Tuntunan Ajaran Islam dalam Menciptakan Hubungan Pergaulan Anak

Tuntunan Ajaran Islam dalam Menciptakan Hubungan Pergaulan Anak
Dalam pergaulan seseorang dengan orang lain selalu dikaitkan dengan sikap dan moral dalam berhubungan dengan sesamanya. Pergaulan tidak semudah seperti pergaulan pada makhluk lain. Misalnya batas-batas yang sudah disyariatkan dalam ajaran Islam. Seorang yang tidak tahu tata cara yang baik dalam bergaul dapat dimisalkan seorang pengendara mobil yang tidak tahu rambu-rambu lalu lintas sehingga dengan mudah terjadi kecelakaan. Kecelakaan dalam pergaulan tidak menyenangkan kedua belah pihak yang olehnya juga merugikan diri sendiri.

Bila dilihat sepintas lalu soal pergaulan ini hakikatnya mudah, namun pada prakteknya cukup sulit. Orang harus terlebih dahulu manghayati makna pergaulan dengan orang lain, sebab faktor emosi mengendap di dalamnya. Kenyataan mengenai emosi individu ini sulit sekali ditanggulangi, bermacam-macam sifat negatif karena pendidikan di rumahnya yang telah mengendap lama selalu akan terbawa dalam pergaulan.

Pengembangan pergaulan hidup yang baik yang melukiskan keterlibatan anak dengan berbagai pihak: dengan orang tua, guru, tetangga, teman dan orang dewasa dituntut untuk memiliki moral, karena tanpa moral maka hubungan pergaulan akan menjadi retak. Oleh karena itu, pendidik tidak terlepas dari tanggung jawab untuk membina tingkah laku dan moral pada anak dengan jalan membiasakan mereka kepada peraturan-peraturan dan sifat yang baik, jujur, dan adil. Islampun menghendaki demikian. Islam dengan ajaran pendidikannya membimbing orang tua dan pendidik untuk mengontrol dan mengamati sepenuhnya anak-anak mereka, lebih-lebih kalau anak itu sudah mencapai pubertas, hendaknya mereka mengetahui dengan siapa mereka bergaul dan ke mana mereka pergi.

Islam memberikan pedoman kepada anak-anak tentang bagaimana cara berteman dan bergaul yang baik, yaitu :

  1. Hendaklah berlaku sopan dan hormat kepada teman, sebab nanti mereka akan menghormati dan sopan pula terhadap kita.
  2. Jangan menyakiti hatinya, mencela dan menghina.
  3. Jangan mempermainkan teman dengan memberi gelar kepadanya dengan gelar yang tidak disenanginya.
  4. Jangan mengambil barang tanpa seizinnya supaya jangan terjadi pertengkaran dan perkelahian dengannya. Jika sangat memerlukan, pinjamlah dengan baik-baik.
  5. Jika memakan makanan di hadapannya, hendaklah memakan bersamanya jika diberikan dan mengucapkan terima kasih kepadanya.
  6. Hendaklah bertolong-tolongan dengan teman.
  7. Jangan sekali-kali berdusta kepada teman. Jika sudah ketahuan oleh orang, maka anak rusaklah kepercayaan orang terhadap kita.

Di samping cara-cara yang disebutlkan di atas, juga Islam menuntun dan membimbing anak-anak untuk memilih teman bergaul yang saleh agar mereka terpengaruh oleh akhlak yang mulia, sopan santun yang luhur, dan kebiasaan positif. Seperti juga Islam melarang mereka bergaul dengan orang-orang jahat, berteman dengan orang-orang yang jelek akhlaknya sehingga mereka tidak terjerumus kepada kesesatan dan penyelewengan.

Rasulullah SAW. pernah bersabda yang artinya “Seseorang itu berdasarkan agama temannya. Oleh karena itu, hendaklah seorang di antara kalian memperhatikan siapa temannya”.

Dari uraian di atas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam pergaulan seorang anak Islam menghendaki agar orang tua mencari teman yang baik akhlaknya, berbudi pekerti yang luhur. Hal inilah yang menyelamatkan diri dari terjerumus kepada hiruk pikuk kekacauan, kekhilafan, dan menyelamatkan diri dari memiliki akhlak orang-orang yang merendahkan manusia, bahkan menyelamatkan dari kedzaliman dan kenegatifan.

Alangkah layaknya para orang tua dan pendidik menerapkan bimbingan-bimbingan Islami sehingga keadaan anak mereka menjadi baik dan akhlaknya menjadi mulia. Kemuliaan akhlak mereka akan tampak di masyarakat sehingga merekapun akan menjadi tonggak kebaikan umat. Dengan baiknya mereka, umat akan bangga dengan mulianya perbuatan mereka begitu pula dengan sifat-sifat terpujinya.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama