimana yang telah Allah firmankan. Pengaduanku tentang curahan hatiku tentang keadaan bangsa ini yang semakin semraut. Terjadi berbagai macam persoalan pelik yang membuat gaduh dan merusak tatanan sosial yang telah terbangun dengan baik. Curahan hati ini, saya mulai dengan prolog keyakinan kepada Tuhan semesta alam.

Prolog Keyakinan

Siapa sih yang tidak kenal Tuhan?. Kita semua pasti mengenal Tuhan dalam bentuk abstrak. Beberapa agama mengenal Tuhan dalam bentuk fisik. Saya sebagai seorang muslim mengenal Tuhan sebagai maha segalanya, sebagaimana yang telah Tuhan firmankan dalam kitab-kitab sucinya, baik itu kitab Zabur, kitab Taurat, kitab Injil dan kitab yang terakhir diturunkan adalah kitab Al-Quran. Saya sebagai ummat Muslim diwajibkan untuk mempercayai semua kitab-kitabNya, walaupun ketiga kitab terdahulu tidak pernah saya ihat, apalagi saya sentuh. Tetapi itulah yang disebut dengan iman, mempercayai dan meryakini adalah hal yang hakiki.

Rukun Iman adalah bagian pertaman yang diajarkan kepada setiap pemeluk Islam, karena itu adalah letak dasar keberagamaan seorang Muslim. “Iman kepada Allah dan Rosulnya” artinya bahwa mengimani Allah sebagai Tuhan pencipta segala sesuatu, dan beriman kepada rosul-rosulnya yang pernah Allah utus. 25 Nabi yang harus saya dan ummat Islam lainnya mempercayai itu, dimulai dari Nabi Adam as, sebagai manusia pertama hingga Nabi Muhammad SAW. sebagai utusan terakhir. Setelah nabi Muhammad SAW. sebagai  rosulullah, tak ada lagi nabi setelahnya.

Berbicara tentang keyakinan dalam Islam berarti kita perlu melakukan tiga hal dalam keberimanan yaitu;

1. Iman itu dimulai dengan hati

Dalam keberimanan, seseorang akan memulainya dengan hati, karena di sana ada cinta dan ada kebencian. Cinta akan membentuk keyakinan atas sesuatu, sedangkan kebencian akan membentuk ketidak percayaan seseorang terhadap sesuatu.

Dengan hati iman akan dibawa ke akal yang akan menganalisa tentang kebenaran sesuatu yang diimani itu. Tuhan dalam beberapa term diartikan sebagai pencipta, penguasa, maha pengasih, maha penyayang dan term lainnya sesuai dengan ajaran agama kita masing-masing.

Tentang keyakinan ini saya sebagai ummat Islam meyakini bahwa Tuhan itu Esa, tidak ada duanya lagi. Satu-satunya tuhan yang saya yakini adalah Allah SWT. sedangkan untuk yang beragaman lain silahkan yakini sesuai dengan doktrin ketuhan kalian yang telah menjadi dogma. Kita berbeda dalam hal keyakinan, tetapi bukan berarti kita saling menyalahkan antara satu dengan yang lain. Inti dari perbedaan keyakinan adalah saling menghargai keimanan kita.

2. Iman itu dengan mengucapkan

Setelah kayakinan keTuhanan tertanam di dalam hati, keimanan itu harus diucapkan dan dipersaksikan oleh orang lain. Mengucapkan keimanan itu sesuai dengan apa yang telah ada di dalam hati dan pikiran kita. Jangan sampai menjadi orang munafiq, dimana keyakinan hati berbeda dengan ucapan yang dikeluarkan.

Dalam Islam mengucapkan dua kalimat syahadat adalah kewajiban dalam beriman. Mengucapkan dua kalimat syahadat adalah persaksian ummat islam tehadap kebenaran Allah SWT. sebagai Tuhan dan tidak ada lagi Tuhan-tuhan lain yang diyakini dan Rosulullah Muhammad SAW. sebagai utusan Allah yang membawa kitab Al-Quran. Mengucapkan kalimat syahadat sebagai awal keberislaman seseorang. Tanpa mengucapkan kedua kalimat tersebut seseorang tidak bisa dikatakan sebagai seorang Muslim.

3. Iman itu dengan perbuatan

Setelah meyakini dengan hati dan mengucapkan dengan lidah maka, seorang muslim harus melaksanakan semua ketentuan-ketentuan yang telah ada dalam agama Islam. Al-Quran dan Hadist menjadi sumber utama dalam mengetahui ketentuan ketentuan tersebut.

Rukun Islam adalah pokok-pokok yang harus dilaksanakan sebagai aplikasi dari keyakinan secara kontinyu. Pelaksanaan rukun Islam ini tidak bisa ditawar-tawar karena sudah merupakan pokok-pokok yang ditentukan secara langsung oleh Allah. Kalau kewajiban yang berasal dari manusia masih bisa ditawar, tetapi jika itu bersumber dari Allah maka sudah mutlak harus dilaksanakan.

Curahan Hati Seorang Hamba

Akhir-akhir ini saya lihat banyak lahir ulama-ulama yang kerjanya menghujat, mengkafirkan dan menyalahkan orang lain. Kalau kita berbeda pendapat dengan mereka maka, kita akan disalahkan, dikatakan bukan sebagai seorang Muslim. Yang sesama muslim saja begitu, apalagi yang berbeda agama. Kelompok seperti ini terlalu intoleran dengan orang yang berbeda dengan mereka.

Perebedaan pada hakikatnya sudah menjadi fitrah manusia. Jangankan pemikiran kita, wajah kita saja berbeda walaupun itu seorang kembar sekalipun, pasti ada perbedaan-perbedaan. Sehingga saya pikir berbeda itu bukan sesuatu yang haram, tetapi bagi saya merupakan sesuatu yang bisa menjadikan manusia menjadi seutuhnya.

Namun sebagaimana yang saya katakan di atas, bahwa bagi sebagian kalangan perbedaan itu dilarang. Bagi mereka berbeda itu bukanlah fitrah manusia, sehingga segalanya sama dengan apa yang mereka inginkan.

Dalam melihat fenomena-fenoma yang terjadi saat ini saya, tak tau mencurahkannya kepada siapa. Hanya Tuhan satu-satunya tempat paling indah untuk saya mengadu.

Tuhanku
Dalam hening aku mengadu

Tuhanku
Dalam hening aku bersujud

Tuhanku
Dalam hening aku bersamaMu

Aku hanyalah hamba yang fakir
Aku hanyalah hamba yang lemah
Tiada daya dan upaya selain dariMu Tuhan
Tiada yang menjadi milikku selain semua itu milikmu

Aku melihat banyak dari ummatMu
Aku melihat mereka mengkafirkan
Aku melihat mereka berdalih atasMu
Aku tahu Engkau maha mengetahui

Curahan hatiku ini hanyalah bayangan-bayangan atas kekawatiranku terhadap bangsaku ini Tuhan. Bangsa ini semakin remuk, hampir semua yang terjadi berfokus pada keadaan yang mempersoalkan perbedaan-perbedaan. Perbedaan menjadi sebuah dinamikan yang dimainkan begitu sempurna oleh pihak-pihak yang ingin membubarkan Negara ini.

Tuhan, di dalam bangsa ini saya lahir, di dalam bangsa ini saya dibesarkan, dan di dalam bangsa ini saya hidup. Saya tak ingin negara ini hancur oleh mereka yang tidak bertanggung jawab. Mereka menginginkan yang tidak seharusnya, mereka menginginkan yang berbeda dari apa yang telah ditetapkan oleh para pejuang bangsa ini.

Indonesia telah dibangun berdasarkan ideologi pancasila, dimana ideologi ini tidak bisa melepaskan agama sebagi tonggak peradaban. Dalam sila pertama dengan jelas mengatakan bahwa keyakinan kepadaMu merupakan sesuatu yang mutlak, melaksanakan kewajiban terhadapMu merupakan keniscayaan. Sehingga ideologi ini bukanlah sesuatu yang salah, pancasila dirumuskan oleh ulama-ulama Islam dan semua segenap perwakilan bangsa ini. Bangsa ini dibangun atas perbedaan Tuhan, kami berbeda dalam budaya, kami berbeda dalam keyakinan agama, kami berbeda dalam mengenalMu dan kami dipisahkan oleh samudra.

Tuhan persatukan kami dalam perbedaan, jangan Engkau biarkan kami bercerai berai,  jangan Engkau biarkan kami hancur, bimbinglah kami dalam membangun bangsa ini, bimbinglah kami untuk memelihara negeri ini, bimbinglah kami bersama dalam bangsa ini.

Hanya kepadaMu tempat aku mengadu, hanya kepadaMu tempat aku mencruahkan segala keluh kesahku, karena aku tahu bahwa Engkau maha mengabulkan segala do’a.

Posting Komentar untuk "Perbedaan Itu Rahmat: Catatan Pengaduan Kepada Tuhan"