Suku - Manggarai merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia. Suku ini berada di bagian barat pulau Flores di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Suku Manggarai tersebar di tiga kabupaten di provinsi tersebut, yaitu Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Manggarai Timur. Jumlah populasinya sekitar 350.000 jiwa.
Berdasarkan sejarahnya, dahulu kala di Manggarai terdapat sebuah kerajaan. Pada masa sekarang sisa-sisanya masih kelihatan yaitu berupa pembagian wilayah tradisional ke dalam wilayah adat yang disebut dalu yang jumlahnya sampai 39 buah. Tiap-tiap dalu dikuasai oleh satu klen atau wau tertentu. Dalam setiap dalu tersebut terdapat beberapa buah glarang yang di bawahnya lagi terdapat kampung-kampung yang disebut beo. Orang-orang dari wau yang dominan dan menguasai dalu menganggap diri mereka sebagai golongan bangsawan. Antara satu dalu dengan dalu yang lainnya sering mengadakan aliansi perkawinan dalam sistem yang mereka sebut perkawinan tungku (semacam perkawinan sepupu silang). Antara dalu dengan glarang sering pula terjadi perkawinan, karena sebuah glarang umumnya juga dikuasai oleh sebuah wau dominan.
Dalu sebagai bawahan kerajaan dipimpin oleh seorang kraeng, yang biasanya dipanggil Kraeng Adak. Kraeng yang dianggap berjasa ini berhak memperoleh gelar Sangaji dari raja. Sementara itu adanya wau yang dominan itu maka dalam masyarakat Manggarai terdapat pelapisan sosial yang cukup jelas. Pertama adalah golongan yang menganggap dirinya bangsawan, yang biasanya memakai gelar kraeng. Kedua adalah golongan rakyat biasa yang disebut ata lahe. Golongan ketiga adalah hamba sahaya atau mendi. Tentu saja pada zaman sekarang pelapisan sosial ini sudah semakin kabur.
Suku Manggarai mayoritas mengabdikan hidupnya untuk bercocok tanam di ladang dan sawah. Tanaman yang mereka tanam diantaranya adalah padi, ubi kayu, jagung, buah dan sayur. Selain itu, mereka juga beternak. Yaitu berupa hewan kerbau, sapi, kuda, babi, anjing, ayam, serta melaut. Pada umumnya masyarakat suku Manggarai memeluk agama Katolik, dan Protestan.
Bahasa Manggarai cukup beragam. Bahasa ini memiliki perbedaan dalam hal dialek, seperti dialek, Mbaen, Pota, Mabai, Rejong, Pae, Manggarai Timur, Manggarai Tengah, dan Manggarai Barat.
Suku manggarai mempunyai beberapa tradisi upacara ritual adat yang dilakukan sebagai ucapan syukur terhadap kehidupan yang telah dijalani dalam beberapa periode waktu. Upacara adat tersebut antara lain adalah:
Ritual Penti Manggarai adalah upacara adat dalam merayakan syukuran terhadap hasil panen yang mereka miliki.
Ritual Barong Lodok adalah upacara adat untuk mengundang roh penjaga kebun yang berada di pusat lingko (bagian tengah kebun).
Dalu sebagai bawahan kerajaan dipimpin oleh seorang kraeng, yang biasanya dipanggil Kraeng Adak. Kraeng yang dianggap berjasa ini berhak memperoleh gelar Sangaji dari raja. Sementara itu adanya wau yang dominan itu maka dalam masyarakat Manggarai terdapat pelapisan sosial yang cukup jelas. Pertama adalah golongan yang menganggap dirinya bangsawan, yang biasanya memakai gelar kraeng. Kedua adalah golongan rakyat biasa yang disebut ata lahe. Golongan ketiga adalah hamba sahaya atau mendi. Tentu saja pada zaman sekarang pelapisan sosial ini sudah semakin kabur.
Suku Manggarai mayoritas mengabdikan hidupnya untuk bercocok tanam di ladang dan sawah. Tanaman yang mereka tanam diantaranya adalah padi, ubi kayu, jagung, buah dan sayur. Selain itu, mereka juga beternak. Yaitu berupa hewan kerbau, sapi, kuda, babi, anjing, ayam, serta melaut. Pada umumnya masyarakat suku Manggarai memeluk agama Katolik, dan Protestan.
Bahasa Manggarai cukup beragam. Bahasa ini memiliki perbedaan dalam hal dialek, seperti dialek, Mbaen, Pota, Mabai, Rejong, Pae, Manggarai Timur, Manggarai Tengah, dan Manggarai Barat.
Suku manggarai mempunyai beberapa tradisi upacara ritual adat yang dilakukan sebagai ucapan syukur terhadap kehidupan yang telah dijalani dalam beberapa periode waktu. Upacara adat tersebut antara lain adalah:
Ritual Penti Manggarai adalah upacara adat dalam merayakan syukuran terhadap hasil panen yang mereka miliki.
Ritual Barong Wae adalah upacara adat untuk mengundang roh leluhur yang menjadi penunggu sumber mata air,
Ritual Barong Compang adalah upacara adat pemanggilan roh penjaga kampung pada malam hari,
Ritual Wisi Loce, adalah upacara adat yang dilakukan agar semua roh yang diundang dapat menunggu sejenak sebelum puncak acara Penti,
Ritual Wisi Loce, adalah upacara adat yang dilakukan agar semua roh yang diundang dapat menunggu sejenak sebelum puncak acara Penti,
Ritual Libur Kilo adalah upacara adat untuk mensyukuri kesejahteraan keluarga yang berasal dari masing-masing rumah adat.
Selain beberapa upacara adat di atas, suku manggarai juga memiliki olahraga tradisional yang mereka sebut sebagai caci. Olahraga caci ini adalah pertarungan dua orang laki-laki di sebuah lapangan luas. Mereka berdua saling pukul dan tangkis menggunakan pecut dan tameng. Sebelum pertunjukan ini dimulai, biasanya ada pentas tarian Danding. Tarian ini juga biasanya disebut sebagai Tandak Manggarai, yang khusus dipentaskan untuk meramaikan pertarungan caci.
Berbagai kesenian dapat Anda temukan dalam suku ini. Baik itu seni musik, sastra, tari, disain, dan kriya. Selain itu ada kesenian lainnya yang sangat terkenal. Yaitu seni rupa (kriya), dan songket. Dalam seni musik, alat-alat musik tradisional suku ini seperti gendang, sunding, gong, tambor, tinding. Dalam bidang teknologi, masyarakat suku Manggarai zaman dahulu sudah mengenal dan mampu menghasilkan peralatan rumah tangga serta perkakas yang dibutuhkan untuk kehidupannya hingga saat ini.
Masyarakat suku Manggarai sangat terkenal di kalangan masyarakat Indonesia. Sejarah suku ini begitu melekat bagi penduduk di wilayah Nusa Tenggara Timur. Beragam kebudayan dan tradisi yang ada di daerah ini membuat suku Manggarai tak hanya terkenal di Indonesia, namun juga di kancah internasonal. Hal ini juga disebabkan oleh beragam kesenian khas daerah berupa songket atapun kerajinannya yang banyak disukai warga luar negeri.
Selain beberapa upacara adat di atas, suku manggarai juga memiliki olahraga tradisional yang mereka sebut sebagai caci. Olahraga caci ini adalah pertarungan dua orang laki-laki di sebuah lapangan luas. Mereka berdua saling pukul dan tangkis menggunakan pecut dan tameng. Sebelum pertunjukan ini dimulai, biasanya ada pentas tarian Danding. Tarian ini juga biasanya disebut sebagai Tandak Manggarai, yang khusus dipentaskan untuk meramaikan pertarungan caci.
Berbagai kesenian dapat Anda temukan dalam suku ini. Baik itu seni musik, sastra, tari, disain, dan kriya. Selain itu ada kesenian lainnya yang sangat terkenal. Yaitu seni rupa (kriya), dan songket. Dalam seni musik, alat-alat musik tradisional suku ini seperti gendang, sunding, gong, tambor, tinding. Dalam bidang teknologi, masyarakat suku Manggarai zaman dahulu sudah mengenal dan mampu menghasilkan peralatan rumah tangga serta perkakas yang dibutuhkan untuk kehidupannya hingga saat ini.
Masyarakat suku Manggarai sangat terkenal di kalangan masyarakat Indonesia. Sejarah suku ini begitu melekat bagi penduduk di wilayah Nusa Tenggara Timur. Beragam kebudayan dan tradisi yang ada di daerah ini membuat suku Manggarai tak hanya terkenal di Indonesia, namun juga di kancah internasonal. Hal ini juga disebabkan oleh beragam kesenian khas daerah berupa songket atapun kerajinannya yang banyak disukai warga luar negeri.