Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ketentuan Islam dan Budaya Manusia

Ketentuan Islam dan Budaya Manusia
Catatan ini merupakan sebuah analisis saya tentang agama Islam yang hadir di dalam budaya manusia yang sangat beragam. Sehingga Islam akan berwajah sesuai dengan kerafian lokal yang ada di daerah tersebut. Analisis ini juga terinspirasi dari siswa yang bertanya di dalam kelas saat saya sedang mengajar.

Pada beberapa hari yang lalu seorang siswa bertanya kepadaku, "apa perbedaan Islam dan Bahasa Arab ?". Serentak saya kaget, karena ini merupakan pertanyaan kritis yang diajukan kepadaku saat saya sedang asyik mengajar di depan kelas.

Jawabanku sangat simpel waktu itu, saya mengatakan kepadanya bahwa Islam adalah agama yang diturunkan Allah SWT kepada manusia agar menjadi pedoman dan bekal hidup di dunia, sedangkan Bahasa Arab adalah alat komunikasi verbal yang dimiliki oleh bangsa Arab dan orang non arab yang mengetahuinya.

Lalu dia bertanya lagi, "lalu kenapa kitab suci Al-Qur'an diturunkan menggunakan Bahasa Arab?". Saya berpikir sejenak kemudian menjawab pertanyaan itu, "Bahasa Arab merupakan bahasa yang sangat fleksibel, memiliki ribuan kosa kata, dan memiliki pemaknaan yang sangat luas, dalam kajiannya Bahasa Arab mempunyai nilai sastra yang sangat tinggi, dan dapat menjangkau semua kejadian yang terjadi pada masa lampua, sekarang dan yang akan datang. Pemilihan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur'an tidak saja berpatokan pada keadaan Rosulullah SAW sebagai orang arab, tetapi memang bahasa arab layak menerjemahkan bahasa Tuhan ke dalam bahasa manusia".

Islam memang tidak bisa terlepas dari bahasa Arab, karena disadari sungguh bahwa Islam pertama kali diturunkan di Mekkah melalui wahyu yang disampaikan malaikat Jibril kepada Nabi Sallahu Alaihi Wasallam dan wahyu yang selanjutnya hingga Islam disempurnakan sebelum Rosulullah wafat. Dalam perkembangannya Islam disebarkan oleh para sahabat, baik itu melalui dakwah dan melalui penaklukan. Di masa para sahabat keberadaan Islam begitu kuat hingga mampu menjangkau seluruh tanah arab. Di masa setelah para sahabat, Islam diperluas hingga  wilayah Eropa, namun setelah masa keemasan Islam kemudian melemah.

Bahkan pada saat ini begitu banyak memberikan tudingan yang meyakini bahwa Islam itu agama 'Teroris'. Tudingan ini membuat wajah Islam menjadi meredup. Kita sadari pula bahwa banyak kelompok radikal yang lahir dengan mengatasnakan Islam, lalu melakukan kekerasan di mana-mana, sehingga pandangan masyarakat kepada Islam sebagai Rahmatan Lil Alamin menjadi berkurang.

Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin telah merombak sistem perbudakan pada zaman dahulu. Sudah tidak ada lagi aturan perbudakan dalam hukum Internasional, sehingga jika masih ada perbudakan maka itu merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia yang sangat fatal. Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin, telah membawa manusia dari masa kegelapan hingga masa terang benderang. Ini bisa dilihat dengan ayat-ayat Al-Qur'an tentang Ilmu Pengetahuan dan tata kehidupan yang layak bagi manusia, selain itu begitu banyak buku-buku yang ditulis oleh orang Islam yang telah menginspirasi manusia dalam membangun peradaban mulia, sebagai contoh Ibnu Sina sebagai sebagai ahli kedokteran di zamannya.

Islam sebagai rahmatan lil alamin telah memperbaharui budaya manusia, Islam juga memberi ajaran agar manusia berperilaku sehat dalam hidup. Sebelum penyakit HIV AIDS mewabah, islam sudah melarang manusia untuk melakukan hubungan secara bebas, Islam mewajibkan agar manusia menikah dulu baru melakukan hubungan suami istri. Islam juga melarang untuk manusia mengkonsumsi khomar (segala yang memabukkan). Khomar dapat merusak pikiran manusia termasuk dapat menyebarkan penyakit AIDS melalui penggunaan jarum suntik pada narkba.

Namun di sisi lain apakah Islam itu arab? Apakah seorang Muslim itu harus menjadi arab juga?. Tentunya pertanyaan ini menjadi renungan kita bersama dan dikembalikan kepada kita untuk menjawab sesuai dengan pemahaman kita.

Dalam analisis sederhana, saya memahami bahwa Islam itu bukanlah arab, atau orang muslim harus menjadi arab, walaupun bahasa yang digunakan dalam kitab suci Al-Qur'an adalah bahasa arab. Islam masuk ke dalam diri seseorang sesuai dengan budaya dan karakter yang ada di daerahnya. Memang pada awalnya Islam masuk ke daerah tertentu pasti bersinggungan dengan budaya setempat, namun kemudian ada akulturasi antara Islam dan budaya setempat sehingga dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat setempat. Sebagai contoh, pertama kali Islam masuk ke Indonesia masyarakatnya masih menyembah agama nenek moyangnya, masih ada budaya-budaya yang tidak sesuai dengan rasio Islam. Namun seiring waktu berjalan para mubalik mencoba untuk membumikan Islam di tempat dimana mubalik itu berda'wah. Para mubalik ini menyebarkan Islam sesuai dengan kondisi masyarakat, kita ambil contoh Sunan Kali Jaga yang menyebarkan Islam menggunakan wayang. Cerita-cerita wayang yang lama diubah menjadi cerita cerita Islam, sehingga masyarakat tertarik dan pada akhirnya dengan kelembutan dan kearifan para mubalik, masyarakat dengan suka rela menerima Islam sebagai agama dan  keyakinan baru.

Tanpa budaya Islam tidak mungkin dapat disebarluaskan, tanpa Islam budaya tidak akan dapat mengalami perubahan dan perkembangan. Budaya dengan agama sudah sepatutnya dipertemukan, keduanya tidak dapat dilepaspisahkan. Budaya perlu diIslamkan dan Islam perlu dibudayakan, kalau tidak nilai-nilai Islam ini susah masuk ke dalam pemahaman dan perilaku manusia.

Budaya merupakan bagian yang tidak dapat dilepaspisahkan dengan manusia, sama halnya dengan agama. Budaya adalah hasil karya, karsa dan cipta manusia. Tidak semua budaya itu buruk dan tidak semua budaya itu baik, ada budaya yang buruk dan tidak relevan lagi, dan ada budaya yang baik dan selalu relevan di semua zaman. Walaupun budaya itu hasil dari pikiran manusia, namun ada juga budaya yang merupakan pengilhaman tuhan kepada manusia. Kita lihat saja sistem kehidupan manusia nusantara yang mengalami perkembangan dari yang tidak mempunyai nilai aturan kehidupan, hingga memiliki aturan sendiri yang mengatur cara hidup manusia yang pada saat itu belum disentuh oleh Islam.

Ini artinya bahwa, budaya-budaya baik yang sejalan dengan nilai-nilai Islam tidak perlu dibuang tetapi dipertahankan sebagai kearifan lokal, sedangkan budaya-budaya yang tidak sejalan dengan Islam diperbaharui dan diperbaiki, sehingga sejalan dengan Islam tanpa menghilangkan nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di dalamnya.

Adanya akulturasi antara islam dan budaya membawa manusia untuk tidak melupakan jati dirinya sebagai masyarakat yang berbudaya dan juga sebagai masyarakat yang religius. Islam dan budaya lokal dapat tumbuh bersama tanpa menghilangkan satu identitas diantara keduanya. Sedangkan budaya buruk seperti perng, terori, dan sebagainya yang tidak sejalan dengan akal manusia dan tidak sejalan dengan rasio agama sudah saatnya untuk dimusnahkan dari atas muka bumi, karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan prikeadilan (sebagaimana amanat Pembukaan UUD 45).

Ketertindasan terhadap suatu kaum dan ketertindasan terhadap masyarakat marginal merupakan perbuatan yang ilegal (haram) di dalam Islam. Islam tidak mengajarkan ummatnya untuk melakukan tindakan trans-sosial seperti itu, Islam hanya mengajarkan kepada ummatnya untuk saling menghargai dan saling menghormati antar sesama manusia walaupun mereka berkeyakinan dan berbudaya yang berbeda.

Posting Komentar untuk "Ketentuan Islam dan Budaya Manusia"