Metode Elaborasi dalam Proses Pembelajaran

Metode Elaborasi dalam Proses Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran banyak sekali metode yang dapat digunakan oleh guru dalam mengelola kelas dan mengelola proses belajar mengajar. Salam satu metode pembelajaran yaitu metode pembelajaran elaborasi.

Defenisi  Elaborasis


Metode elaborasi menurut Degeng (1977:34-35) sebagai suatu cara mengorganisasikan pembelajaran, mulai dengan memberikan kerangka isi (Epitome) dari bidang studi yang diajarkan. Pada pelaksanaannya setelah diberikan secara utuh, maka dilanjutkan dengan memilih-milih pokok bahasan tersebut menjadi bagian-bagian yang telah terperinci. Bagian yang telah dipilih ini dijadikan sub bagian dan sub bagian ini dipilih kembali menjadi sub-sub bagian dan seterusnya demikian. Pilihan ini dilakukan dengan terperinci sekali pada ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Reiguluth (1983: 338) dinyatakan bahwa model Elaborasi merupakan proses intruksional yang dimulai dengan menggunakan everview yang mengajarkan ide-ide secara umum sederhana dan mendasar tetapi bukan abstrak.

Merril dan twitehell (1994: 81-82) mengatakan bahwa dengan menggunakan model Elaborasi si pelajar akan selalu sadar akan konteks dan pentingnya perbedaan topic yang dipelajari serta pentingnya hubungan antara topic yang telah dipelajari.

Prinsip-prinsip Elaborasi


Dalam merril dan Twichell (19943: 87-91) dan degeng (1997: 36-39), dinyatakan ada delapan prinsip dalam pembelajaran dengan menggunakan teori elaborasi. Prinsip tersebut adalah :

1. Initial synthesis principle: penyajian opitime diawal pembelajaran apa yang  sebaliknya dihasilkan dalam pembelajaran agar efektif, efesien dan mudah untuk dilaksanakan atau dengan kata lain, bahwa kerangka isi menunjukkan bagian-bagian utama bidang studi dan hubungan-hubungan itu hendaknya disajikan pada fase pertama pembelajaran.

2. Gradual elaboration principle: pengaturan secara gradual dari urutan yang terbentuk (general detailed atau simplex).Elaborasi tahap kedua akan mengealborasikan bagian-bagian yang tercakup dalam elaborasi dengan tahap pertama. Dengan demikian, urutan pembelajaran bergerak dari umum ke rinci dan dari sederhana ke complex.

3. Introduktoriy famillarization principle: Pengaturan disesuaikan dengan hal-hal yang diketahui oleh siswa. Pada tahap ini pengajar (guru) akan mencoba untuk menemukan bahan-bahan ajar atau contoh-contoh kasus yang telah dikenal oleh siswa. Pemakaian hal-hal ini pada akhirnya akan mempermudah siswa dalam memahami konsep-konsep yang akan disajikan pada pertemuan-pertemuan berikutnya.

4. “Most Important first” principle : Pengaturan yang dianggap paling penting, ditempatkan pada awal pertemuan. Hal ini mempertimbangkan bahwa bahan ajar tersebut dapat memberikan kontribusi pada siswa dalam memahami keseluruhan "gambar" (picture).  Hal ini dilakukan untuk meningkatkan motivasi, transfer, dan retensi yang dapat bertahan lama.

5. Optimal size principle: fakta-fakta, konsep dan prosedur dapat dikenal atau diketahui dengan mudah oleh siswa, dimana hal tersebut disintesis melalui proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, fakta-fakta ini dapat ditampilkan dengan memberikan comtoh tentang perilaku yang terjadi di dalam kelas atau dengan cara menyajikan klipping kasus nilai-nilai yang terjadi dalam remja. Dari kasus atau permasalahan ini, diharapkan siswa dapat mengungkapkan apa-apa yang telah dipahami melalui proses diskusi di dalam kelas.

6. Periodic synthesis principle : bahan ajar yang disintesis dan ditunjukkan di setiap akhir pembelajaran (menunjukkan hubungan yang lebih detail suatu optime). Pada bagian ini, konselor akan memberikan suatu penjelasan, mengenai hubungan antara satu bahan ajar dengan bahan ajar selanjutnya. Pengenalan ini diperlukan agar siswa setidaknya mempunyai gambaran awal terhadap bahan ajar yang akan disajikan oleh konselor.

7. Periodic summary principle: Penunjukkan rangkuman di akhir setiap akhir bahan ajar. Pada saat guru akan memberikan rangkuman dari bahan ajar yang telah diberikan kepada siswa. Dengan demikian, apabila terbagi menjadi beberapa bagian, maka di setiap akhir bab atau bagian, maka guru memberikan rangkuman. Dan rangkuman ini diusahakan untuk bisa meningkatkan bab-bab berikutnya.

8. Type of synthesir principle : sintesis bahan ajar disesuaikan dengan kondisi yang ada, seperti struktur konseptual untuk isi konseptual, struktur teoritis untuk isi teoritis, dan struktur prosudural.

Langkah-langkah Pembelajaran Elaborasi


Langkah-langkah pembelajaran elaborasi dalam Degeng (1987: 125) dan Merril and twitchel (1994: 93-94) adalah sebagai berikut :

1. Penyajian kerangka isi

Pembelajaran dimulai dengan menyajiakan kerangka isi yaitu struktur yang memuat bagian-bagian yang paling penting dari bidang studi.

2. Elaborasi tahap pertama

Yaitu, mengurutkan tiap-tiap bagian yang ada dalam kerangka isi, dimulai dari bagian penting. Akhir tiap elaborasi diakhiri dengan rangkuman dan pentesis yang hanya mencakup konstruk-konstruk yang baru diajarkan.

3. Pemberian rangkuman dan sintesis internal.

Pada tahap ini, diberikan rangkuman. Rangkuman ini berisi pengertian-pengertian singkat mengenai konstruk yang diajarkan dalam elaborasi.

4. Elaborasi tahap kedua

Pada tahap ini si pelajar di bawa pada tingkat kedalaman sebagaimana yang dituntut dalam tujuan pembelajaran. Tahap kedua ini dilakukakan seperti pada elaborasi tahap pertama yaitu diakhiri dengan rangkuman dan penistesis internal (Expended Epitome).

5. Pemberian rangkuman dan sintesis external

Setelah tahap kedua selesai,maka diberikan rangkuman dan sintesis external seperti tahap pertama

6. Pada bagian ini dilakukan tahap-tahap seperti pada tahap satu dan dua sampai pada kedalaman tertuntu seperti yang telah ditentukan pada tujuan pembelajaran.

7. Diakhir pembelajaran, disajikan kembeli kerangka isi untul mensintesikan keseluruh bidang studi (terminal epitime)yang diajarkan.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama