Iman kepada hari akhir Menurut Pandangan Islam

Iman kepada hari akhir Menurut Pandangan Islam
Hari akhir merupakan rencana Allah bagi makhluknya, Allah sudah menyiapkan berbagai kejutan di sana, termasuk surga dan neraka. Tinggal manusia sebagai makhluknya saja yang memilih untuk melangkah ke mana, itu semua tergantung amal ibadah. Iman kepada hari akhir juga merupakan bagian dari rukun iman yang perlu kita yakini, lalu pembahasan tentang Iman kepada hari akhir Menurut Pandangan Islam adalah sebagai berikut.

Hari Akhir


1. Pengertian Iman kepada Hari Akhir


Iman secara bahasa berarti percaya. Iman menurut istilah berarti meyakini sepenuh hati yang diucapkan secara lisan dan diwujudkan dalam perbuatan. Iman kepada hari akhir berarti mempercayai dengan sepenuh hati, bahwa suatu saat dunia beserta isinya akan berakhir atau hancur serta manusia akan dibangkitkan dari kubur menuju akhirat untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya selama hidup di dunia. Keyakinan tersebut diwujudkan dalam perbuatan atau tingkah laku.

Iman kepada hari akhir merupakan salah satu rukun iman. Selain itu, iman kepada hari akhir termasuk sendi-sendi keimanan yang sangat mendasar dalam akidah Islam. Seseorang yang tidak mempercayai hari akhir tidak termasuk orang yang beriman. Oleh karena itu, jika mengaku sebagai orang beriman, Anda harus beriman kepada Allah, malaikat Allah, kitab Allah, rasul Allah, dan qada serta qadar Allah. (Ensiklopedi Islam 3. 1993)

Segala sesuatu yang ada di dunia ini ada permulaan dan ada akhir. Beberapa waktu yang lalu Anda bertemu dan berkumpul dengan teman-teman sekelas, tetapi suatu saat pasti akan berpisah. Saat ini Anda selalu bersama ibu atau bapak dan suatu saat, cepat atau lambat akan berpisah dengan mereka. Begitu juga kehidupan di dunia ini, ada awal dan ada akhir. Anda tidak akan selamanya hidup di dunia. Suatu saat Anda akan meninggalkan dunia dan seluruh isinya. Hidup di dunia hanya sementara bukan selamanya. Hidup di dunia bagaikan seseorang yang naik kendaraan. Ada permulaan dan ada tujuan akhir. Agar selamat dalam perjalanan, Anda harus mematuhi aturan-aturan yang ada.

Al-Quran merupakan pedoman bagi manusia dalam menjalani kehidupan di dunia. Rambu-rambu yang ada dalam Al-Quran harus ditaati jika seseorang ingin hidup bahagia di dunia dan akhirat. Selama hidup di dunia manusia harus mencari bekal sebanyak-banyaknya agar tidak menyesal ketika sampai di tempat tujuan. Banyak orang yang merugi karena mengira dunia adalah tujuan akhir sehingga mereka mengira kesuksesan di dunia adalah segalanya. Mereka mengejar kehidupan di dunia dan melupakan bahwa ada kehidupan setelah kehidupan di dunia.

Kesalahan mengira bahwa dunia adalah tujuan akhir juga dialami oleh umat terdahulu. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah swt. yang artinya.

Sedangkan kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan dunia, padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. Sesungguhnya ini terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (Q.S. al-A'la: 16-19)

Ayat Al-Qur'an di atas menjelaskan bahwa orang-orang kafir memilih kehidupan dunia yang tidak kekal. Mereka mengabaikan kehidupan akhirat yang kekal. Suatu tindakan yang tidak patut ditiru oleh orang-orang beriman. Orang-orang kafir yang memilih kehidupan dunia akan menyesal di akhirat kelak. Mereka akan mendapat balasan yang sesuai dengan perbuatannya.

Tidak ada seorang pun yang mengetahui dengan pasti waktu kedatangan hari akhir. Bahkan, Nabi Muhammad saw. juga tidak mengetahui dengan pasti waktu kedatangan hari akhir. Waktu kedatangan hari akhir merupakan rahasia Allah swt. Akan tetapi, hari akhir pasti datang. Hal tersebut dapat diketahui dari ayat Al-Qur'an yang menjelaskan tentang hari akhir. Banyak sekali ayat Al-Qur'an yang menjelaskan tentang hari akhir. Selain ayat Al-Quran, Anda juga dapat belajar menemukan penjelasan hari akhir dalam hadis rasul-Nya. Kepastian waktu kedatangan hari akhir yang masih menjadi rahasia Allah Swt. hendaknya dapat mengantarkan manusia agar senantiasa menjalankan perintah-Nya. Selain menjalankan perintah Allah swt., larangan-Nya juga harus dijauhi.

2. Tanda-Tanda Kiamat


Tanda-tanda kiamat dibagi menjadi dua, yaitu tanda-tanda kecil dan tanda-tanda besar kiamat. Tanda-tanda kecil kiamat menandakan bahwa kiamat sudah dekat. Tanda-tanda kecil kiamat antara lain sebagai berikut.

a. Ilmu agama sudah dianggap tidak penting lagi.
b. Tersebarnya kemaksiatan.
c. Minuman khomar merajalela.
d. Fitnah muncul di mana-mana.
e. Hamba sahaya perempuan dikawini tuannya.

Munculnya tanda-tanda besar kiamat menandakan bahwa kiamat sudah sangat dekat. Adapun tanda-tanda besar kiamat antara lain sebagai berikut.

a. Rusaknya Kakbah.
b. Matahari terbit dari barat.
c. Munculnya dajjal
d. Keluarnya Imam Mahdi.
e. Munculnya binatang ajaib yang bisa berbicara.
f. Keluarnya bangsa Yakjuj dan Makjuj.

3. Nama-Nama Hari Akhir


Hari akhir memiliki nama lain yang cukup banyak. Minimal ada 29 nama lain hari akhir. Nama-nama hari akhir yang diberikan oleh Allah menggambarkan keadaan hari kiamat hingga saat manusia dibangkitkan, dihisab, dan mendapat balasan dari Allah swt. Nama-nama hari akhir adalah sebagai berikut;

  • Yaumul Qiyamah, hari kiamat
  • Yaumur Rajifah, hari lindu besar.
  • Yaumus Sa'iqah, hari keguncangan.
  • Yaumuz Zal zalah, hari keguncangan/keruntuhan.
  • Yaumul  Haqqah, hari kepastian.
  • Yaumul Qariah, hari keributan.
  • Yaumul Akhir, hari akhir.
  • Yaumut Tammah, hari bencana agung.
  • Yaumul 'Asir, hari sulit.
  • Yaumun laraiba fihi, hari yang tidak ada lagi keraguan padanya.
  • Yaumul Baa's, hari kebangkitan.
  • Yaumut Tagabun, hari terbukanya segala keguncangan.
  • Yaumun Nusyur, hari kebangkitan.
  • Yaumut Tanad, hari panggilan.
  • Yaumul Mizan, hari pertimbangan.
  • Yaumun la tajzi nafsun an nafsin syaian, hari yang tidak dapat seseorang diberi ganjaran oleh yang lain sedikit pun.
  • Yaumul Jam'i, hari pengumpulan.
  • Yaumul Fasl, hari pemisahan.
  • Yaumul Waqi'ah, hari kejatuhan.
  • Yaumul Mahsyar, hari berkumpul.
  • Yaumud Din, hari keputusan.
  • Yaumut Talaq, hari pertemuan.
  • Yaumul Jaza', hari pembalasan.
  • Yaumul 'Ard, hari pertontonan.
  • Yaumul Gasyiyah, hari pembalasan
  • Yaumul Khulud, hari yang kekal.
  • Yaumul Khizyi, hari kehinaan.
  • Yaumul Wa'id, hari ancaman. 
  • Yaumul Hisab, hari perhitungan.

4. Peristiwa setelah Hari Kiamat


Setelah kehidupan di dunia ini ada kehidupan lagi, yaitu kehidupan akhirat. Kehidupan akhirat dimulai setelah terjadinya hari kiamat. Pada hari kiamat seluruh makhluk ciptaan Allah swt. mati. Allah swt., Zat Yang Maha Kekal tetap abadi selama-lamanya meskipun seluruh makhluk hancur binasa. Setelah Malaikat Israfil meniup nafiri atas perintah Allah swt. dibangkitkannya nyawa seluruh manusia yang telah terkubur bermiliar tahun yang lalu.

Keadaan manusia setelah dibangkitkan berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Ada yang dibangkitkan dengan wajah berseri-seri dan ada yang dibangkitkan dengan wajah bermuram durja. Keadaan ini sesuai dengan amal perbuatannya selama hidup di dunia. Jika amal perbuatan di dunia adalah amal kebajikan, mereka akan dibangkitkan dengan wajah berseri. Mereka yang ketika hidup di dunia hanya berbuat maksiat dan menumpuk dosa, akan dibangkitkan dengan wajah bermuram durja.

Nyawa yang telah dibangkitkan tersebut berbondong-bondong menuju padang Mahsyar. Di padang Mahsyar inilah manusia menunggu panggilan Allah swt. Panggilan untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya selama hidup di dunia. Seluruh amal yang telah dilakukan di dunia akan dimintakan pertanggung jawaban oleh Allah swt. Pada hari itu tidak ada manusia yang dapat mengelak dari pertanggung jawaban. Setiap manusia akan mempertanggungjawabkan perbuatannya selama hidup di dunia. Tidak ada satu pun manusia yang mempertanggungjawabkan perbuatan orang lain. Tidak ada seorang pun yang membantu atau membela kita dalam pertanggungjawaban tersebut. Hal ini karena semua orang disibukkan oleh urusannya masing-masing sehingga tidak ada lagi yang sempat memikirkan orang lain.

Catatan amal yang dibuat selama hidup di dunia akan diperlihatkan. Catatan yang sangat terperinci dan tidak ada satu pun amal yang terlewat. Catatan tersebut dibuat oleh Malaikat Rakib dan Malaikat Atid yang mendampingi manusia setiap saat. Pada hari itu mulut dikunci dan yang berbicara adalah anggota tubuh. Allah swt. dan diri sendiri yang menjadi saksi pada hari itu.

Pengadilan Allah swt. merupakan pengadilan yang sangat adil. Semua manusia akan merasakan keadilanNya. Amal perbuatan manusia ditimbang untuk mengetahui amal yang lebih berat, amal baik atau amal buruk. Jika amal baik yang lebih berat, surga-Nya telah menunggu. Sebaliknya, jika amal buruk yang lebih berat, neraka dan siksa-Nya telah menanti.

Konsep tentang hari pembalasan diingkari oleh masyarakat jahiliah. Mereka tidak mempercayai adanya hari pembalasan. Bagi mereka kehidupan hanya sampai dunia ini dan tidak ada lagi kehidupan setelah kehidupan di dunia. Masyarakat jahiliah menganggap bahwa manusia tidak akan dibangkitkan dan diminta pertanggungjawaban atas perbuatan di dunia. Masyarakat jahiliah menganggap konsep tentang hari kebangkitan dan pertanggungjawaban amal hanya khayalan yang bertujuan menakut-nakuti mereka. Al-Qur'an secara jelas mengajarkan tentang hari pembalasan. Akan tetapi, masyarakat jahiliah mengabaikannya.

Perilaku dan Penerapan Hikmah Beriman kepada Hari Akhir


1. Perilaku yang Mencerminkan Iman kepada Hari Akhir


Iman kepada hari akhir akan berdampak pada perilaku dalam keseharian. Seseorang yang beriman kepada hari akhir akan terlihat dari perilaku sehari-hari. Di antara perilaku yang mencerminkan iman kepada hari akhir sebagai berikut.

a. Selalu Berusaha Menjadi Lebih Baik

Seseorang yang beriman kepada hari akhir akan berusaha menjadi lebih baik dari hari-hari yang telah terlewati. Jika kemarin ia melaksanakan satu kebaikan, hari ini akan berusaha untuk melakukan dua atau lebih kebaikan. Seseorang yang beriman kepada hari akhir menginginkan hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Jika hari kemarin lebih baik dari hari ini berarti seseorang termasuk golongan orang yang merugi.

b. Tidak Silau pada Gemerlap Dunia

Dunia dan seluruh isinya menawarkan kenikmatan sesaat. Orang-orang yang tidak menyadari akan tertipu oleh gemerlapnya dunia, mereka akan terseret dan tenggelam dalam kemegahan sesaat. Mereka lupa bahwa dunia hanya sementara. Mereka yang kaya bisa silau dengan kekayaan yang dititipkan kepadanya. Mereka yang miskin dapat melupakan tujuan penciptaannya karena kemiskinannya. Hanya orang-orang yang beriman dan menyadari bahwa dunia ini hanya sementara yang tidak tertipu oleh gemerlapnya dunia.

Kekayaan merupakan suatu hal yang patut disyukuri. Kemiskinan yang datang tentunya tidak diharapkan. Kaya atau miskin merupakan cobaan dari Allah swt. Orang kaya diuji dengan kekayaannya dan si miskin diuji dengan kemiskinannya. Jika si kaya menjadi orang yang bersyukur dan dapat mempergunakan kekayaannya dengan sebaik-baiknya (pada jalan yang diridai Allah) berarti ia termasuk orang-orang yang beruntung. Si miskin yang bersyukur dengan kemiskinannya dan tetap menjalankan tujuan penciptaannya sebagai manusia, ia termasuk orang yang beruntung. Kaya atau miskin dapat mengantarkan seseorang pada kekufuran. Si kaya atau si miskin hendaknya tidak tertipu oleh gemerlapnya dunia yang tidak kekal.

Kekuasaan yang dimiliki hendaknya tidak melenakan dari mengingat Allah swt. Ingatlah kembali kisah Fir'aun. Fir'aun yang menjabat sebagai raja memiliki sifat takabur. Ia sangat sombong dengan jabatan yang dimilikinya. Bahkan, ia mengaku sebagai tuhan yang harus disembah oleh rakyatnya. Sungguh, perilaku yang tidak sepantasnya ditiru.

Seseorang yang berkuasa hendaknya menyadari bahwa kekuasaan tersebut hanya sementara. Kekuasaan dapat berakhir oleh waktu. Oleh karena itu, seseorang tidak sepantasnya menyombongkan diri atas apa pun yang dititipkan kepadanya.

c. Tidak Iri atas Nikmat Orang Lain

Allah memberikan nikmat yang berbeda-beda kepada manusia. Ada manusia yang dikaruniai nikmat berupa kekayaan. Ada yang dikaruniai nikmat berupa keturunan, kecerdasan, keberuntungan, dan lain sebagainya. Terhadap nikmat yang diperoleh orang lain kita tidak boleh merasa iri. Iri dapat berupa sikap tidak rela orang lain mendapat nikmat dan ingin agar nikmat tersebut beralih kepadanya.

d. Bersikap Rendah Hati

Bersikap rendah hati terhadap apa pun yang dimiliki merupakan perilaku terpuji. Rendah hati berbeda dengan rendah diri. Orang yang rendah hati menyadari bahwa segala sesuatu yang dimiliki hanya titipan Allah swt. Titipan yang setiap saat dapat diambil oleh pemiliknya. Oleh karena itu, seseorang yang rendah hati tidak pernah sombong dengan sesuatu yang dititipkan kepadanya. Ia merasa tidak patut bersikap sombong dan berbangga diri terhadap titipan Allah.

e. Menghindari Sifat Cinta Dunia dan Harta Secara Berlebihan

Cinta dunia dan harta secara berlebihan dihindari oleh orang yang beriman kepada hari akhir. Cinta dunia dan harta secara berlebihan bukanlah sikap seseorang yang beriman kepada hari akhir.

Seseorang yang dikaruniai harta akan diminta pertanggungjawaban di akhirat kelak. Oleh karena itu, seseorang yang beriman dan dikaruniai harta berlebih akan mempergunakan hartanya tersebut di jalan-Nya. Ia akan membelanjakan hartanya di jalan yang diridai Allah. Membantu fakir miskin, membantu pembangunan masjid, madrasah, rumah sakit, dan kegiatan lain yang diridai Allah swt.

f. Bersikap Optimis dan Lapang Dada

Seseorang yang beriman kepada hari akhir akan bersikap optimis dalam menghadapi segala sesuatu. Selain itu, orang yang beriman kepada hari akhir akan bersikap lapang dada dalam menghadapi segala musibah yang menimpa. Ketidakadilan sering dirasakan. Keadilan yang sesungguhnya adalah keadilan di akhirat kelak.

Sikap optimis juga menjadi salah satu sikap yang dimiliki oleh orang yang beriman. Orang yang beriman akan menjalani kehidupan di dunia dengan sikap optimis. Ia merasa optimis bahwa segala kebaikan yang dilakukan akan mendapat balasan. Selain itu, ia juga optimis bahwa segala amal buruk akan mendapat balasan yang sesuai.

2. Penerapan Hikmah Beriman kepada Hari Akhir


Hari akhir merupakan hari perhitungan amal yang telah dilakukan selama hidup di dunia. Selanjutnya, amal tersebut akan dibalas dengan balasan yang sesuai. Amal baik akan mendapat balasan yang baik dan amal buruk akan mendapat balasan yang buruk. Pada hari kiamat kelak manusia akan dibangkitkan dari kubur. Tiupan nafiri oleh Malaikat Israfil atas perintah Allah swt. menandai kebangkitan manusia dari kubur.

Manusia dibangkitkan dari kubur dan berbondong-bondong menuju padang Mahsyar. Di padang Mahsyar manusia menunggu panggilan Allah swt. Manusia akan dipanggil untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya selama hidup di dunia. Tidak ada satu pun manusia yang tidak dimintai pertanggungjawaban. Peristiwa yang akan terjadi ini hendaknya membuat kita sadar sehingga selalu berhati-hati dalam berbuat. Berpikir beribu kali ketika akan melakukan perbuatan maksiat. Satu perbuatan maksiat terlalu banyak untuk dilaksanakan. Satu perbuatan baik terlalu sedikit untuk dilaksanakan dan dijadikan bekal dalam perjalanan selanjutnya.

Allah swt. telah menyediakan surga bagi hamba-hamba yang beriman dan menjalankan amal saleh. Selain itu, Allah swt. juga menyediakan neraka bagi mereka yang senantiasa berbuat maksiat dan melanggar perintah-Nya. Agar dapat merasakan nikmat tinggal di surga, seseorang harus menjalankan perintah Allah swt. dan menjauhi larangan-Nya. Menjalankan perintah Allah swt. dirasakan sangat berat. Meskipun demikian, perintah-Nya harus dilaksanakan dan larangan-Nya harus dijauhi.

Usaha maksimal harus  kita lakukan agar dapat menjalankan perintah Allah swt. dan menjauhi larangan-Nya. Perbuatan maksiat atau perbuatan yang melanggar larangan Allah swt. lebih mudah dilaksanakan. Jalan berbuat maksiat lebih banyak dan lebih mudah ditemui. Agar dapat menjauhi larangan Allah swt. juga diperlukan usaha sekuat tenaga.

Hari akhir pasti datang meskipun tidak ada satu pun makhluk yang mengetahui waktu kedatangannya dengan pasti. Adanya hari akhir atau hari kiamat telah dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Qur'an dan ia termasuk bagian rukun iman. Sebagai umat Islam kita harus beriman kepada hari akhir atau hari kiamat. Keimanan kepada hari akhir akan tercermin dalam tingkah laku dan perbuatan seseorang. Jika mengaku sebagai orang beriman, kita harus beriman kepada hari akhir dan menerapkan keimanan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. (Husi Thoyar, Pendidikan Agama Islam: 2011)

2 Komentar

  1. Subhanallah.... marilah kita mengerjakan kebaikan hanya karena Allah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mba mega, mengerjakan kebaikan untuk kebaikan dunia dan akhirat.

      Hapus

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama