Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menjajaki Pasar Kuliner Tradisional di Kepulauan Kei

Menjajaki Pasar Kuliner Tradisional di Kepulauan Kei - Kota Tual dan Maluku Tenggara
Suasana pasar makanan khas Evav (Kepulauan Kei) yang terletak di dekat pelabuhan Yossudarso Kota Tual sangat ramai di datangi pengunjung yang berasal dari seluruh pelosok nusantara. Di pasar ini menjual berbagai macam kuliner nusantara asli buatan masyarakat kei yang enak dan unik rasanya, diantaranya yaitu ; embal kacang, embal keju, embal coklat, embal bunga, lutak-lutak dan kacang botol dengan varian rasa.

Embal merupakan salah satu makanan pokok masyarakat kei. Bagian sebagian orang kata embal ini masih asing terdengar di telinga, namun embal ini sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Embal merupakan salah satu makanan yang unik, berasal dari ketela pohon beracun yang telah diolah sehingga racun yang ada di dalam ketela pohon tersebut menjadi hilang. Embal tidak mempunyai rasa (hambar) sehingga dia mengikuti rasa makanan yang dimakan bersamanya, tetapi tidak menghilangkan rasa khas yang ada di dalam embal itu sendiri.

Embal kacang diolah dengan mencampurkan antara gula dan kacang, sehingga rasa yang ada di dalam embal merupakan percampuran antara enaknya kacang dan manisnya gula.

Embal keju dan embal coklat merupakan kuliner terobosan baru. Kedua bentuk embal ini baru ada sekitar tahun 2009, sedangkan sebelumnya embal hanya dikelola dalam bentuk tradisional seperti embal bunga atau embal lempeng, setelah terobosan baru embal rasa keju dan rasa coklat, keaneka ragaman pengolahan embal makin bertambah.

Nama kacang botol digunakan karena pada awal pembuatannya kacang dimasukkan ke dalam botol, bukan dimasukkan ke dalam kemasan plastik kemasan seperti kacang pada umumnya. Dalam perkembangan pengolahannya kacang botol ini sudah dikemas di dalam kemasan plastik.

Kuliner tradisional di pasar ini sudah diberi label oleh pedagang dengan mereka dagang sesuai dengan keinginan pedagang. Saya sewaktu berada di sini membeli oleh-oleh makanan tradsional berupa embal kacang, kacang botol, embal keju dan embal coklat dengan label Did Vatnim yang rasanya enak sekali. Kalau kamu berkunjung ke kepulauan kei (kota Tual dan Maluku Tenggara) kamu bisa mampir ke pasar ini dan mencoba kelezatan makanan tradisional di sini.

Lutak-lutak, nama makanan khas asli evav yang satu ini memang belum terdengar umum di seluruh nusantara. Lutak-lutak merupakan campuran antara embal dan kenari atau kacang yang ditumbuk sampai halus di tempat penumbukan yang disebut dengan nama lesung dan anak lesung.

Para pedagang sedang asyik bercerita sambil menunggu pembeli yang datang menghampiri dagangan mereka. Pasar ini paling rame ketika ada kapal Pelni yang sandar atau berlabuh di pelabuhan, banyak penumpang yang mau berangkat atau penumpang tansit yang turun dari kapal berbelanja untuk oleh-oleh kepada sanak saudara, teman, kenalan, atau orang terkasih.

Para pedang yang datang di pasar ini setiap hari, tak ada kata libur buat para pedang, karena bagi mereka kalau tidak datang di pasar bearati menyia-nyiakan rezeki. Pasar dibuka mulai jam 06.00 WIT hingga jam 19.00 WIT, kadang mereka berdagang hingga larut malam, apalagi kalau ada kapal pelni atau kapal penumpang lainnya masuk ke pelabuhan, mereka bisa bertahan hingga pagi hari.

Menurut salah seorang pedang di sana "Pendapatan mereka untuk kelas makanan khas terbilang lumayan, bisa untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan bisa untuk menyekolahkan anak".

Dari pernyataan pedagang di atas dapat saya simpulkan bahwa, makanan khas yang diolah masih dengan cara tradisional ini bisa menjadi salah satu sumber pendapatan ekonomi bagi masyarakat tingkat ekonomi rendah dan menengah. Daya beli masyarakat tinggi, sehingga penghasilan juga bisa untuk mencukupi, namun ada hal yan sangat disayangkan, karena para pedagang ini selalu mendapat masalah dengan tempat atau pasar mereka berjualan, tetapi tidak menyurutkan semangat mereka untuk terus berjualan dan melestarikan jajanan khas kota Tual dan Kab. Maluku Tenggara.

Posting Komentar untuk "Menjajaki Pasar Kuliner Tradisional di Kepulauan Kei"