Al-Qur’an bagi umat Islam merupakan panduan dalam menjalani kehidupan yang bersumber langsung dari wahyu Allah. Karena itu tidaklah heran posisi Al-qur’an buat umat Islam begitu utama. Sering Al-‘Qur’an jadi pemberi tanda, panduan serta bukti atas persebaran Islam seperti Al-Qu’an kuno berumur ratusan tahun yang ada di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. Al-Qu’an tersimpan dalam suatu rumah yang dimiliki keturunan Iang Gogo, penyebar agama Islam yang berasal dari Ternate - Maluku Utara.
Kitab suci itu terbuat dari kulit kayu masih tetap terlihat utuh serta bisa dibaca, hanya saja ada beberapa bagian yang mulai koyak termakan umur. Diprediksikan Al-Qur’an itu dibawa ke Alor kurang lebih pada tahun 1518 serta sampai kini disimpan dalam kotak kaca untuk menjauhkan dari sentuhan beberapa pengunjung yang datang untuk menyaksikan salah satu benda sejarah di Alor itu.
Nurdin Gogo pewaris Al-Qur’an ini sebagai keturunan ke-14 dari Iang Gogo selalu berupaya mengawasinya. Ia melarang penduduk atau pengunjung menyentuh Al-Qur’an tersebut secara langsung untuk menjaga agar kitab suci itu supaya selalu utuh. Ini dijalankannya karena tidak ada perawatan spesial yang ada di sana.
Al-Qur’an yang diwariskan dengan turun-temurun ini cuma bisa diwariskan pada anak lelaki pertama dari garis keturunan Iang Gogo, yang berada di Alor Besar, suatu desa pesisir yang berada kurang lebih 30 km dari Kota Kalabahi. Hanya sedikit orang yang tahu mengenai sejarah Al-Qur’an tua ini.
Secara fisik Alquran yang dimaksud terbuat dari kulit kayu ini masih tetap utuh, berisi 30 juz atau 114 surat yang ditulis memakai tinta berwarna hitam serta merah. Kotak kayu tua untuk menaruh Alquran ini juga masih tetap utuh. Al-Qur’an ini adalah salah satunya benda peninggalan Iang Gogo yang selamat dalam kebakaran pada 1982 kemarin.
Beberapa kelompok menyebutkan Al-Qur’an ini datang dari Timur Tengah, serta ditulis pada jaman Nabi Muhamad SAW. Seperti yang disebutkan Dosen Pascasarjana UIN Syarid Hidayatullah Jakarta Abdurrahim Yapono, Al-Qur’an kuno yang ada di Alor ini serupa dengan kibat suci umat Islam yang tersimpan di Mesir.
Walau sarat dengan nilai histori yang kuat kehadiran Al-Qur’an kuno ini belumlah lumayan mampu menarik minat pemerintah untuk memasukkan ke museum atau tempat lainnya. Perihal ini juga terkait dengan pesan leluhur yang memang tidak membolehkan Al-Quran kuno tersebut keluar dari rumah pewarisnya.
Kitab suci itu terbuat dari kulit kayu masih tetap terlihat utuh serta bisa dibaca, hanya saja ada beberapa bagian yang mulai koyak termakan umur. Diprediksikan Al-Qur’an itu dibawa ke Alor kurang lebih pada tahun 1518 serta sampai kini disimpan dalam kotak kaca untuk menjauhkan dari sentuhan beberapa pengunjung yang datang untuk menyaksikan salah satu benda sejarah di Alor itu.
Nurdin Gogo pewaris Al-Qur’an ini sebagai keturunan ke-14 dari Iang Gogo selalu berupaya mengawasinya. Ia melarang penduduk atau pengunjung menyentuh Al-Qur’an tersebut secara langsung untuk menjaga agar kitab suci itu supaya selalu utuh. Ini dijalankannya karena tidak ada perawatan spesial yang ada di sana.
Al-Qur’an yang diwariskan dengan turun-temurun ini cuma bisa diwariskan pada anak lelaki pertama dari garis keturunan Iang Gogo, yang berada di Alor Besar, suatu desa pesisir yang berada kurang lebih 30 km dari Kota Kalabahi. Hanya sedikit orang yang tahu mengenai sejarah Al-Qur’an tua ini.
Secara fisik Alquran yang dimaksud terbuat dari kulit kayu ini masih tetap utuh, berisi 30 juz atau 114 surat yang ditulis memakai tinta berwarna hitam serta merah. Kotak kayu tua untuk menaruh Alquran ini juga masih tetap utuh. Al-Qur’an ini adalah salah satunya benda peninggalan Iang Gogo yang selamat dalam kebakaran pada 1982 kemarin.
Beberapa kelompok menyebutkan Al-Qur’an ini datang dari Timur Tengah, serta ditulis pada jaman Nabi Muhamad SAW. Seperti yang disebutkan Dosen Pascasarjana UIN Syarid Hidayatullah Jakarta Abdurrahim Yapono, Al-Qur’an kuno yang ada di Alor ini serupa dengan kibat suci umat Islam yang tersimpan di Mesir.
Walau sarat dengan nilai histori yang kuat kehadiran Al-Qur’an kuno ini belumlah lumayan mampu menarik minat pemerintah untuk memasukkan ke museum atau tempat lainnya. Perihal ini juga terkait dengan pesan leluhur yang memang tidak membolehkan Al-Quran kuno tersebut keluar dari rumah pewarisnya.