Sebelum penulis menguraikan secara rinci mengenai pembentukan pola sikap anak dalam bergaul, maka terlebih dahulu penulis mengadakan pendekatan secara eksplisit mengenai pembentukan sikap anak sebagai penentu arah untuk berinteraksi dengan baik atau bergaul dengan orang lain. Kalau ditinjau lebih jauh, sikap memang sangat penting dimiliki oleh seseorang anak dalam mengadakan hubungan pergaulan di antara mereka agar nantinya terjalin keharmonisan.
Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut “attitude”. Dan istilah attitude berasal dari bahasa Latin “aptus”, yang berarti keadaan siap secara mental yang bersifat subyektif untuk melakukan kegiatan. Pengertian sikap lain yang dikemukakan oleh Jansen, bahwa sikap itu adalah kecenderungan-kecenderungan atau kemauan-kemauan untuk berkelakuan secara tertentu di dalam situasi tertentu.
Dari beberapa definisi tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan sikap adalah kecenderungan seseorang untuk bertindak menurut cara-cara tertentu yang sesuai dengan hasil penilaiannya terhadap suatu obyek tertentu. Maka untuk membentuk sikap seorang anak tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan melalui proses tertentu. Dalam hal ini, penulis akan menjelaskan secara umum tentang pembentukan sikap.
Sikap dapat berbentuk atau berubah melalui empat cara yaitu; 1) Adopsi; kejadian atau peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus-menerus, lama-kelamaan secara bertahap diserap ke dalam individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap. 2) Diferensiasi; dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman sejalan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang terjadi dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terhadap obyek tersebut dapat terbentuk sikap tersebut pula. 3) Integrasi; pembentukan sikap ini terjadi secara bertahap dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu, sehingga akhirnya terbentuk sikap tersebut. 4) Trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang bersifat traumatis dapat juga terbentuknya suatu sikap.
Di lain pendapat misalnya Sherif mengemukakan bahwa sikap itu dapat diubah atau dibentuk apabila terdapat hubungan timbal balik yang langsung antara manusia dan adanya komunikasi (yaitu hubungan langsung) dari satu pihak.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap itu terbentuk melalui hubungan individu, kelompok, serta hubungan komunikasi yang lancar.
Sikap seorang anak dalam pergaulannya baik secara perorangan maupun secara berkelompok sebelumnya nampak suatu bentuk yang kongkrit sesuai dengan nilai-nilai sosial dan budaya dalam kelompok sosial tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apakah orang-perorangan atau kelompok-kelompok sosial bertemu dan menentukan sistem, serta bentuk-bentuk hubungan tersebut. Dengan kata lain, proses sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai kehidupan bersama.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada pendapat ahli sebagai berikut: Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial oleh karena tanpa interaksi sosial tak akan mungkin akan ada kehidupan bersama.
Selanjutnya H. Bonner dalam bukunya Social Psychology menyatakan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain begitupula sebaliknya.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pergaulan itu terjadi melalui suatu proses sosial yang biasa disebut interaksi sosial. Manusia sebagai makhluk sosial secara naluriah membutuhkan teman pergaulan dalam hidupnya, tidak terkecuali pada anak-anak yang usia balita. Oleh karena itu, sikap baik anak dalam bergaul akan terbentuk melalui peranan keluarga dan lingkungan sekolah.
1. Keluarga
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam berinteraksi dengan kelompoknya. Dari keluarga inilah yang akan melahirkan individu dengan berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat. Tidaklah dapat dipungkiri bahwa sebenarnya keluarga mempunyai fungsi yang tidak hanya terbatas selaku penerus keturunan, tetapi banyak hal-hal yang dapat mempengaruhi anak untuk berkembang.
Keluarga sudah seringkali terlihat peranannya dalam membentuk pola sikap anak-anaknya. Oleh karena itu, keluarga sangat berpengaruh pada individu yang akan terjun di masyarakatnya, baik atau tidak baik sikap perbuatannya, bisa atau gagal menyesuaikan diri, itu tergantung pada dasar pembentukannya dalam keluarga. Yang tergolong dalam lingkungn keluarga adalah ayah, ibu, saudara, kesemuanya itu harus membentuk interaksi sosial yang wajar (harmonis) yang dapat diwujudkan oleh anak-anaknya dalam pergaulan mereka.
Perilaku sosial dan sikap anak dalam bergaul mencerminkan perlakuan yang diterima di dalam lingkungan keluarganya. Anak yang merasa ditolak oleh orang tua atau saudaranya mungkin menganut sikap kesyahidan di luar rumah dan membawa sikap sampai dewasa.
Pada tahun-tahun awal kehidupan yang merupakan pengaruh terpenting terhadap sikap anak dalam pergaulannya adalah cara pendidikan anak yang digunakan oleh orang tua. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang demokratis mungkin melakukan yang paling baik, mereka aktif secara sosial, mudah bergaul, sebaliknya mereka yang didikannya otoriter cenderung menjadi tidak aktif, cenderung menjadi anak pendiam dan suka melawan serta kreatifitas terhambat oleh tekanan-tekanan orang tua.
Dengan ketergantungan cara pendidikan yang digunakan oleh orang tua dalam membentuk dan membina sikap anak-anaknya dalam bergaul, maka penulis dapat mengambil cara yang baik yang harus dilakukan oleh orang tua yaitu :
a. Pendidikan dengan keteladanan
Keteladanan dalam pendidikan merupakan begian dari sejumlah yang paling efektif dalam mempersiapkan dan membentuk anak secara moral dan sosial, sebab pendidik atau orang tua merupakan contoh ideal dalam pandangan anak yang tingkah laku dan sopan santunnya akan ditiru. Oleh karenanya keteladanan adalah merupakan faktor penentu baik buruknya anak didik.
Salah satu sifat keteladanan pendidik yang harus ditanamkan pada anak adalah sifat akhlak karena mencakup keseluruhan aktifitas dalam pergaulannya.
Nabi sangat menekankan kepada pendidik dan orang tua yang berkompeten dalam dunia pendidkan untuk memberikan keteladanan yang baik dalam segala segi sehingga sejak dini anak didik terpatri oleh kebaikan dan tingkah laku berdasarkan sifat-sifat utama lagi terpuji.
Dari keterangan di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pendidikan keteladanan harus dimulai dari orang tua, keteladanan pergaulan yang baik adalah faktor yang efektif untuk membentuk sikap pergaulan anak untuk mempersiapkan kehidupannya dalam masyarakat.
b. Mengajarkan nilai-nilai moral pada anak
Secara alamiah, setiap anak akan berkembang sesuai dengan tahap kesadarannya, namun orang tua atau seorang guru yang bijaksana akan mampu menempatkan penalaran moral seorang anak. Dengan demikian, ia akan bertingkah laku berdasarkan prinsip-prinsip keadilan dan prikemanusiaan yang diterapkan secara konsekuen.
Pengajaran nilai moral pada anak sangat penting mengingat adanya hubungan antar manusia dan hubungan antar kelompok, yakni bertingkah laku sesuai dengan kehidupan masyarakat. Dalam hal ini, Zakiyah Daradjat menyatakan bahwa moral merupakan kelakuan yang timbul dari hati dan bukan paksaan dari luar, yang disertai pula oleh rasa tanggung jawab atas tindakan tersebut. Tindakan itu harus mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
c. Menciptakan komunikasi antara anak dan orang tua
Masalah yang tidak pernah habis dibicarakan dalam kehidupan manusia adalah masalah hubungan atau komunikasi antara orang tua dan anak. Demikian pentingnya hal tersebut, sehingga banyak persoalan-persoalan dalam masyarakat selalu dihubungkan dengan komunikasi yang berlangsung dalam keluarga, misalnya anak yang tidak sopan bicaranya dengan orang lain.
Suatu hal yang perlu diingat oleh para orang tua adalah masalah komunikasi karena itu merupakan kebiasaan. Artinya, komunikasi itu harus dipelihara terus sejak anak-anak masih kecil sampai remaja. Berkomunikasi yang baik dengan anak misalnya orang tua mengurangi kata-kata yang menyakitkan, mencegah ungkapan-ungkapan yang memperpanjang rasa sesal dan dendam serta memperkecil kemungkinan memberikan hukuman, sehingga dengan demikian, pengaruh komunikasi yang baik dari orang tua, anak akan menjadi luas wawasannya dalam bergaul yang baik.
Pada hakikatnya, komunikasi yang bisa menguntungkan kedua pihak ialah komunikasi timbal balik yang kedua pihak tersebut spontanitas serta keterbukaan orang tua. Keterbukaan yang demikian memungkinkan anak mengubah pendirian, mendengarkan ungkapan isi jiwa anak untuk berkembang dan belajar. Dari perkembangandan belajar inilah secara tidak langsung sikap anak terbentuk dan terbina untuk mewujudkan pergaulan yang baik.
2. Sekolah
Di sekolah bukanlah semata-mata sebagai tempat lapangan untuk mempertajam intelektual anak saja, melainkan peranan sekolah itu jauh lebih luas di dalamnya berlangsunglah beberapa bentuk dasar daripada kelangsungan “pendidikan”. Pada umumnya ialah pembentukan sikap anak dan kebiasaan yang wajar, perangsang dari potensi anak, perkembangan kecakapan-kecakapannya, belajar kerjasama dengan kawan sekelompok, melaksanakan tuntutan-tuntutan dan contoh yang baik. Dengan sikap yang sudah terbentuk melalui proses pendidikan di sekolah, maka anak dalam pergaulannya akan melahirkan suatu nilai-nilai moral yang dikehendaki oleh lingkungan masyarakat.
Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut “attitude”. Dan istilah attitude berasal dari bahasa Latin “aptus”, yang berarti keadaan siap secara mental yang bersifat subyektif untuk melakukan kegiatan. Pengertian sikap lain yang dikemukakan oleh Jansen, bahwa sikap itu adalah kecenderungan-kecenderungan atau kemauan-kemauan untuk berkelakuan secara tertentu di dalam situasi tertentu.
Dari beberapa definisi tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan sikap adalah kecenderungan seseorang untuk bertindak menurut cara-cara tertentu yang sesuai dengan hasil penilaiannya terhadap suatu obyek tertentu. Maka untuk membentuk sikap seorang anak tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan melalui proses tertentu. Dalam hal ini, penulis akan menjelaskan secara umum tentang pembentukan sikap.
Sikap dapat berbentuk atau berubah melalui empat cara yaitu; 1) Adopsi; kejadian atau peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus-menerus, lama-kelamaan secara bertahap diserap ke dalam individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap. 2) Diferensiasi; dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman sejalan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang terjadi dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terhadap obyek tersebut dapat terbentuk sikap tersebut pula. 3) Integrasi; pembentukan sikap ini terjadi secara bertahap dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu, sehingga akhirnya terbentuk sikap tersebut. 4) Trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang bersifat traumatis dapat juga terbentuknya suatu sikap.
Di lain pendapat misalnya Sherif mengemukakan bahwa sikap itu dapat diubah atau dibentuk apabila terdapat hubungan timbal balik yang langsung antara manusia dan adanya komunikasi (yaitu hubungan langsung) dari satu pihak.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap itu terbentuk melalui hubungan individu, kelompok, serta hubungan komunikasi yang lancar.
Sikap seorang anak dalam pergaulannya baik secara perorangan maupun secara berkelompok sebelumnya nampak suatu bentuk yang kongkrit sesuai dengan nilai-nilai sosial dan budaya dalam kelompok sosial tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apakah orang-perorangan atau kelompok-kelompok sosial bertemu dan menentukan sistem, serta bentuk-bentuk hubungan tersebut. Dengan kata lain, proses sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai kehidupan bersama.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada pendapat ahli sebagai berikut: Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial oleh karena tanpa interaksi sosial tak akan mungkin akan ada kehidupan bersama.
Selanjutnya H. Bonner dalam bukunya Social Psychology menyatakan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain begitupula sebaliknya.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pergaulan itu terjadi melalui suatu proses sosial yang biasa disebut interaksi sosial. Manusia sebagai makhluk sosial secara naluriah membutuhkan teman pergaulan dalam hidupnya, tidak terkecuali pada anak-anak yang usia balita. Oleh karena itu, sikap baik anak dalam bergaul akan terbentuk melalui peranan keluarga dan lingkungan sekolah.
1. Keluarga
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam berinteraksi dengan kelompoknya. Dari keluarga inilah yang akan melahirkan individu dengan berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat. Tidaklah dapat dipungkiri bahwa sebenarnya keluarga mempunyai fungsi yang tidak hanya terbatas selaku penerus keturunan, tetapi banyak hal-hal yang dapat mempengaruhi anak untuk berkembang.
Keluarga sudah seringkali terlihat peranannya dalam membentuk pola sikap anak-anaknya. Oleh karena itu, keluarga sangat berpengaruh pada individu yang akan terjun di masyarakatnya, baik atau tidak baik sikap perbuatannya, bisa atau gagal menyesuaikan diri, itu tergantung pada dasar pembentukannya dalam keluarga. Yang tergolong dalam lingkungn keluarga adalah ayah, ibu, saudara, kesemuanya itu harus membentuk interaksi sosial yang wajar (harmonis) yang dapat diwujudkan oleh anak-anaknya dalam pergaulan mereka.
Perilaku sosial dan sikap anak dalam bergaul mencerminkan perlakuan yang diterima di dalam lingkungan keluarganya. Anak yang merasa ditolak oleh orang tua atau saudaranya mungkin menganut sikap kesyahidan di luar rumah dan membawa sikap sampai dewasa.
Pada tahun-tahun awal kehidupan yang merupakan pengaruh terpenting terhadap sikap anak dalam pergaulannya adalah cara pendidikan anak yang digunakan oleh orang tua. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang demokratis mungkin melakukan yang paling baik, mereka aktif secara sosial, mudah bergaul, sebaliknya mereka yang didikannya otoriter cenderung menjadi tidak aktif, cenderung menjadi anak pendiam dan suka melawan serta kreatifitas terhambat oleh tekanan-tekanan orang tua.
Dengan ketergantungan cara pendidikan yang digunakan oleh orang tua dalam membentuk dan membina sikap anak-anaknya dalam bergaul, maka penulis dapat mengambil cara yang baik yang harus dilakukan oleh orang tua yaitu :
a. Pendidikan dengan keteladanan
Keteladanan dalam pendidikan merupakan begian dari sejumlah yang paling efektif dalam mempersiapkan dan membentuk anak secara moral dan sosial, sebab pendidik atau orang tua merupakan contoh ideal dalam pandangan anak yang tingkah laku dan sopan santunnya akan ditiru. Oleh karenanya keteladanan adalah merupakan faktor penentu baik buruknya anak didik.
Salah satu sifat keteladanan pendidik yang harus ditanamkan pada anak adalah sifat akhlak karena mencakup keseluruhan aktifitas dalam pergaulannya.
Nabi sangat menekankan kepada pendidik dan orang tua yang berkompeten dalam dunia pendidkan untuk memberikan keteladanan yang baik dalam segala segi sehingga sejak dini anak didik terpatri oleh kebaikan dan tingkah laku berdasarkan sifat-sifat utama lagi terpuji.
Dari keterangan di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pendidikan keteladanan harus dimulai dari orang tua, keteladanan pergaulan yang baik adalah faktor yang efektif untuk membentuk sikap pergaulan anak untuk mempersiapkan kehidupannya dalam masyarakat.
b. Mengajarkan nilai-nilai moral pada anak
Secara alamiah, setiap anak akan berkembang sesuai dengan tahap kesadarannya, namun orang tua atau seorang guru yang bijaksana akan mampu menempatkan penalaran moral seorang anak. Dengan demikian, ia akan bertingkah laku berdasarkan prinsip-prinsip keadilan dan prikemanusiaan yang diterapkan secara konsekuen.
Pengajaran nilai moral pada anak sangat penting mengingat adanya hubungan antar manusia dan hubungan antar kelompok, yakni bertingkah laku sesuai dengan kehidupan masyarakat. Dalam hal ini, Zakiyah Daradjat menyatakan bahwa moral merupakan kelakuan yang timbul dari hati dan bukan paksaan dari luar, yang disertai pula oleh rasa tanggung jawab atas tindakan tersebut. Tindakan itu harus mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
c. Menciptakan komunikasi antara anak dan orang tua
Masalah yang tidak pernah habis dibicarakan dalam kehidupan manusia adalah masalah hubungan atau komunikasi antara orang tua dan anak. Demikian pentingnya hal tersebut, sehingga banyak persoalan-persoalan dalam masyarakat selalu dihubungkan dengan komunikasi yang berlangsung dalam keluarga, misalnya anak yang tidak sopan bicaranya dengan orang lain.
Suatu hal yang perlu diingat oleh para orang tua adalah masalah komunikasi karena itu merupakan kebiasaan. Artinya, komunikasi itu harus dipelihara terus sejak anak-anak masih kecil sampai remaja. Berkomunikasi yang baik dengan anak misalnya orang tua mengurangi kata-kata yang menyakitkan, mencegah ungkapan-ungkapan yang memperpanjang rasa sesal dan dendam serta memperkecil kemungkinan memberikan hukuman, sehingga dengan demikian, pengaruh komunikasi yang baik dari orang tua, anak akan menjadi luas wawasannya dalam bergaul yang baik.
Pada hakikatnya, komunikasi yang bisa menguntungkan kedua pihak ialah komunikasi timbal balik yang kedua pihak tersebut spontanitas serta keterbukaan orang tua. Keterbukaan yang demikian memungkinkan anak mengubah pendirian, mendengarkan ungkapan isi jiwa anak untuk berkembang dan belajar. Dari perkembangandan belajar inilah secara tidak langsung sikap anak terbentuk dan terbina untuk mewujudkan pergaulan yang baik.
2. Sekolah
Di sekolah bukanlah semata-mata sebagai tempat lapangan untuk mempertajam intelektual anak saja, melainkan peranan sekolah itu jauh lebih luas di dalamnya berlangsunglah beberapa bentuk dasar daripada kelangsungan “pendidikan”. Pada umumnya ialah pembentukan sikap anak dan kebiasaan yang wajar, perangsang dari potensi anak, perkembangan kecakapan-kecakapannya, belajar kerjasama dengan kawan sekelompok, melaksanakan tuntutan-tuntutan dan contoh yang baik. Dengan sikap yang sudah terbentuk melalui proses pendidikan di sekolah, maka anak dalam pergaulannya akan melahirkan suatu nilai-nilai moral yang dikehendaki oleh lingkungan masyarakat.