Model Pembelajaran Kooperatif

Dunia pendidikan mengalami begitu banyak perubahan seiring berjalannya waktu. Perubahan dalam dunia pendidikan ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan sosial dan perubahan perilaku manusia.

Salah satu startegi untuk menyesuaikan cara mengajar dengan perubahan perilaku peserta didik adalah menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didik. Diantara model-model pembelajaran adalah model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran kooperatif.

Model Pembelajaran Kooperatif
ilustrasi pixabay.com


Pengertian Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerja sama dan membantu memahami suatu bahan pelajaran, artinya siswa belum selesai jika salah satu teman dalam kelompoknya belum menguasai bahan pembelajaran, Lundren (1994 dalam Budiastuti, 2001).

Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas terstruktur. Lebih jauh dikatakan, pembelajaran kooperatif hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri dari 4-6 orang (Lie, 2000).

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keteramplan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok (Sanjaya, 2006).

Kooperatif atau kerja sama lawan dari persaingan dalam kehidupan sehari-hari, kerja sama dan persaingan sering terjadi dalam kelas. Jean D Garms (dalam Rohani, 1991) menjelaskan bahwa dalam pengajaran di sekolah yang demokratis, baik kerjasama maupun persaingan sama pentingnya. Persaingan yang dimaksud bukan bertujuan untuk memperoleh hadiah atau kenaikan tingkat, tetapi untuk mencapai hasil yang lebih baik atau pemecahan masalah yang dihadapi kelompok.

Tujuan Pembelajaran dan Hasil Belajar


Tujuan dari model pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu dipacu oleh kelompoknya, Lundgren (1994 dalam Budiastuti, 2001). Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tugas pembelajaran  yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, 2000).

Berdasarkan hasil penelitian Thomson (Lundgren dalam Ibrahim, 2000) model pembelajaran kooperatif mempunyai manfaat sebagai berikut : meningkatkan pencurahan waktu dan tugas, meningkatkan harga diri, memperbaiki sikap terhadap materi, guru dan sekolah, memperbaiki kehadiran, saling memahami adanya perbedaan individu, mengurangi konflik antar individu, mengurangi sifat apatis, memperdalam pemahaman, meningkatkan motivasi, meningkatkan hasil belajar, memperbesar retensi dan meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.

Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif


Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim (2000) adalah sebagai berikut: 1). Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”, 2). Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya yang   seperti milik mereka sendiri, 3). Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama, 4). Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya, 5). Siswa akan dikenakan evaluasi untuk semua anggota kelompok, 6). Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya, 7). Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individu materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif


Menurut Isjoni (2007), beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif adalah: 1). Setiap anggota memiliki peran, 2). Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa, 3). Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman kelompoknya, 4). Guru mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, dan 5). Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

Bentuk Pembelajaran Kooperatif


Nur, M (2000 dalam Anis Rahim, 2007) mengemukakan beberapa bentuk pembelajaran kooperatif, antara lain :

1). “Student Teams-achievement Divisions” (STAD) atau ”Tim Siswa Kelompok Prestasi”. Dalam STAD ini siswa ditempatkan dalam tim beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya, seluruh siswa dikenai kuis mengenai materi itu, dan mereka bekerja secara individual.

2). “Tim-Assisted Individualization” (TAI) atau “Pengajaran Individual Dibantu Tim” yaitu bentuk pembelajaran kooperatif yang digabung dengan pembelajaran individual. TAI dan STAD sama-sama menggunakan tim belajar dengan empat orang anggota dengan kemampuan bervariasi. Perbedaannya adalah STAD hanya menggunakan pembelajaran kooperatif di dalam kelas, sedangkan TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual.

3). Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, siswa dikelompokkan ke dalam tim beranggotakan 4-6 orang yang mempelajari materi akademik yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub-bab yang ditugaskan, kemudian anggota dari tim yang membaca sub-bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikan sub-bab mereka dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub-bab mereka.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama