Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Islam Nusantara sebagai Wawasan Toleransi Beragama

Islam nusantara sebagai wawasan toleransi beragama
Islam merupakan agama yang saya istilahkan seperti air, dimana ketika berada di dalam gelas maka, akan berbentuk seperti gelas, ketika berada di dalam botol maka, akan berbentuk seperti botol, jika berada di dalam piring maka akan berbentuk seperti piring. Islam itu tidak kaku, bisa berada di mana saja dalam menyesuaikan dirinya. Tetapi perlu dipahami bahwa, hanya pada kata "seperti" tetapi bentuk atau wujud aslinya tetap ada. Yaitu mengajarkan tentang ketauhidan, dan syariat-syariat Islam, dan sendi-sendi kehidupan.

Sejarah telah mencatat perjalanan Islam yang panjang, dimulai dari mekkah dan madinah, hingga ke seluruh pelosok dunia. Wahyu Allah turun di arab bukan saja untuk mengislamkan manusianya, tetapi juga mengislamkan tatanan sosial, budaya, dan sebagainya. Banyak budaya arab saat ini menjadi syariat Islam, karena dianggap relevan dengan kehidupan manusia, dan lebih banyak lagi budaya arab yang dibuang karena tidak sesuai dengan tatanan kehidupan yang diajarkan oleh Rosulullah SAW.

Ketika Islam bersentuhan dengan daerah-daerah lain selain arab, maka Islam akan bersentuhan dengan kultur atau budaya masyarakat setempat, sehingga penerjemahan ayat-ayat Al-Quran dan hadist sesuai dengan kondisi masyarakat tersebut. Budaya arab tidak bisa diikut sertakan masuk ke situ, karena memang mereka bukan orang Arab. Islam masuk ke suatu wilayah untuk memilah manakah budaya yang perlu dipertahankan dan budaya mana yang perlu mengalami pembaharuan.

Islam dan Budaya Manusia


Bagi saya, budaya adalah bagian terpenting dari kehidupan, manusia tidak bisa telepas dari budaya, karena itu merupakan jati diri manusia. Sebelum manusia mengenal agama secara lahiriyah, terlebih dahulu manusia diperkenalkan dengan budaya. Sehingga antara agama secara batiniyah dengan budaya sudah bersentuhan terlebih dahulu. Tinggal agama secara lahiriyah datang untuk menyempurnakan keduanya.

Ketika Islam bersentuhan dengan budaya, maka budaya itu tidak serta merta harus dihilangkan tetapi budaya juga diikut sertakan masuk dalam kajian keIslaman. Dalam kehidupan bermasyararkat ada budaya baik yang perlu dipertahankan karena itu sesuai dengan nilai-nilai agama, sedangkan ada budaya yang perlu diperbaharui agar sesuai dengan nilai-nilai agama.

Beberapa paham yang ingin memurnikan ajaran agama Islam, menjadikan pertanyaan besar bagi saya. Islam ingin dimurnikan atau ingin dibuat berwajah kearaban? Menurut hemat penulis yang dimaksud dengan pemurnian agama adalah tidak adanya unsur-unsur penyelewengan aqidah di dalam budaya, makanya budaya itu harus diperbaharui sebagaimana yang sudah saya katakan di atas. Kalau pemurnian bentuknya adalah mengadopsi budaya arab ke dalam Islam maka, itu bukan namanya pemurnian, tetapi namanya penghapusan budaya-budaya lokal.

Islam Nusantara


Dalam sejarah mencatatat bahwa Islam masuk ke Indonesia bukan saja dibawa langsung dari Arab, sebagian mubaligh berasal dari India dan daratan cina serta persia. Sehingga Islam yang masuk di Indonesia sudah bersentuhan dengan beberapa budaya terlebih dahulu, kemudian masuk dan mengalami akulturasi dengan budaya Indonesia. Persentuhan antara Islam dan budaya Indonesia, kalau meminjam bahasanya Gusdur sebagai Islam Indonesia atau Islam Nusantara.

Islam nusantara bukalah agama baru, atau paham baru, tetapi merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menyebut corak ke-Islaman yang ada di Indonesia. Dimanapun Islam itu berada, dia bisa membumi dan masuk ke dalam kehidupan masyarakat, karena Islam datang sebagai rahmat bagi seluruh alam.

Islam nusantara merupakan Islam yang diterapkan dengan tidak menghilangkan unsur-unsur budaya, karena sejak dahulu kala penyebaran Islam di Indonesia menggunakan budaya sebagai perantaranya. Seperti cerita sunan kali jaga yang menggunakan budaya wayang dalam berdakwah, cerita-cerita tentang budaya hindu digantikan dengan cerita sejarah Islam, alhasil banyak orang memeluk agama Islam. Inilah yang saya sebutkan di awal tadi sebagai pembaharuan budaya lokal.

Kalau Islam datang dengan wujud yang keras, lalu menghilangkan semua unsur budaya Indonesia dengan alasan pemurnian agama, maka saya yakin dan percaya bahwa penganut agama Islam kala itu sedikit saja. Para mubaligh dan ulama terdahulu telah memberikan kita petunjuk, betapa kekuatan budaya dapat menyebarkan Islam ke seantero Nusantara.

Wawasan Toleransi dalam Beragama


Kalau berbicara tentang Islam di Indonesia, maka kita akan berbicara juga tentang toleransi. Kerukunan hidup beragama merupakan suatu keniscayaan yang tidak bisa dilepaskan dari masyarakat Indonesia. Kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara yang multikultur dan plural. Artinya bahwa keragaman dalam beragama sudah menjadi identitas yang tidak bisa terlepaskan lagi. Suatu agama tidak bisa dipaksakan untuk dipeluk oleh orang yang beragama lain, karena persoalan keyakinan itu berada di dalam hati, sehingga kebebasan beragama merupakan hak asasi manusia yang tidak bisa diintervensi oleh siapapun.

Hidup rukun, aman dan sejahtera adalah keinginan kita semua sebagai warga negara, suatu nikmat paling besar yang diberikan Allah adalah nikmat keamanan. Kalau keamanan tidak terjalin bagaimana kita bisa melaksanakan ajaran agama. Sudah banyak contoh kasus intoleran yang dapat dijadikan sebagai pelajaran berharga dalam memupuk kerukunan beragama.

Yang dimaksud dengan kerukunan bergama bukanlah kita ikut beribadah bersama agama lain, tetapi maksudnya adalah saling menghargai keyakinan, saling menjaga agar tidak terjadi benturan keyakinan, saling membantu dalam masalah-masalah sosial kemanusiaan, dan saling menjaga persaudaraan antara sesama manusia.

Jangan samapai salah dalam mengartikan kata toleransi, sehingga kita bisa beribadah bersama-sama, atau saya mengistilahkan sebagai ibadah silang. Tidak ada dalam ajaran Islam yang membolehkan hal itu karena bagi Islam lakum diinukum waliyadin "untukmu agamamu dan untukku agamaku", kita masing-masing dengan agam kita, dan menjadikannya sebaga spirit berbangsa dan bernegara.

Penutup


Indonesia merupakan negara kepualaun dengan begitu banyak keragamanannya. Keragaman etnis, suku, bangsa budaya, dan agama, mejadikan bangsa ini terlihat begitu indah. "Kalau pelangi hanya ada warna hijau saja, maka pelangi itu tidak terlihat indah", sama halnya dengan Indonesia, yang jika hanya ada satu agama atau etnis saja maka Indonesia akan terlihat biasa-biasa saja.

Perbedaan yang kita miliki ini merupakan karunia Tuhan, kita tidak bisa menghindar dari itu. Dengan perbedaan kita kemudian saling kenal mengenal antara satu dengan yang lain. Dengan perbedaan kita bersatu dalam bhineka tunggal ika, dan dengan perbedaan kita terus memupuk dan mempererat persaudaraan demi kemajuan bangsa.

Tidak ada satu negeripun di dunia ini yang mirip dengan Indonesia. Hanya satu-satunya yang ada di bumi manusia. Sekarang tinggal bagaimana kita memelihara semua yang sudah ada ini dengan baik, agar kita tidak terpecah belah menjadi belahan-belahan yang terpisahkan. Kalau kita tidak bersatu maka remuklah bangsa ini, kalau kita tidak bersatu maka hancurlah harapan masa depan. Kita harus bertarung dengan waktu dan zaman, agar Indonesia tidak ditindas oleh nalar kuasa dari bangsa lain. Kita sudah merkeda dan selamanya tetap merdeka.

Semoga Allah tetap melindungi bangsa ini menjadi bangsa yang "baldatun toyyibatun" yaitu negeri yang baik, aman dan tentram.
Wallahu a'lam.

Posting Komentar untuk "Islam Nusantara sebagai Wawasan Toleransi Beragama"