Sebelum agama-agama besar datang ke bumi raja-raja (Maluku), kepulauan kei sudah menganut kepercayaan lokal. Mereka percaya bahwa roh, batu, pohon besar, tempat-tempat keramat dan alam semesta memiliki kekuatan mistik. Dari sinilah lahir berbagai bentuk pemujaan terhadap benda-benda tersebut, yang kemudian oleh para pakar menyebutnya sebagai kepercayaan anemisme dan dinamisme.
Banyak bentuk pemujaan salah satunya yaitu tarian minta hujan, yang saat ini tidak lagi bernilai mistik tetapi dilestarikan sebagai warisan budaya.
Tarian pemanggil hujan atau minta hujan merupakan salah satu tarian yang ditampilkan saat musim kemarau yang berkepanjangan. Tarian ini biasanya ditarikan di pinggir pantai saat air sedang surut besar yang oleh masyarakat maluku dan papua pada umumnya menyebut air surut besar sebagai meti kei.
Ritual pemanggil hujan dalam bentuk tarian di kepulauan kei ditarikan oleh kaum wanita dan diutamakan kepada mereka yang masih gadis, sedangkan kaum pria (pemuda) memukul dua buah batang bambu yang menghasilkan suara musik trasdisional. Alat pemukul berasal dari bambu pula.
Ritual dan pemujaan terhadap alam semesta bukan tentang menyembah alam sebagai Tuhan, tetapi sebagai bentuk peringatan bahwa alam semesta ini saling berhubungan, sehingga menjaga kelestarian alam sudah menjadi tanggung jawab semua generasi manusia.
Banyak bentuk pemujaan salah satunya yaitu tarian minta hujan, yang saat ini tidak lagi bernilai mistik tetapi dilestarikan sebagai warisan budaya.
Tarian pemanggil hujan atau minta hujan merupakan salah satu tarian yang ditampilkan saat musim kemarau yang berkepanjangan. Tarian ini biasanya ditarikan di pinggir pantai saat air sedang surut besar yang oleh masyarakat maluku dan papua pada umumnya menyebut air surut besar sebagai meti kei.
Ritual pemanggil hujan dalam bentuk tarian di kepulauan kei ditarikan oleh kaum wanita dan diutamakan kepada mereka yang masih gadis, sedangkan kaum pria (pemuda) memukul dua buah batang bambu yang menghasilkan suara musik trasdisional. Alat pemukul berasal dari bambu pula.
Ritual dan pemujaan terhadap alam semesta bukan tentang menyembah alam sebagai Tuhan, tetapi sebagai bentuk peringatan bahwa alam semesta ini saling berhubungan, sehingga menjaga kelestarian alam sudah menjadi tanggung jawab semua generasi manusia.