Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pola Hubungan Sosial Suami Istri dan Keluarga Dalam Kehiduapan Sehari-hari

Pola Hubungan Sosial Suami Istri dalam Pengambilan Keputusan
Perbedaan posisi antara laki-laki dan peremuan dalam keluarga hanya sebagian disebabkan oleh alasan-alasan biologis misalnya fisik kuat atau lemah,tidak atau terlibat dalam kegiatan seperti mengandung, melahirkan, serta membesarakan bayi, sebagian lagi disebabkan oleh perbedaaan sosial dan budaya lingkungan keluarga itu,seperti siapa yang meraja dalam sistem itu (sistem patri atau matriarka!), siapa yang mengasuh dan mendidik anak, siapa yang mencari nafkah, siapa yang tampil ke depan pada kegiatan-kegiatan ritual, da sebagainya.

Sejak semula sudah di sadari, bahwa masalah mengenai pola pengambilan  keputusan dan pola wewenang antara pria dan wanita di dalam rumah tangga atau masyarakat yang lebih luas adalah lebih rumat karena segala sesuatu yang ada hubungannya dengan kekuasaan adalah peka terhadap masalah konflik dan masalah pengamilan keputusan serta wewenang erat pula hubungannya dengan norma-norma.

Untuk setiap jenis keputusan, tumah tangga di kelompokkan dalam lima tingkat yang berkaisar dan “dominasi oleh istri (keputusan di buat oleh istri)” sampai kepada “dominasi oleh suami (keputusan dibuat oleh suami sendiri) seperti; (a) keputusan dibuat oleh seorang diri tanpa melibatkan sang suami, (b) keputasan dibuat bersama oleh suami istri, tetapi dengan pengaruh yang lebih besar dan pada istri, (c) keputusan dibuat bersama dan senilai oleh suami istri, (d) keputusan dibuat bersama oleh suami istri,tetapi dengan pengaruh suami lebih besar, dan (e) keputusan dibuat oleh suami seorang diri tanpa melibatkan sang istri.

Namun dalam hal ini peranan suami atau istri pada kedudukan atau posisi sebagai pengambilan keputusan dalam rumah tangga dan masyarakat dibagi kedalam beberapa bidang seperti yang dikatakan oleh Pudjiwati Sajogyo dalam Ihromi (1990):

Pola Hubungan Keluarga Dalam Kehidupan Sehari-hari


Yang paling penting yang harus dilihat dalam kaluarga adalah sebagaimana tingkat pendapat (income) dan tingkat pengeluaran (expenditure) rumah tangga tersebut dimana sangat mempengaruhi kehidupan kelurga itu sehari-harinya. Tingkat keputusan dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari terdiri atas; (a) Makanan, berupa biaya hidup dan penentuan menu makanan, (b) perumahan terdiri atas pembelian dan peerbaikan, (c) pembelian pakaian, (d) biaya pendidikan, (e) Pembelian peralatan rumah tangga, dan (f) Perawatan kesehatan

Pola Hubungan dalam Pembentukan Keluarga


Rumah tangga merupakan suatu tempat yang pertama dimana anak belajar dan menerima norma-norma atau adat kebiasaan yang diwariskan oleh keluarganya atau masyarakat serta menyatakan dirinya sebagai makhluk sosial didalam hubungannya didalam kelompok keluarga dimana seorang menjadi anggotanya. Dengan demikian dapat dilihat bahwa tangkat keputusan yang berhubungan dengan pembentukan keluarga itu terdiri atas : (a) Jumlah anak (dalam arti kata sampai berapa jauh pemakaian alat-alat kontrasepsi). (b) Pengajaran atau kedisiplinan anak. (c) Pembagian tugas antar anak-anak. (d) Pendidikan.

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat dan meruoakan lembaga pertama dan individu dalam masyarakat dan merupakan lembaga pertama dan individu yang terikat oleh norma-norma tertentu, keluarga jga mempunyai kebutuhan-kebutuhan baik jasmani, rohani maupun sosial.

Kebutuhan jasmani yang dimaksud yaitu segala sesuatu yang memenuhi keperluan fisik seseorang untuk dapat hidup. Dilihat dan kebutuhan tersebut ternyata ada kebutuhan yang mutlak terpenuhi dan sangat menentukan hidup atau matinya. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan primer seperti : sandang dan pangan. Dan kebutuhan sekunder, kebutuhan ini hanya melengkapi hidup keluarga.

Kebutuhan rohani adalah segala sesuatu yang dapat memberikan kepuasan dan ketenteraman bagi seseorang maupun keluarga. Peranan jiwa sangat penting sebab merupakan motor dalam aspek perbuatan manusia. Dengan ketenangan dan ketenteraman jiwa akan memberikan kebahagiaan bagi keluarga. Untuk itu setiap keluarga mendambakan kebahagiaan harus selalu berusaha untuk memenuhi tuntutan kebutuhan tersebut.

Ditinjau dari segi kesehatan jiwa suami istri yang terikat dalam suatu perkawinan tidak akan mendapatkan jika kala dimana perkawinan hanya berdasarkan kebutuhan biologis dan materi semata tampa terpenuhi kebutuhan afeksional (kebutuhan mencintai dan dicintai,rasa kasi sayang,rasa aman, terlindungi, dihargai, diperhatikan dll.

Jika dam pembentukan suami istrimempunyai peranan yang sangat penting, dimana diketahui bahwa keluarga merupupakan sekelompok orang berdasarkan pertalian darah dan tanggung jawabterhadap anggotanya dan berusaha memelihara segala apa yang menjadi kebutuhannya.

Posting Komentar untuk "Pola Hubungan Sosial Suami Istri dan Keluarga Dalam Kehiduapan Sehari-hari"