Pattimura bukan lagi seorang Kapitan*

Pattimura bukan lagi seorang Kapitan
Pernahkah terpikirkan oleh kalian, betapa susahnya melawan Panjajah dulu? sepertinya beberapa kumpulan puisi, lagu, monumen tentang pahlawan belumlah cukup bagi kita untuk menghargai perjuangan para pahlawan yang gugur di medan perang. Karena perjuangan merekalah, kita dapat menghirup udara kemerdekaan.

Seiring dengan perkembangan zaman, kita terkadang amnesia pada sejarah. amnesia sejarah membuat kita terlupa pada jasa-jasa pahlawan—bahkan, pada nama dan gelar para pahlawan. Bagi sebagian orang, ini mungkin persoalan “sepeleh”, namun bukankah kita diajarkan bahwa, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahalawannya? Penghargaan atas jasa para pahlawan itu dapat kita lakukan mulai dari hal-hal yang “sepeleh” (baca: sederhana) seperti, menulis nama dan gelar mereka dengan benar dan lengkap.  Selanjutnya, penulisan nama dan gelar pahlawan dengan benar dan lengkap juga akan memberikan pelajaran lebih kepada generasi penerus tentang The Hero.

Di era kemerdekaan ini, banyak penamaan fasilitas public, infrastruktur dan prasarana umum, mulai dari Bandar Udara, pelabuhan, nama jalan, hingga universitas yang menggunakan nama Pahlawan. Namun sayangnya, penamaan itu tidak lengkap. Kita dapat melihatnya disekitar kita—saya mengambil contoh di Kota Ambon, lokasi study saya dulu—mulai dari Bandar Udara Pattimura, Universitas Pattimura bahkan Jalan Pattimura. Saya memikirkan, dua atau tiga generasi berikutnya akan bertanya, “siapakah Pattimura itu?”

Persoalan ini mungkin hal yang kecil, namun seiring waktu, pengikisan sejarah terus berlangsung. Sedikit demi sedikit kita mulai akan lupa dan kita diam untuk melanggengkannya. Kita akan lupa bahwa Pattimura adalah seorang Kapitan. Gelar itu akan menjelaskan banyak hal tentang dirinya—mengingat Pattimura adalah icon Maluku, serta menjelaskan tentang nilai nilai local (baca: local wisdom) dimana dirinya berasal.

Penamaan Pattimura “minus” Kapitan pada beberapa fasilitas public, infrastruktur dan prasarana umum di Kota Ambon, menandai bahwa Pattimura bukan lagi seorang Kapitan. Dan kitalah yang meniadakan gelar itu.

Dengan catatan ini, saya ingin mengajak kapada kita semua untuk merefleksikan kembali penamaan berbagai fasilitas public tadi, sebagai wujud penghargaan kita pada jasa para pahawan serta lebih jauh pada penghidupan kembali nilai nilai local.

*) catatan ini dibuat dari hasil diskusi East Study Club tentang memperingati Hari Pattimura, Kamis, 15 Mei 2014.

Penulis
Husein Hanan Renifuryaan

Jufri Derwotubun

Saya hanyalah seorang pengembara yang suka berpetualangan, menulis, dan membaca alam semesta.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama