"Demokrasi adalah pilar utama dalam berbangsa dan bernegara, karena demokrasi mengajarkan sendi-sendi kemanusiaan dan asas-asas keadilan".
A. Rasionalitas
Perpolitikan di Indonesia digambarkan sebagai pesta Demokrasi rakyat yang dimaksudkan untuk memilih pemimpin-pemimpin yang nantinya memimpin dan mewakili aspirasi rakyat. Keberadaan pesta demokrasi saat ini tidak terlepas dari pesta kepentingan individu dan kelompok. Pesta kepentingan tersebut dapat dilihat dari wajah perpolitikan yang tidak sehat, politik seakan dalam keadaan tidak baik-baik saja.
Demokrasi saat ini ditafsirkan sebagai panggung bebas berekspresi dalam bentuk keinginan berpolitik. Setiap warga negara diberikan kebebasan untuk ikut dalam percaturan politik di Indonesia. yang menjadi persoalan saat ini adalah apakah masyarakat indonesia sudah siap menerima demokrasi sebagai landasan politik? lalu sampai di mana pemahaman masyarakat indonesia tentang demokrasi?.
Kalaupun secara yuridis demokrasi dijadikan sebagai landasan dalam perpolitikan di indonesia namun demokrasi tersebut belum diterapkan secara menyeluruh kepada seluruh masyarakat. Penerapan yang dimaksud adalah kurangnya sosialisasi dan pendidikan politik kepada masyarakat. Masyarakat bahkan mengartikan demokrasi hanya sebatas memilih pemimpin dan perwakilan mereka di TPS, namun untuk menghargai dan menghormati pilihan orang lain masih jauh dari yang diharapkan. Padahal demokrasi dalam politik mengajarkan kita untuk saling menghargai dan menghormati pendapat dan pilihan orang lain, bahkan memberi kebebasan kepada orang lain untuk menentukan pilihan mereka sesuai dengan keinginan dan keyakinan masin-masing individu. Setiap pilihan yang dijatuhkan oleh individu-individu yang merdeka ini pastinya telah melewati seleksi yang sifatnya objektif menurut pengamatan dan analisia historis, karena dengan mengamati dan menganalisa maka mereka akan menemukan figur yang menurut mereka adalah baik, atau mendekati ideal.
Dalam sejarah perjuangan, indonesia telah melewati masa-masa yang pahit, dimulai dari perang melawan penjajahan hingga perang melawan tirani orde baru. Kita telah memasuki babak baru dimulai dari Reformasi tahun 1998 hingga demokrasi kerakyatan tahun 2004. Dalam perjalanan bangsa ini kita sepantasnya melihat sejarah sebagai tolak ukur dalam membangun masa depan bangsa yang adil, bermartabat, dan sejahtera. Founding Father Bangsa ini mengatakan "Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah (JAS MERAH)", sejarah dalam hal ini merupakan masa lalu yang kemudian diingat sebagai hipotesis awal dalam merekayasa masa depan. Rekayasa masa depan direncanakan dengan mereduksi sejarah masa lalu ke dalam sejarah masa depan.
B. Pola Demokrasi dan Politik di Kepulauan Kei
Nuhu evav merupakan daerah yang berada di sebelah selatan Provinsi Maluku, di daerah ini terdapat dua daerah otonom yaitu Kota Tual dan Kab. Maluku Tenggara. Dalam sejarah lisan yang diceritakan oleh masyarakat Evav bahwa dulunya daerah ini pemerintahannya berbentuk kerajaan. Namun sistem kerajaan itu kemudian mengalami reduksi ke dalam sistem pemerintahan modern, sedangkan pemerintahan kerajaan hanya sebatas pemerintahan adat yang mengurus persoalan adat.
Dalam cerita sejarah tersebut terdapat perang politik antara satu kerajaan dengan kerajaan lainnya sehingga hal itu kemudian melahirkan dua sekutu besar yaitu loor siuw dan loor lim. Dua sekutu ini kemudian berperang dan saling mempertahankan sektunya masing-masing hingga melahirkan kesepakatan damai yang ditandai dengan perjanjian damai disertai dengan upacara adat. Selain kedua kubu tersebut ada pula kubu yang disebut dengan loor labay, loor labay ini tidak termasuk dalam kedua sekutu tersebut. dia berada di luar yang biasanya sebagai penengah.
Dari cerita singkat di atas dapat kita simpulkan bahwa Nuhu Evav sejak dahulu kala telah terjadi perang antar kelompok, walaupun saat itu ada Hukum Larvul Ngabal yang mengatur tata hidup masyarakat. Selanjutnya jika kita bawa ke masa kini, maka pola dan wajah politik di nuhu evav belum terlepas dari sejarah lama. Modernisasi belum bisa merubah corak pemahaman dan pemikiran masyarakat evav, konflik fisik dalam pesta demokrasi masih sering terjadi dalam perebutan kekuasaan. Padahal saat ini kita sudah berada di era modern yang lebih mengedepankan pemikiran dan kecerdasan sebagai senjata dalam pertarungan politik.
Dari pengalaman pesta demokrasi pemilihan kepala daerah di kedua daerah ini, dapat kita rasakan hawa panas yang melingkupi pemikiran masyarakat. Rasa simpati terhadap salah satu kandididat melebihi rasa kebersamaan dan kekeluargaan, sehingga dalam satu desa (ohoi) masyarakatnya terbagi menjadi beberapa kelompok. Kelompok-kelompok ini kemudian tidak saling menghargai dan menghormati pilihan masing-masing hingga melahirkan konflik horisontal yang kemudian merugikan masyarakat sendiri. Hubungan kekeluargaan dan hubungan silaturahmi terputus hanya demi kepentingan sesaat. Konflik yang terjadi di daerah ini telah menghilangkan nilai-nilai kultur yang sudah sejak lama terpelihara di daerah ini yaitu "Vuut Ain Mehe Ni Ngivun, Manut Ain Mehe Ni Tilur" yang dipertegas dengan "Ain Ni Ain". Kedua falsafah ini seakan hanya sebagai simbol kebersamaan dan kekeluargaan sedangkan realisasinya tidak ada. Yang seharusnya pada momentum pesta demokrasi tersebut hubungan silaturahmi tetap terjaga dengan baik agar pemilu dapat menghasilkan pemimpin yang berkwalitas dan berkompeten dalam memimpin daerah kita menuju daerah yang adil dan makmur sesuai dengan cita-cita bangsa dan negara yang termaktub dalam pembukaan undang-undang dasar 1945.
C. Penutup
Pesan-pesan yang telah disampaikan leluhur kepada kita selaku masyarakat adat melalui syair-sayair yang setiap baitnya mengandung makna yang luas, sepantasnya dijadikan sebagai pegangan hidup, karena sesuai dengan norma agama dan norma hukum yang berlaku di negara Indonesia.
Kapan lagi, kalau bukan hari ini kita merubah pola pikir yang "keras" menuju pola pikir jernih dan berpikir sehat dalam menjalani hidup. Pesta politik dijadikan sebagai pesta kekeluargaan, jangan lagi dijadikan sebagai pesta pertumpahan darah karena tidak akan menghasilkan apa-apa. Sudah saatnya yang tua dan yang muda berpegangan tangan dalam membangun daerah yang beradat dan bermartabat menuju peradaban dunia.