Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Wow, Ternyata Ada Pasir Terhalus Dunia di Indonesia dan Hanya di Pantai Ini

Barangkali diantara kita masih bertanya dimanakah letak pantai dengan pasir terhalus di dunia ? Apakah pantai semacam itu ada di luar Negeri, seperti di Hawai, atau negera tetangga kita Australia ? Ternyata pantai dengan pasir terhalus yang setiap butirnya mirip dengan tepung ini ada di Maluku, dan begini ceritanya.

Wow, Ternyata Ada Pasir Terhalus Dunia di Indonesia dan Hanya di Kepulauan Ini

Siang itu matahari begitu terik, panasnya seakan membakar sekujur tubuh. Semua orang mengeluh dengan kondisi cuaca yang seperti ini, karena biasanya secara tiba-tiba langit menjadi gelap dan hujanpun turun. Walaupun demikian, saya pada hari itu tetap berkeinginan keras untuk mencari suasana berbeda sebagai pengobat kepenatan yang sudah saya rasakan beberapa hari ini.

Saya kemudian berinisiatif untuk menghubungi beberapa teman melalui sambungan telepon untuk mengajak mereka bersama-sama pergi berwisata di salah satu tempat yang ada di kepulauan Kei ini. Sudah dua orang yang saya hubungi, namun keduanya menyatakan tidak bisa ikut dengan beberapa alasan yang tidak bisa dihindari. Saya berkeinginan untuk mengajak teman lain, namun rasanya tidak enak juga kalau ditolak seperti kedua teman saya sebelumnya. Olehnya itu, saya akan pergi sendiri tanpa ditemani oleh siapapun, sehingga bebas untuk melakukan aktivitas memotret pemandangan alam di sana.

Waktu itu jam masih menunjukkan pukul 12.00 waktu Indonesia timur. Saya berjalana menuju ke kamar, lalu mengambil tas yang berisi kamera di dalam lemari, kemudian tas itu saya buka. Batrei yang berada di dalam tas kamera saya ambil, lalu saya isi dayanya dengan charger kamera. Lamanya pengisian daya sekitar 90 menit, sehingga saya harus menunggu sembari memperispakan diri.

Satu jam setengah telah berlalu, warna lampu di charger kamera yang awalnya berwarna merah kini telah berpindah ke warna hijau, yang artinya batrei kamera sudah terisi penuh. Batrei itu lalu saya lepaskan dari charger, kemudian saya masukkan ke dalam tas yang sudah ada kamera di dalamnya.

Saya berjalan keluar rumah melalui pintu depan, menuju ke tempat dimana motor saya parkir. Mesin motor saya nyalakan, lalu mulai melakukan perjalanan ke tempat wisata dengan pasir terhalus di dunia. Matahari sangat terik siang itu, namun pedal gas saya tarik terus hingga sampai di pantai ngurbloat yang terletak di Desa/Ohoi Ngilngof, Kecamatan Manyeu, kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku. Waktu tempuh perjalanan dari rumah saya yang terletak di desa Fiditan - kota Tual ke pantai yang indah itu sekitar 30 menit.

Ketika sampai di depan pintu masuk saya berhenti sejenak, kemudian terlihat seorang wanita yang rambutnya bergelombang sampai di bahu, wajahnya manis, dan senyumnya begitu indah datang menghampiriku. Ketika dia sampai di samping motor, dia menyodorkan secarik kertas yang berwarna putih. Di dalam kertas itu ada beberapa tulisan yang tidak saya baca, saya hanya fokus pada tulisan angka Rp. 15.000,00, owh, ternyata ini karcis masuk tempat wisata.

Setelah saya pandangi secarik kertas itu dengan saksama, saya lalu bertanya kepadanya, 

"berapa lama saya bisa berada di dalam pantai ngurbloat ini?" 

"Terserah abang saja, dari pagi sampai malam juga bisa." Jawabnya dengan senyum yang masih sama. 

Setelah mendengar jawaban dari wanita itu, saya lalu mengambil uang dua puluh ribu rupiah yang berada di dalam saku celana, lalu saya berikan kepadanya, kemudian dia mengembalikan uang lima ribu rupiah kepada saya, sambil berkata, 

"Terima kasih, silahkan masuk abang"

"Iya, sama-sama ade"

Awalnya saya ingin menggoda wanita itu karena kecantikannya, namun mengingat hal itu sangat tidak baik dan dilarang dalam hukum adat masyarakat Kei (apalagi kalau wanita itu sudah menikah), maka niat hati apalah daya tangan tak sampai. 

Nilai-nilai luhur masyarakat Kei masih terjaga dengan baik, sehingga bagi kamu yang ingin datang berwisata ke sini, agar tetap menjaga diri untuk tidak melanggar hukum lokal yang sudah ada sejak lama. Ibarat kata "dimana tanah dipijak, disitu langit dijunjung." Dimanapun kita berada, tradisi dan budaya suatu daerah harus kita hormati sebagai kearifan lokal masyarakat yang menjadi identitas bangsa.

Setelah dipersilahkan masuk, saya mengendarai motor dengan pelan menuju ke tempat parkir yang telah disediakan oleh pengelola pantai, kemudian memarkirkan motor dan berjalan masuk ke dalam tempat wisata untuk mencari tempat istirahat dengan posisi terbaik, karena nantinya saya akan memotret sunset ketika matahari tenggelam.

Selama berjalan kaki, saya melihat di dalam tempat wisata itu ada beberapa rumah singgah atau penginapan di pinggi pantai yang bisa disewakan untuk menginap. Selain itu ada juga beberapa pondok kecil yang terbuat dari kayu dan bambu yang beratapkan daun rumbia, adapula yang beratapkan daun seng, semuanya berjejer di sepanjang pantai. Pondok-pondok kecil ini bisa digunakan dengan harga Rp. 30.000,00 hingga Rp. 40.000,00, tergantung ukurannya.

Selain penginapan dan pondok-pondok itu, ada juga cafe untuk yang suka nongkrong sambil menikmati indahnya pantai, tempat jualan cemilan, seafood, gorengan, ikan bakar, enbal goreng/babuhuk (makanan khas masyarakat kei), dan sebagainya. Di sini juga saya melihat ada spot foto yang keren, yang bisa dijadikan sebagi latar foto untuk diposting ke media sosial. Di bagian tengah pantai ada tulisan besar "ngurbloat beach" sebagai icon pantai dan bisa juga dijadikan sebagai tempat berswafoto. Pengelola pantai ini paham betul dengan kondisi kekinian, dimana berfoto ria sudah menjadi salah satu aktivitas ketika berwisata.

Wow, Ternyata Ada Pasir Terhalus Dunia di Indonesia dan Hanya di Pantai Ini

Pejalanan saya terhenti di suatu pondok yang saya anggap sangat strategis untuk beristirahat sambil menunggu matahari terbenam. Tas samping yang di dalamnya terdapat kamera DSLR saya letakkan di atas panggung yang terbuat dari bambu, kemudian saya naik ke atas panggung tersebut dan beristirahat sambil menikmati cemilan yang saya bawa.

Beberapa menit telah berlalu, banyak orang mulai terlihat lalu lalang di pantai ini, beberapa pondok sudah terisi dengan wisatawan. Ternyata semakin sore tempat ini semakin ramai. Terlihat juga di depan saya ada satu pasangan muda mudi sedang berjalan sambil berbicara lalu tertawa, mungkin mereka sedang berada dalam fase jatuh cinta dan kasmaran. Apalah daya saya yang masih jomblo ini, hanya bisa menganga mereka yang sedang jatuh cinta lalu kasmaran.

Dua pasangan itu telah berlalu, sayapun turun dari tempat duduk panggung itu lalu duduk jongkok di atas pasir putih. Segenggam pasir saya ambil lalu saya taburkan lagi untuk merasakan apakah pasir itu sehalus yang dikatakan orang. Ternyata oh ternyata, hal itu benar, karena pasih itu berwarna putih dan halus seperti tepung. Selama saya mengunjungi beberapa pantai di Indonesia, baru kali ini saya lihat dan saya rasakan bagaimana halusnya pasir semacam itu. Pantas saja, pada tahun 2016 daerah ini pernah meraih gelar dari Kementerian Pariwisata sebagai The Most Hidden Paradise.

Matahari terlihat mulai turun ke ufuk barat, warna langit mulai berubah, yang awalnya putih dan biru, kini menjadi kuning keemasan dan kebiru-biruan, dinding-dinding langit terukir dengan gradasi warna yang mengagumkan. Pantulan lukisan langit juga terlihat dari air laut yang jernih, keduanya berpadu menyerupai surga kecil yang jatuh ke bumi. Oh... indanya, mata tak bisa terpejam melihat pemandanga ini, hingga saya terlupa sesuatu yang akan saya lakukan.

Ya... saya harus membekukan momen indah ini. Kamera saya keluarkan dari tas, kemudian batrei dan memori saya pasang ke tempatnya, lalu kamera saya hidupkan dan mulai memotret pemandangan indah di depan mata.

Wow, Ternyata Ada Pasir Terhalus Dunia di Indonesia dan Hanya di Pantai Ini

Dalam hal fotografi saya masih pemula dan amatiran, sehingga hasilnya mungkin biasa-biasa saja ketika dilihat oleh mereka yang sudah profesional. Namun bagi saya hasilnya sudah lumayan bagus, dan yang terpenting adalah momen seindah ini tidak boleh ditingglakan berlalu begitu saja.

Hari sudah mulai malam, dinding-dinding langit sudah berubah menjadi hitam, matahari sudah berpindah ke bagian bumi lain. Jam di telepon genggam yang saya bawa sudah menunjukkan pukul 18.45 WIT. Sudah saatnya untuk meninggalkan semua keindahan-keindahan yang nampak di depan mata tadi, biarlah dia menjadi kenangan untuk malam ini dan bisa dinikmati besok di waktu yang sama dengan tempat yang berbeda.

Lampu-lampu di pantai ngurbloat yang memiliki panjang 5 km ini sudah menyala. Saya membersekan semua barang yang saya bawa, sampah-sampah saya letakkan di tempatnya, dan tiba-tiba muncul seorang bocah yang datang menghampiriku. Dia lalu bertanya,

"abang sudah mau pulang?"

"Iya ade, sudah malam ini"

Saya menjawabnya sambil mengambil uang sewa pondokan, lalu menyerahkan kepadanya. Diapun menerima kemudian berkata,

"Terima kasih, hati-hati di jalan abang"

"Oke ade"

Setelah membayar uang sewa pondok itu, saya berjalan menuju ke tempat parkir. Setelah sampai di sana, motor saya nyalakan lalu memutar balik motor itu, kemudian melakukan perjalanan pulang ke rumah.

Selama perjalanan pulang, keindahan tadi masih terbayang di dalam benak. Itulah pencaran keindahan yang ditampilkan Tuhan sebagai penanda bahwa, "Tuhan itu indah dan menyukai yang indah-indah."

Posting Komentar untuk "Wow, Ternyata Ada Pasir Terhalus Dunia di Indonesia dan Hanya di Pantai Ini"