Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perilaku-perilaku Terpuji dalam Islam (Adil, Ridha, dan Amal Saleh)

Perilaku-perilaku Terpuji dalam Islam (Adil, Ridha, dan Amal Saleh)
Gara-gara mencuri dua ekor ayam, Syariqin dan Syariqah (nama samaran), harus dipenjara 3,5 bulan. Terungkap dalam sidang, Syariqin mengaku terpaksa mencuri untuk menghidupi anaknya. Keduanya dinyatakan terbukti melanggar pasal 363 ayat (1) ke-3 KUHP tentang pencurian.

Peristiwa yang diungkap di atas merupakan praktik pelanggaran hukum sehingga harus diadili. Apakah menurut Anda keputusan hakim di atas sudah mencerminkan prinsip keadilan? Bagaimana sesungguhnya ketentuan penegakan keadilan dalam ajaran Islam? postingan tentang Perilaku-perilaku Terpuji dalam Islam (Adil, Ridha, dan Amal Saleh) akan mengulas jawaban tersebut.

Perilaku Adil


1. Pengertian Adil


Kata adil secara bahasa artinya sama berat, tidak berat sebelah, atau tidak memihak. Secara istilah, adil diartikan dengan sikap menempatkan sesuatu pada tempatnya. Dengan demikian, adil tidak selalu berarti memberikan sesuatu kepada orang lain dengan jumlah sama persis.

Dalam Al-Quran, adil juga mengandung banyak pengertian sesuai konteks ayat-ayatnya. Adil kadang diartikan dengan seimbang, benar, tebusan, atau memberikan segala sesuatu kepada yang berhak. Contohnya pengertian adil yang dijelaskan dalam firman Allah yang artinya.

Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu... (Q.S. An-Nisa: 135)

Keadilan pada ayat di atas mengandung pengertian bersikap seimbang/jujur saat menjadi saksi, baik kepada diri sendiri, orang tua, maupun kerabat kita. Pengertian adil ini berbeda dengan yang dijelaskan dalam ayat yang artinya, "Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan bukti-bukti yang nyata dan kami turunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku adil..." (Q.S. al-Hadid: 25). Keadilan dalam ayat ini mengandung pengertian memberikan segala sesuatu kepada yang berhak, baik pribadi atau golongan, tanpa melebihi dan mengurangi.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, menunjukkan bahwa keadilan dapat diukur menggunakan hati nurani dan rasio maupun fisik dan indra. Oleh karena itu, dalam bahasa Arab, adil dapat dibedakan menjadi dua istilah, yaitu al-'adl dan al-'idl. Jika al-'adl merupakan keadilan yang ukurannya didasarkan pada kalbu ataupun rasio, al-'idl merupakan keadilan yang dapat diukur dengan fisik ataupun panca indra, seperti timbangan maupun hitungan. Dengan demikian, keadilan tidak hanya diukur dengan besarnya bagian materi yang sama rata, tetapi sesuatu yang bersifat abstrak yang hanya dirasakan dengan kelapangan hati dan pikiran. (Ensiklopedi Islam untuk Pelajar 1. 2001)

Keadilan merupakan nilai-nilai kemanusiaan yang sangat penting. Dengan demikian, dalam menjalani hidup kita harus menjunjung tinggi keadilan. Selalu berusaha bersikap adil merupakan salah satu ciri-ciri orang yang takwa. Dalam Surah al-Ma-'idah ayat 8 dijelaskan tentang keutamaan bersikap adil yang artinya:

"Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadailan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan." (Q.S. Al-Ma'idah: 8).

Begitu dekatnya keterkaitan antara adil dan takwa, jika kita hendak memiliki sifat takwa salah satunya dengan menjunjung keadilan. Menjunjung nilai-nilai keadilan dalam segala aspek kehidupan sangat penting. Jika kita menerapkan keadilan dalam menyelesaikan segala sesuatu akan membawa kebaikan dan kepuasan bersama. Sebaliknya, jika kita berlaku tidak adil, pasti menyebabkan terjadinya kerusakan dan kerugian bersama.

2. Contoh Perilaku Adil


Berlaku adil dapat kita terapkan dalam berbagai aktivitas sehari-hari. Contoh berlaku adil dapat kita tunjukkan, baik kepada diri sendiri, orang lain, maupun masyarakat luas.

a. Memenuhi Hak Allah, Diri Sendiri, dan Orang lain

Contoh sikap adil adalah proporsional dalam menjalani hidup. Misalnya tidak hanya menghabiskan waktunya untuk beribadah kepada Allah atau membantu orang lain, tetapi juga memperhatikan hak dirinya sendiri.

Dalam ajaran Islam setiap muslim tetap diwajibkan untuk berlaku adil terhadap diri sendiri, yaitu dengan menyeimbangkan antara hak Tuhan, dirinya, dan orang lain. Sebagaimana pesan Rasulullah saw. kepada Abdullah bin Amr ketika ia terus-menerus puasa pada siang hari dan salat pada malam hari dalam hadis yang artinya sebagai berikut.

..."Sesungguhnya untuk tubuhmu ada hak (untuk beristirahat), dan sesungguhnya bagi kedua matamu punya hak, dan kepada istrimu punya hak, dan untuk orang yang menziarahi kamu juga mempunyai hak..." (H.R. Muttafaq 'Alaih)

b. Tidak Pilih Kasih

Contoh perilaku adil ditunjukkan dengan tidak bersikap pilih kasih kepada anggota keluarga kita, seperti ayah, ibu, anak, atau kerabatnya. Hal ini sebagaimana hadis yang disampaikan Rasulullah saw. seperti diceritakan oleh Nu'man bin Basyir r.a. yang artinya sebagai berikut.

..."Bertakwallah kamu kepada Allah dan bersikap adillah terhadap anak-anakmu..." (H .R. Muttafaq 'Alaih).

c. Menjunjung Kebenaran

Islam mengajarkan kepada kita agar berlaku adil kepada semua manusia. Sikap adil perlu ditujukan kepada semua orang, baik kepada sesama muslim atau orang kafir yang paling dibenci sekali pun. Setiap orang berhak mendapatkan perlakuan yang adil. Dalam menjunjung keadilan kepada orang lain, hendaknya tidak boleh luntur meskipun terhadap orang yang kita cintai. Demikian juga terhadap orang yang kita benci, tetap harus berlaku adil.

3. Berperilaku Adil dalam Hidup Sehari-hari


Perilaku adil dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, misalnya dalam bidang hukum, sosial, dan ekonomi. Perhatikan pembahasan berikut.

a. Berlaku Adil dalam Bidang Hukum

Adil dalam bidang hukum contohnya, saat memberikan kesaksian. Seseorang tidak boleh memberi kesaksian, kecuali dengan sesuatu yang diketahui. Ia tidak boleh menambah, mengurangi, mengubah, atau mengganti kesaksiannya. Untuk menegakkan keadilan di bidang hukum, kita tidak boleh pandang bulu. Adil di depan hukum berlaku kepada siapa pun, baik yang kaya, miskin, berpendidikan, petani, pedagang, aparat pemerintah, dan semua orang.

Tidak adil kepada orang-orang lemah hukumnya berdosa. Rasulullah saw. pernah menyampaikan wasiat kepada Mu'az yang artinya, "Hati-hatilah terhadap doa orang yang dianiaya karena tidak ada hijab (halangan) antara doa itu dengan Allah." (H.R. Muttafaqu 'Alaih). Meskipun tampaknya orang yang lemah tidak akan melawan jika kita sikapi tidak adil, tetapi doa orang tersebut makbul.

Dalam upaya menegakkan keadilan di depan hukum, kita bisa mengambil teladan dari Rasulullah saw. Beliau pernah bersumpah di hadapan umatnya sebagaimana diceritakan Usamah kepada Aisyah r.a. dalam hadis yang artinya sebagai berikut.

"Jika sekiranya Fatimah binti Muhammad saw. telah terbukti mencuri maka aku sendiri yang akan memotong tangannya."

Demikian, ketegasan yang pernah diungkapkan oleh Rasulullah dalam menegakkan keadilan di bidang hukum.

b. Berperilaku Adil dalam Kehidupan Sosial

Kita dalam menjalani hidup selalu berhubungan dengan orang lain. Perperilaku adil dalam kehidupan sosial sangat penting kita terapkan. Misalnya ditunjukkan dengan bersikap menghormati, menghargai, dan membantu semua orang tanpa melihat latar belakang dirinya. Keadilan sosial juga dapat ditunjukkan dengan memberi kesempatan yang sama kepada semua orang dalam berusaha dan berprestasi. Oleh karena itu, hak-hak orang lemah harus tetap dilindungi tanpa harus mendahulukan mereka yang memiliki status sosial yang tinggi.

c. Berperilaku Adil dalam Bidang Ekonomi

Keadilan ekonomi dapat ditunjukkan dalam hal kepemilikan harta dan kekayaan. Menjunjung keadilan dalam ekonomi berarti berupaya menyeimbangkan sisi-sisi perbedaan yang ada pada masyarakat untuk mendapatkan hak-hak ekonominya. Misalnya, berusaha membatasi praktik monopoli perdagangan, melindungi orang yang berekonomi lemah, mengelola zakat, dan mengentaskan kemiskinan.

Perilaku Ridha


1. Pengertian Ridha


Ridha adalah sikap menerima segala ketentuan Allah swt., tenang dalam menghadapi cobaan dengan senantiasa berusaha, dan tidak mudah putus asa. Bersikap ridha berarti menerima secara sungguh-sungguh dari dalam hati atas pemberian Allah melalui nalar pikiran yang positif bahwa Allah telah memberikan kenikmatan sesuai ukuran kebutuhan kita.

Jika seseorang memiliki kehendak yang besar, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan, akan menyebabkan stres. Untuk mengatasi kondisi ini, sikap terbaik adalah dengan ridha terhadap apa pun yang telah menjadi kehendak Allah.

Allah swt. telah memberikan karunia rezeki kepada seluruh makhluk di dunia ini. Meskipun rezeki Allah itu melimpah tidak terbatas, tetapi Dia menetapkan takaran atau ukuran kepada tiap-tiap hamba-Nya. Dengan demikian, perolehan rezeki Allah untuk tiap manusia bisa berbeda, meskipun mereka sama-sama telah bekerja dan berusaha.

Adanya perbedaan dalam pendapatan ini telah disebutkan dalam Al-Qur'an yang artinya.

"Dan Allah melebihkan sebagian kamu atas sebagian yang lain dalam hal rezeki..." (Q.S. an-Nahl: 71)

Dengan adanya kesadaran bahwa perolehan rezeki manusia telah ditentukan oleh Allah, mengantarkan kita untuk memiliki sifat ridha. Kita harus rela menerima kenyataan yang tengah dihadapi. Rasulullah menyampaikan banyak hadis yang menjelaskan tentang perlunya sikap ridha. Suatu kali beliau di hadapan sahabat bersabda yang artinya, "Beruntunglah orang yang mendapatkan hidayah Islam, rezeki yang mencukupi hidupnya, dan ia pun rida atas segala ketetapan Allah". (H.R. Tirmizi)

Selain hadis di atas, kita perlu menyimak keridaan yang dicontohkan para sahabat. Salah satunya adalah sahabat Abdullah bin Mas'ud r.a. Beliau pernah menyatakan, "Sungguh aku lebih suka menjilati kerikil yang panas daripada aku berkata, 'Seandainya hal ini tidak terjadi,' padahal peristiwa itu telah terjadi. Atau mengatakan, 'Seandainya hal ini benar-benar terjadi,' ketika peristiwa itu tidak terjadi." Anjuran untuk bersikap ridha dengan ketetapan yang telah terjadi memberi pelajaran kepada kita bahwa mengeluh diiringi penyesalan dan angan-angan kosong tentang sesuatu yang telah terjadi, tidak boleh kita lakukan.

2. Contoh Perilaku Rida


Perilaku rida bukan berarti bertindak pasrah buta dalam mencari rezeki Allah. Contoh perilaku ridha adalah bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan rezeki dari Allah kemudian tetap bersyukur dengan besarnya rezeki yang diperolehnya dalam jumlah berapa pun.

Sebagai pelajar sikap ridha contoh nilai ujiannya, setelah ia belajar dengan giat dan berdoa kepada Allah. Demikian halnya dengan contoh-contoh yang lain yang kita alami dalam hidup sehari-hari.

Berdasarkan contoh di atas berarti jika kita mendapatkan rezeki yang sedikit, tetap harus bersyukur kepada Allah. Demikian halnya jika kita mendapatkan nilai yang kurang baik, juga tidak boleh berputus asa.

Kita perlu selalu menumbuhkan pikiran yang positif (husnuzzan) kepada Yang Maha Pemberi rezeki. Saat kita mendapatkan rezeki yang sedikit, kita harus segera ingat mungkin jika diberi-Nya rezeki yang berlebih justru dapat menimbulkan dampak negatif bagi pribadi kita karena semakin menjauhkan diri dari rahmat Allah swt. Untuk memiliki sikap ridha kita harus selalu bersyukur atas segala karunia Allah swt. Apapun yang telah terjadi dan merupakan ketentuan Allah harus kita sikapi dengan rasa ridha. Perhatikan firman Allah swt. berikut ini yang artinya.

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (Q.S. Ibrahim: 7)

3. Berperilaku Rida dalam Hidup Sehari-hari


Berperilaku ridha sangat penting untuk kita biasakan dalam menjalani hidup sehari-hari. Jika nikmat dari Allah swt. kita terima dengan hati yang ikhlas dan penuh rasa syukur akan menjadi berkah bagi kehidupan. Allah juga akan melipatgandakan nikmat tersebut. Sebaliknya, sebesar apa pun nikmat yang diterima, jika disikapi dengan perasaan selalu kurang, tidak akan menjadi berkah bagi kehidupan, bahkan dapat menjadi laknat dan azab. Berperilaku rida dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan dengan sikap-sikap sebagai berikut.

a. Selalu Berpikir Positif

Kita harus selalu berpikir positif terhadap apa pun yang kita dapatkan saat ini. Kita bertawakal kepada Allah dengan mempercayakan yang Dia tetapkan kepada kita.

b. Selalu Berikhtiar kepada Allah swt.

Orang yang rida dapat ditunjukkan dengan selalu bersungguh-sungguh dalam bekerja. Dengan demikian, kita tidak boleh mudah menyerah saat menghadapi masalah tertentu saat bekerja.

c. Mampu Mengambil Hikmah dari Segala Ketentuan Allah swt.

Agar kita tidak mudah menyerah dan putus asa hendaknya membiasakan diri melakukan introspeksi diri. Caranya dengan menggali hikmah dari segala sesuatu yang sedang ia alami, baik yang berupa kebaikan atau keburukan.

d. Senantiasa Bersyukur atas Segala Sesuatu

Untuk menunjukkan sikap ridha kita harus selalu bersyukur. Dengan bersyukur kepada Allah atas kenikmatan yang kita terima, Allah akan melipatgandakan kenikmatan tersebut.

Dengan kita berperilaku rida akan membawa pengaruh positif dalam hidup kita sehari-hari. Misalnya tercermin dalam diri seseorang yang senantiasa menjalani hidup dengan optimis, semangat, dan sabar dengan dilandasi keridaan dan keikhlasan.

Perilaku Amal Saleh


1. Pengertian Amal Saleh


Amal saleh secara bahasa berarti perbuatan baik. Secara istilah amal saleh dapat diartikan dengan perbuatan kebajikan yang dilandasi iman kepada Allah swt. dengan niat memperoleh rida-Nya. Berkaitan dengan batasan amal saleh, ada beberapa pendapat.

Ada yang berpendapat setiap  amalan, asal mengandung kemanfaatan, baik untuk diri sendiri, orang lain, maupun masyarakat luas, disebut amal saleh.  Ada juga yang berpendapat amal saleh sebagai amalan yang sesuai dengan akal dan tidak bertentangan dengan Al-Quran maupun sunah Rasulullah. Dengan demikian, amal saleh sangat luas dan menyangkut berbagai aspek kehidupan. (Ensiklopedi Islam untuk Pelajar 1. 2001)

Dalam ayat-ayat Al-Qur'an dapat ditemukan sekitar 28 ayat yang menyebut anjuran beriman dan beramal secara bersamaan. Salah satunya ayat yang artinya sebagai berikut.

Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, Kami tidak akan membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya. Mereka itulah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya. (Q.S. al-A'raf: 42)

Seorang yang beriman kepada Allah harus dibuktikan dengan amal saleh. Keterkaitan antara iman dan amal saleh karena sebagai khalifah di muka bumi kita dituntut selalu beriman kepada Allah dan berbuat baik kepada sesama manusia. Amal saleh itu sendiri merupakan efek langsung dari keimanan seseorang. Seseorang yang memiliki keimanan, berarti dalam dirinya akan terdorong untuk beramal saleh.

Dalam beramal saleh, Allah tidak membebani seseorang untuk menentukan jenis amal saleh tertentu yang harus dikerjakan oleh setiap hamba-Nya. Akan tetapi, dapat dilakukan dengan cara apa pun sesuai dengan kemampuan.

2. Contoh Amal Saleh


Berdasarkan pengertian amal saleh di atas, contoh amal saleh sangat luas. Bahkan, setiap langkah-langkah kita dalam menjalani hidup ini bisa dinilai sebagai perbuatan amal saleh. Dalam hadis-hadis Rasulullah banyak disebutkan contoh-contoh amal saleh, misalnya dengan tersenyum sehingga membuat orang lain merasa senang, menyingkirkan duri di jalan, bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, menuntut ilmu, dan banyak amalan yang lain.

Dalam kehidupan kita sehari-hari dapat menemukan perilaku yang termasuk amal saleh. Agar setiap kebajikan kita termasuk amal saleh sehingga bernilai ibadah harus memenuhi syarat berikut.

a. Didasari dari Niat Ikhlas karena Allah swt.

Dalam menjalankan kebajikan harus kita dasari dengan niat ikhlas karena Allah sehingga akan bernilai ibadah. Niat dalam suatu amal sangat penting untuk menentukan suatu amal temasuk ibadah atau perbuatan biasa.

b. Dilakukan karena Iman

Beramal saleh kita lakukan sebagai wujud keimanan kita kepada Allah swt. Misalnya dengan meyakini keberadaan Allah swt. dengan sepenuh hati, kita menjadi terdorong untuk berbuat kebajikan.

c. Tidak Melakukan Maksiat

Agar kebajikan kita tidak sia-sia harus disertai dengan usaha menjauhkan diri dari perbuatan maksiat. Meskipun kita banyak berbuat amal saleh, tetapi jika terus saja berbuat maksiat menjadi tidak berarti.

Amalan Penghapus Amal Saleh

Perbuatan maksiat yang dapat menghapuskan amal saleh (tuhbitul amal) antara lain enam hal sebagai berikut.

1. Sibuk untuk Mengurusi Kesalahan Orang Lain

Umumnya orang suka mencari kesalahan orang lain, sementara kesalahan dirinya sendiri tidak juga diperbaiki. Sikap ini menunjukkan bahwa dirinya adalah merasa yang paling benar dan paling baik, serta mengesampingkan orang lain.

2. Dihinggapi Penyakit Hati

Penyakit-penyakit hati yang dimaksud di sini adalah riya, ujub, takabur, dan hasad. Orang yang memiliki sifat-sifat ini sangat mengganggu hubungan orang lain.

3. Cinta Dunia Secara Berlebihan

Seorang mukmin sejati lebih mencintai akhirat dari pada dunia. Oleh karena itu, kehidupan dunia hanya dijadikan sarana ladang amal agar dapat dipetik di akhirat nanti.

4. Tidak Memiliki Rasa Malu

Rasa malu di sini berarti malu dalam menjalankan perbuatan yang dilarang oleh Allah. Misalnya, dengan tidak malu-malu berbuat yang melanggar hukum agama, peraturan pemerintah, atau tata krama yang berlaku di tengah masyarakat.

5. Panjang Angan-Angan

Sikap mengumbar ambisi dan rencana, tetapi tanpa memerhatikan persiapanpersiapan tertentu termasuk bagian dari sikap panjang angan-angan. Pada dasarnya manusia diperbolehkan memiliki cita-cita, tetapi harus realistis dan dapat diukur dengan kemampuan dirinya sehingga tidak terjebak pada berangan-angan belaka.

6. Berbuat Zalim

Zalim berarti merusak. Zalim bisa kepada dirinya sendiri (zalimun linafsih) dengan melakukan sesuatu yang menyebabkan dirinya terjerumus dosa. Zalim kepada orang lain (lain. Sementara, zalim kepada Allah (zalimun ligairih) dengan kebiasaan berbuat yang bisa merusak orang zalimun lillahi ta'ala), yaitu dengan tidak mau bertakwa.

3. Membiasakan Diri Beramal Saleh


Beramal saleh tidak sulit sehingga dapat kita lakukan dengan berbagai cara. Apa pun yang kita lakukan merupakan amal saleh jika dilandasi dengan niat yang baik untuk mendapatkan rida dari Allah.

Untuk membiasakan diri beramal saleh dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut ini.

a. Menghormati Sesama Manusia

Beramal saleh merupakan perwujudan dari sikap menjalin hubungan yang baik kepada sesama manusia. Sikap ini dapat ditunjukkan dengan berbagai cara, misalnya dengan bertutur kata yang baik, memberi kesempatan kepada orang lain, tidak memaksakan kehendak, suka melindungi, mau memberi dorongan, dan sebagainya. Dengan sikap menghormati akan menciptakan ketenangan dan kenyamanan sehingga kebersamaan di antara kita dalam menjalani hidup dapat terwujud.

b. Memanfaatkan Kemampuan Diri

Dalam menjalankan amal saleh tidak ada ukurannya sehingga menurut kadar kemampuan diri sendiri. Oleh karena itu, apa pun yang kita lakukan, meskipun tampak kurang bernilai tetap bisa dianggap sebagai amal saleh. Ketika Rasulullah ditanya oleh para sahabat tentang amal saleh berupa sadaqah, misalnya beliau menjelaskan bahwa menyingkirkan duri di jalan sehingga orang lain menjadi tidak tertancap pun termasuk sadaqah.

c. Menggunakan Ilmu dengan Benar

Manusia telah dibekali akal. Dengan akal itulah seharusnya manusia mampu mengoptimalkan sehingga melahirkan pengetahuan. Oleh karena itu, menggali pengetahuan sehingga akan memberi kemanfaatan, baik untuk diri sendiri dan orang lain, sangat penting dan bernilai ibadah.

d. Memanfaatkan Harta

Harta yang kita miliki sebenarnya adalah milik Allah yang dititipkan kepada kita. Hal ini sebagaimana firman Allah yang artinya:

"...dan infakkanlah (di jalan Allah) sebagian dari harta yang Dia telah menjadikan kamu sebagai penguasanya (amanah). Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menginfakkan (hartanya di jalan Allah) memperoleh pahala yang besar." (Q.S. al-Hadid: 7).

Berdasarkan ayat di atas, kita dianjurkan agar memanfaatkan harta hendaknya secara benar untuk membantu sesama.

e. Menjaga Lingkungan

Amal saleh juga dapat ditujukan terhadap lingkungan hidup di sekitar kita. Manusia dibolehkan untuk memanfaatkan alam secara maksimal, tetapi pemanfaatannya pun harus diimbangi dengan menjaga kelestariannya. Seperti yang telah Allah ingatkan kepada kita yang artinya.

"...dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (Q.S. al-Qasas: 77).

Akhlak merupakan salah satu ajaran yang penting dalam Islam. Selain beribadah secara benar sesuai dengan syariat yang ditetapkan oleh Allah, manusia harus menunjukkan akhlak yang baik kepada sesama manusia. Contoh akhlak yang baik adalah berperilaku adil, rida, dan amal saleh. Ketiga perilaku tersebut sangat penting dan dibutuhkan bagi hidup kita. Dengan membiasakan diri mengamalkan ketiga perilaku tersebut akan membawa kemaslahatan bagi diri kita dan orang lain. (Husi Thoyar, Pendidikan Agama Islam: 2011)

1 komentar untuk "Perilaku-perilaku Terpuji dalam Islam (Adil, Ridha, dan Amal Saleh)"

  1. Terimakasih telah berbagi ilmu, semoga kita bisa mengamalkan perilaku tersebut.

    BalasHapus