Suatu hari seorang Arab Badui datang ke masjid. Ia datang menunggang seekor unta. Sesampai di masjid, ia turun dari punggung untanya dan berjalan masuk ke dalam masjid. Unta yang tidak terikat itu pun berjalan kian kemari tanpa arah. Melihat hal tersebut, Rasulullah saw. bertanya mengapa unta itu tidak diikat terlebih dahulu. Si Badui menjawab bahwa ia bertawakal kepada Allah swt. Ia menyerahkan penjagaan unta tersebut kepada Allah swt. Mendengar jawaban itu, Rasulullah saw. tersenyum seraya berkata, "Ikatlah dahulu untamu itu lalu bertawakallah kepada Allah swt."
Kisah di atas memberi kita pelajaran bahwa setiap orang dapat bertawakal kepada Allah swt. Akan tetapi, sikap tawakal itu tidak boleh meninggalkan usaha semaksimal mungkin. Kisah tersebut menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Mengapa demikian? Ada kalanya kita menginginkan sesuatu, berdoa kepada Allah swt. tetapi tidak mau berusaha untuk mendapatkannya. Ingin naik kelas tapi tidak mau belajar. Ingin hidup kaya tapi tidak mau bekerja keras untuk mendapatkannya atau ingin menjadi juara tetapi tidak mau melatih kemampuan diri.
Pengertian Tawakal
Kata tawakal berasal dari bahasa Arab tawakkala-yatawakkalu tawakkulan yang berarti menyerahkan, mempercayakan, atau mewakilkan sesuatu kepada orang lain. Secara istilah tawakal adalah sikap menyerahkan keberhasilan usaha, keinginan, dan urusan hidup kita kepada Allah swt. semata. Dengan demikian, tawakal merupakan sikap menggantungkan keputusan hidup kita kepada Allah swt. karena Allah-lah yang Maha Mengetahui hal terbaik untuk hidup kita.
Sikap tawakal merupakan bukti tertinggi keimanan seorang muslim kepada Allah swt. Seseorang dapat saja mengaku beriman akan tetapi hatinya belum berserah kepada Allah swt. Hatinya masih belum percaya bahwa Allah swt. mengurus dan menjamin kehidupannya. Akibat tidak adanya rasa tawakal adalah kegelisahan dalam hati dalam menghadapi urusan hidupnya. Orang yang tidak bertawakal merasa takut miskin, takut diremehkan orang lain, atau takut gagal. Oleh karena itulah, dalam keseharian kita dapat melihat orang yang korupsi seperti sebagian pejabat negara ini yang melalaikan kepercayaan yang diamanahkan kepadanya dan memperkaya diri dengan cara yang tidak halal.
Tanda-tanda Bertawakal dengan Sempurna
Sikap tawakal muncul dari dalam hati yang penuh keimanan kepada Allah swt. Semakin tinggi kadar keimanan seseorang kepada Allah swt. akan semakin tinggi pula sikap tawakal dirinya kepada Allah swt. Saat sikap tawakal yang sempurna telah menyatu dalam hati, akan terlihat tanda-tanda sikap tersebut dalam diri orang tersebut.
Di antara tanda sikap tawakal kepada Allah swt. adalah sebagai berikut.
1. Senantiasa tekun berikhtiar sebaik mungkin.
Orang yang bertawakal yakin bahwa Allah swt. hadir selalu dalam hidupnya. Ia selalu merasa optimis bahwa Allah swt. akan mengatur hidupnya. Apapun yang terjadi dalam hidup ia terima sebagai pilihan terbaik menurut ilmu Allah swt. Saat meraih keberhasilan ia bersyukur karena yakin keberhasilan itu adalah karunia Allah swt. Saat menghadapi kegagalan, ia bersabar karena yakin bahwa hal itu yang terbaik dan menjadi pelajaran baginya untuk maju. Ia tidak berputus asa saat Allah swt. menguji kesabarannya.
2. Sederhana dalam hidup dan tidak berpanjang angan-angan.
Orang yang bertawakal menyerahkan hidupnya kepada Allah swt. Ia tidak memiliki keinginan yang berlebihan dalam hidupnya. Ia tidak mengangankan kemewahan dunia meski tidak menolak jika Allah swt. mengaruniakan kepadanya.
3. Tidak gelisah atau berkeluh kesah.
Orang yang bertawakal yakin bahwa apapun yang terjadi dalam hidupnya telah diatur oleh Allah swt. Oleh karena itu, ia tidak akan gelisah dalam menjalani hidupnya. Saat menghadapi ujian, ia mempergigih ikhtiar dan memperbanyak doa kepada Allah swt. Ia juga tidak banyak berkeluh kesah kepada manusia. Keluhannya hanya terucap kepada Allah swt. semata.
Contoh Sikap Tawakal
Salah satu contoh terbaik sikap tawakal adalah sikap Rasulullah saw. Saat berhijrah ke Madinah, Rasulullah saw. dikejar oleh orang Quraisy hingga ke Gua Sur. Saat itu Rasulullah saw. dan Abu Bakar bersembunyi di dalam gua. Para pengejarnya telah berada di mulut gua. Andai mereka melongokkan kepala ke dalam gua pastilah mereka menemukan Rasulullah saw. Dalam keadaan seperti itu, Abu Bakar sangat khawatir akan keselamatan Rasulullah saw. Beliau pun menenangkannya seraya berkata, “Tenanglah Abu Bakar. Sesungguhnya Allah swt. bersama kita.” Inilah bentuk rasa tawakal yang sempurna kepada Allah swt. Saat musuh yang ingin membunuhnya berada dalam jarak yang sangat dekat, Rasulullah saw. tidak merasa takut. Beliau menyerahkan sepenuhnya keselamatan dirinya kepada Allah swt. sambil berusaha bersembunyi. Beliau yakin Allah swt. akan melindungi dari kejahatan pengejarnya.
Contoh lain sikap tawakal dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari seperti, Rina ingin lulus ujian. Oleh karena itu, ia belajar dengan tekun di manapun ia berada. Dengan tekun belajar, ia yakin Allah Swt. akan memudahkannya dalam mengerjakan soal ujian nanti dan memberikan kelulusan kepadanya. Rusdi membantu ayahnya menyiangi tanaman padi di sawah. Ia senantiasa mengawali pekerjaannya itu dengan membaca basmallah. Ia yakin Allah Swt. akan mengaruniakan panen yang bagus kepadanya. Anita berangkat ke sekolah naik sepeda. Saat berangkat ia berdoa kepada Allah Swt. Ia pun mengendarai sepedanya dengan hatihati. Saat melewati belokan, ia bertemu dengan sepeda motor yang melaju kencang. Karena kaget ia terpeleset dan jatuh. Kakinya terkilir dan terpaksa tidak masuk sekolah. Meski mengalami musibah dan tidak masuk sekolah, ia tidak menyesal. Ia yakin ada hikmah di balik musibah yang ia terima.
Menerapkan Sikap Tawakal
Sikap tawakal merupakan salah satu sikap yang banyak disebut dalam Al-Quran. Diantaranya adalah pada Surah Ali Imran ayat 159 yang artinya; "... kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya."
Dalam praktiknya, terdapat dua pola penerapan sikap tawakal.
1. Bertawakal menyerahkan keberhasilan usaha kita kepada Allah swt. lalu memaksimalkan usaha.
Pada pola pertama ini, tawakal menjadi sikap dasar saat kita hendak melakukan segala sesuatu. Saat kita menginginkan sesuatu, kita berniat untuk mendapatkannya, saat itulah tawakal kita haturkan kepada Allah swt. Kita memohon pertolongan, bimbingan, kemudahan, dan keberhasilan usaha kita kepada Allah swt. semata. Dengan sikap ini, kita berharap, Allah swt. mengaruniakan kemudahan dan hal terbaik kepada kita. Dengan demikian, keberhasilan atau kegagalan akan dapat kita terima dengan hati yang lapang karena keduanya adalah hal terbaik menurut ilmu Allah swt.
Contoh sikap tawakal pola pertama ini adalah saat kita hendak berangkat ke sekolah. Setelah siap berangkat kita berdoa kepada Allah swt. agar sampai dengan selamat hingga tujuan. Doa tersebut merupakan sikap tawakal kita kepada Allah swt. Kita memohon pertolongan dan kemudahan selama perjalanan. Setelah berdoa, kita berusaha melalui perjalanan itu sebaik mungkin. Kita berkendara dengan hati-hati. Peraturan lalu lintas kita patuhi. Dengan demikian, perjalanan kita aman hingga tujuan.
2. Berusaha sebaik mungkin lalu bertawakal kepada Allah swt.
Pada pola kedua ini, kita berusaha sebaik mungkin dulu lalu kita bertawakal kepada Allah swt. Hal ini biasanya kita laksanakan pada saat kita melakukan rutinitas sehari-hari. Misal mengunci pintu sebelum meninggalkan rumah. Aktivitas mengunci pintu tersebut kita laksanakan sebaik mungkin hingga menurut perkiraan kita orang yang berniat jahat tidak dapat memasuki rumah selama kita tinggalkan. Setelah mengunci pintu sebaik mungkin, kita bertawakal kepada Allah swt. agar Allah swt. menjaga rumah yang kita tinggalkan.
Pada pola kedua ini, kita berusaha sebaik mungkin dulu lalu kita bertawakal kepada Allah swt. Hal ini biasanya kita laksanakan pada saat kita melakukan rutinitas sehari-hari. Misal mengunci pintu sebelum meninggalkan rumah. Aktivitas mengunci pintu tersebut kita laksanakan sebaik mungkin hingga menurut perkiraan kita orang yang berniat jahat tidak dapat memasuki rumah selama kita tinggalkan. Setelah mengunci pintu sebaik mungkin, kita bertawakal kepada Allah swt. agar Allah swt. menjaga rumah yang kita tinggalkan.
Kedua pola tawakal ini dapat kita lakukan sendiri-sendiri maupun bersamaan. Dari dua pola ini, kita mengetahui bahwa pada dasarnya sikap tawakal dapat kita lakukan sebelum atau sesudah berusaha tergantung pada kegiatan yang kita lakukan.