Tawadhu atau rendah hati merupakan perbuatan yang sangat mulia. Namun perlu dipahami bahwa rendah hati dalam konteks tawadhu bukanlah merendahkan diri, tetapi tidak sombong dan tidak angkuh kepada sesama manusia, karena pada dasarnya manusia itu semuanya sama saja yang membedakan hanyalah tingkat ketaqwaan.
Tawadhu secara bahasa artinya kerentahan hati atau dalam bahasa inggris disebut sebagai humility, yang mengandung arti sebagai suatu sikap menyadari akan keterbatasan yang dimiliki oleh diri seseorang, dan ketidak mampuan yang dimilikinya, sehingga dengan itu seseorang tidak memiliki sifat angkuh dan sombong. Olehnya itu, Buya Hamka berpandangan bahwa orang yang memiliki sifat semacam ini tidak akan mencampuri urusan-urusan yang tidak dia pahami, mengetahui cara membatasi diri dari pada bidang yang dia ilmui.
Dengan demikian maka tawadhu itu sangatlah baik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Penerapannya ini dimulai dari diri sendiri, kemudian lingkungan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan masyarakat. Hal ini sebagaimana hadis Rasulullah saw. yang diriwayatkan dari Iyadh bin Himar radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah telah memberikan wahyu kepada diriku agar kalian (umatku) saling merendahkan diri, sehingga tidak ada seorangpun (diantara kalian) yang membagakan dirinya kepada yang lain dan agar tak ada seorangpun yang berbuat zholim kepada yang lain." (H.R. Muslim)
Dari berlaku rendah hati maka setiap orang tidak akan berlaku zhalim kepada sesama manusia. Perilaku zhalim ini dapat kita lihat dalam banyak hal, yang dimulai dari perlakuan kasar secara fisik maupun secara verbal. Selain itu perilaku zhalim juga termasuk di dalamnya mengambil yang bukan haknya atau korupsi, dan masih banyak contoh lainnya yang dapat kita temukan dalam masyarakat.
Olehnya itu Rasulullah menyeru kepada umat Islam untuk memberi sedekah kepada mereka yang tidak mampu, dan juga memberi maaf kepada orang yang berbuat salah. Kedua sifat ini merupakan bagian dari rendah hati. Sebagaimana hadis Rasulullah saw. yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: "Shodaqoh tak akan mengurangi hart, dan tak ada orang orang yang memafkan orang lain melainkan Allah akan menambah kemuliaan kepadanya, dan tak ada orang yang tawadhu karena Allah, melainkan Allah yang mengangkat derajatnya." (HR. Muslim)
Orang yang suka memberi sedekah kepada orang lain tidak akan sedikitpun mengurangi harta yang dia miliki, bahkan dengan bersedekah Allah swt. akan terus menambahkan hartanya. Di dalam rezeki berupa harta yang kita miliki ada di dalamnya hak orang lain yang harus dikeluarkan, kalau tidak harta itu tidak akan menjadi berkah.
Selanjutnya orang yang memberi maaf kepada orang lain tidak akan turun derajat kemuliaannya, bahkan Allah akan menambahkan derajat kemuliaannya. Mungkin dimata manusia tidak akan terlihat, tetapi sangat terlihat di langit. Karena itulah maka, merendahkan hati menjadi hal yang sangat penting dan Allah swt. akan mengangkat derajat orang-orang yang merendahkan hati.
Perilaku tawadhu ini sudah sangat banyak dicontohkan oleh Rasulullah saw., salah satu contohnya sebagaimana hadis dalam hadis berikut ini.
Dari Al-Aswad rahimahullah pernah berkata: saya suatu ketika pernah bertanya kepada ‘Aisyah r.a. terkait dengan apa yang dilakukan Nabi s.a.w. ketika berada di rumah. Maka ‘Aisyahpun menjawab, beliau (Rasulullah) selalu membantu meringakan pekerjaan keluarga beliau, dan ketika masuk waktu shalat maka beliau keluar untuk melaksanakan shalat. (HR. Al-Bukhari)
Rasulullah saw. sebagai seorang Nabi utusan Allah swt. untuk seluruh alam semesta ini menunjukkan akhlak yang sangat mulia. Beliau dengan kerendahan hati selalu membantuk pekerjaan keluarganya, tanpa ada rasa gengsi sedikitpun. Karena beliau tahu bahwa istri di rumah bukanlah pembantu atau pelayanan tetapi istri adalah pendamping hidup.
Sudah seharusnya kita sebagai umatnya mengambil pelajaran yang sangat banyak dari kisah Rasulullah saw. yang memiliki akhlak mulia, sehingga dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Tawadhu secara bahasa artinya kerentahan hati atau dalam bahasa inggris disebut sebagai humility, yang mengandung arti sebagai suatu sikap menyadari akan keterbatasan yang dimiliki oleh diri seseorang, dan ketidak mampuan yang dimilikinya, sehingga dengan itu seseorang tidak memiliki sifat angkuh dan sombong. Olehnya itu, Buya Hamka berpandangan bahwa orang yang memiliki sifat semacam ini tidak akan mencampuri urusan-urusan yang tidak dia pahami, mengetahui cara membatasi diri dari pada bidang yang dia ilmui.
Dengan demikian maka tawadhu itu sangatlah baik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Penerapannya ini dimulai dari diri sendiri, kemudian lingkungan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan masyarakat. Hal ini sebagaimana hadis Rasulullah saw. yang diriwayatkan dari Iyadh bin Himar radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah telah memberikan wahyu kepada diriku agar kalian (umatku) saling merendahkan diri, sehingga tidak ada seorangpun (diantara kalian) yang membagakan dirinya kepada yang lain dan agar tak ada seorangpun yang berbuat zholim kepada yang lain." (H.R. Muslim)
Dari berlaku rendah hati maka setiap orang tidak akan berlaku zhalim kepada sesama manusia. Perilaku zhalim ini dapat kita lihat dalam banyak hal, yang dimulai dari perlakuan kasar secara fisik maupun secara verbal. Selain itu perilaku zhalim juga termasuk di dalamnya mengambil yang bukan haknya atau korupsi, dan masih banyak contoh lainnya yang dapat kita temukan dalam masyarakat.
Olehnya itu Rasulullah menyeru kepada umat Islam untuk memberi sedekah kepada mereka yang tidak mampu, dan juga memberi maaf kepada orang yang berbuat salah. Kedua sifat ini merupakan bagian dari rendah hati. Sebagaimana hadis Rasulullah saw. yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: "Shodaqoh tak akan mengurangi hart, dan tak ada orang orang yang memafkan orang lain melainkan Allah akan menambah kemuliaan kepadanya, dan tak ada orang yang tawadhu karena Allah, melainkan Allah yang mengangkat derajatnya." (HR. Muslim)
Orang yang suka memberi sedekah kepada orang lain tidak akan sedikitpun mengurangi harta yang dia miliki, bahkan dengan bersedekah Allah swt. akan terus menambahkan hartanya. Di dalam rezeki berupa harta yang kita miliki ada di dalamnya hak orang lain yang harus dikeluarkan, kalau tidak harta itu tidak akan menjadi berkah.
Selanjutnya orang yang memberi maaf kepada orang lain tidak akan turun derajat kemuliaannya, bahkan Allah akan menambahkan derajat kemuliaannya. Mungkin dimata manusia tidak akan terlihat, tetapi sangat terlihat di langit. Karena itulah maka, merendahkan hati menjadi hal yang sangat penting dan Allah swt. akan mengangkat derajat orang-orang yang merendahkan hati.
Perilaku tawadhu ini sudah sangat banyak dicontohkan oleh Rasulullah saw., salah satu contohnya sebagaimana hadis dalam hadis berikut ini.
Dari Al-Aswad rahimahullah pernah berkata: saya suatu ketika pernah bertanya kepada ‘Aisyah r.a. terkait dengan apa yang dilakukan Nabi s.a.w. ketika berada di rumah. Maka ‘Aisyahpun menjawab, beliau (Rasulullah) selalu membantu meringakan pekerjaan keluarga beliau, dan ketika masuk waktu shalat maka beliau keluar untuk melaksanakan shalat. (HR. Al-Bukhari)
Rasulullah saw. sebagai seorang Nabi utusan Allah swt. untuk seluruh alam semesta ini menunjukkan akhlak yang sangat mulia. Beliau dengan kerendahan hati selalu membantuk pekerjaan keluarganya, tanpa ada rasa gengsi sedikitpun. Karena beliau tahu bahwa istri di rumah bukanlah pembantu atau pelayanan tetapi istri adalah pendamping hidup.
Sudah seharusnya kita sebagai umatnya mengambil pelajaran yang sangat banyak dari kisah Rasulullah saw. yang memiliki akhlak mulia, sehingga dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.