Model Pembelajaran Advance Organizer

Model Pembelajaran Advance Organizer

Model Pembelajaran Advance Organizer merupakan salah satu model dalam rumpun model pemrosesan informasi. Para ahli sering menafikan efektivitas metode mengajar presentasi atau ekspositori. Hal ini dikarenakan metode tersebut menggunakan ceramah. Metode tersebut dianggap lemah karena aksentuasinya pada hafalan. Oleh karena itu peserta didik pasif dan mencerna materi pelajaran tanpa makna.

Pendapat tersebut, ditentang oleh David Ausubel (1968). Ausubel berpendapat bahwa dengan menggunakan model pendekatan belajar verbal, kelemahan di atas, dapat diperbaiki sehingga  pembelajaran menjadi meaningful.

Ausubel mendasarkan pandangan teorinya pada tiga hal: 1) bagaimana ilmu  itu diorganisasikan, yakni bagaimana isi kurikulum itu di tata; 2) bagaimana proses berpikir itu terjadi bila berhadapan dengan informasi baru, artinya bagaimana proses berpikir ketika proses belajar terjadi dan 3) bagaimana seharusnya guru mengajarkan  informasi baru itu sesuai dengan teori belajar.

Berdasarkan teori di atas, Ausubel mengajukan konsep yang disebut dengan istilah Advance Organizer. Advance Organizer, merupakan organisator tertinggi yang bersifat utuh dan komprehensip dari suatu materi yang ingin diajarkan.

Advance Organizer adalah kerangka dasar yang menjadi batang tubuh materi yang akan dipresentasikan. Isinya merupakan penjelasan, integrasi dan interelasi konsep-konsep dasar dengan struktur organisasi tertinggi dan umum dari materi yang akan diajarkan.

Advance Organizer  dengan demikian, bukan abstraksi atau kesimpulan bahan. Sebaliknya, Advance Organizer adalah kerangka utama yang disusun berdasarkan konsep-konsep dasar, proposisi, generalisasi, prinsip-prinsip dan hukum-hukum yang ada dalam suatu disiplin ilmu. Kerangka ini menjadi pengantar tugas pembelajaran peserta didik. Penyusunannya, memerlukan waktu karena bahan itu harus dipelajari, dimengerti dan dikuasai terlebih dahulu. Metode ini ingin memperbaiki kelemahan metode presentasi dengan jalan menyeleksi, mengorganisasi dan menyampaikan informasi baru. Tujuannya adalah membantu peserta didik mempelajari dan menguasai bahan yang diajarkan (subject mater).

Tugas utama guru  adalah menyajikan atau mempresentasikan  kerangka utama ini sedangkan peserta didik berusaha menguasai ide dan informasi itu. Model Pembelajaran  Advance Organizer, amat bersifat deduktif, karena itu presentasi diawali  dari penyajian konsep-konsep dan prinsip-prinsip umum kemudian dilanjutkan dengan penguraian lebih khusus.Hal ini tentu berbeda dengan penyajian induktif yang mengarahkan peserta didik berpikir dari kasus-kasus khusus atau fakta-fakta khusus untuk kemudian menemukan kembali kesimpulan umum atau konsep-konsep umum.

Fungsi struktur kognisi yang sudah ada pada diri seseorang oleh Ausubel menjadi faktor utama yang amat menentukan apakah sesuatu materi atau informasi baru mempunyai makna atau tidak dan sejauhmana materi baru itu dapat dipelajari dan disimpan. Tugas guru sebelum materi baru dipresentasikan adalah memperkuat struktur kognitif peserta didik. Guru perlu membenahi dan meningkatkan stabilitas dan kejelasan pengetahuan yang telah ada dalam pikiran peserta didik.Kondisi ini akan mempermudah peserta didik membuat hubungan dengan pengetahuan yang baru.

Bagaimana caranya suatu mata pelajaran diorganisasi, kondisinya kurang lebih sama dengan bagaimana cara manusia menyusun dan menata pengetahuan dalam pikiran atau mind. Struktur ini membentuk suatu sistem informasi dalam otak yang kemudian berfungsi sebagai peta kognitif yang digunakan untuk menganalisis dan memecahkan berbagai masalah.

Mind tidak lain adalah kehidupan mental yang menganut sistem pemrosesan dan penyimpanan informasi. Struktur pengetahuan yang terdapat dalam pikiran manusia persis sama dengan struktur sesuatu disiplin ilmu. Di dalam mind  manusia, informasi itu disusun dan ditata sesuai dengan urutan-urutan hierarkisnya.

Meaningful learning (belajar bermakna) hanya dapat tercapai bilamana terjadi keterkaitan intelektual antara apa yang telah dipelajari peserta didik dengan pengetahuan yang baru. Dalam konteks itu sesuatu materi bermakna atau tidak tergantung bukan pada metode penyampaiannya akan tetapi, tergantung pada peserta didik dan materi itu sendiri .

Pembelajaran menjadi bermakna, bila peserta didik memulainya dengan cara yang benar, dan bila materi itu secara potensial mengandung makna. Berbeda halnya dengan belajar menghafal atau role learning. Belajar menghafal adalah lawan dari belajar bermakna. Belajar dengan hafalan tidak membentuk kemampuan berpikir konseptual dan kritis, tidak terjadi transformasi pengetahuan yang sesungguhnya dan sulit penerapannya dalam konteks yang lain atau situasi baru. Di samping itu materi yang dihafal, amat mudah sekali dilupakan.

Langkah-langkah pelaksanaan Model Pembelajaran  Advance Organizer  dilakukan lewat tiga fase: Untuk mempermudah pemahaman pembaca tiga langkah tersebut penulis sajikan dalam gambar berikut.
Model Pembelajaran Advance Organizer
Model Pembelajaran Advance Organizer
Fase ini terdiri atas tiga kegiatan antara lain: penyampaian tujuan pembelajaran, menyajikan secara singkat kerangka dasar (Advance Organizer), menjelaskan pengertian setiap atribut yang terdapat di dalamnya dan merangsang kembali pengetahuan dan pengalaman peserta didik yang sudah ada agar sesuai dengan konteks yang diajarkan (melakukan apersepsi).Cara yang dilakukan misalnya: memberikan beberapa contoh, ilustrasi atau pertanyaan pembuka dan sebagainya.

Fase kedua, eksplorasi lebih lanjut mengenai kerangka yang telah diajarkan menjadi tugas belajar atau materi pembelajaran. Esensi materi yang disajikan itu tidak cukup hanya  dengan definisi. Maka, guru mesti memberi penjelasan lebih lanjut. Dalam konteks itu guru dan peserta didik bersama-sama mengembangkan kerangka Advance Organizer itu menjadi materi yang secara logis dapat dimengerti peserta didik terutama tentang keterkaitan unsur-unsur yang terdapat di dalamnya. Mungkin diperlukan pengulangan sehingga materi itu menjadi familiar bagi peserta didik.

Fase ketiga, bertujuan memperkuat struktur kognitif peserta didik. Fase ketiga berbeda dengan fase kedua. Pada fase ketiga lebih ditekankan pada keaktifan peserta didik. Peserta didik harus lebih banyak mengambil inisiatif bertanya dan mengajukan komentar. Peserta didik dan guru akan banyak berdiskusi pada fase ini. Peserta didik diharapkan mampu mengintegrasikan materi yang telah dipelajari dengan materi baru.

Respon peserta didik akan sangat ditentukan oleh  kebermaknaan materi baru yang diajarkan itu; apa bedanya dengan apa yang telah diketahui, relevansinya dengan kebutuhan pribadi peserta didik dan bagaimana materi tersebut mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.

Kunci utama model pembelajaran Advance Organizer terletak pada kemampuan guru mengorganisasikan dengan baik materi yang diajarkan. Materi yang diorganisasi dengan baik ditandai antara lain: hubungan yang terintegrasi dan tepat antara kerangka utama (organizer) dengan isi materi yang diajarkan. (Patris Rahabav: 2015)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama