Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Al-Quran Surat Maryam Ayat 1-11: Teks Arab, Artinya dan Tafsir Tentang Doa Nabi Zakaria

Al-Quran Surat Maryam Ayat 1-11: Teks Arab, Artinya dan Tafsir Tentang Doa Nabi Zakaria

Surat Maryam ayat 1 - 11 mengisahkan tentang Nabi Zakaria a.s, yang sudah tua namun belum memiliki seorang anak, kemudian beliau berdoa kepada Allah untuk dianugrahi keturunan, kemudian Allah mengabulkan doanya. Walaupun istri Nabi Zakaria a.s. adalah seorang yang mandul, namun dengan kuasa Allah dia hamil.

Allah menjawab doa Nabi Zakaria a.s. dengan memberinya seorang anak laki-laki dan melalui perintahNya ketika anak itu lahir nanti akan diberi nama Yahya. Doa Nabi Zakaria untuk mendapatkan anak laki-laki ini agar menjadi pembimbing anak keturunan Nabi Ya’qub a.s.

Seorang putra yang dirindukan inipun lahir, kemudian tumbuh besar, dididik dengan tauhid, diangkat menjadi Nabi dan melanjutkan risalah Nabi Zakaria a.s. dan nabi-nabi sebelumnya.

Untuk lebih lengkapnya tentang ini dapat dilihat dalam tafsir surat masyam ayat 1-11 sebagai berikut.

كٓهيعٓصٓ  

(1)  Kaaf Haa Yaa 'Ain Shaad.

Telah diterangkan dalam tafsir permulaan Surah al-Baqarah bahwa permulaan Surah-surah yang dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah seperti Alif Lam Mim, Kaf Ha Ya 'Ain shad dan sebagainya termasuk ayat "Mutasyabihat" yang arti sesungguhnya hanya diketahui oleh Allah tujuannya agar jadi peringatan dan menambah perhatian tentang Al-Qur'an yang banyak mengandung hikmah dan rahasia yang mendalam.

ذِكۡرُ رَحۡمَتِ رَبِّكَ عَبۡدَهُۥ زَكَرِيَّآ  

(2) (Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakaria,

Tafsir - Yang dibaca ini adalah penjelasan tentang rahmat Tuhanmu yang dilimpahkan kepada seorang hamba-Nya yang sudah tua, yaitu Nabi Zakaria a.s. ketika beliau berdoa supaya diberi seorang anak yang saleh. Nabi Zakaria berasal dari keturunan Bani Israil yang menjadi nabi setelah Nabi Yunus untuk memimpin kaumnya.

إِذۡ نَادَىٰ رَبَّهُۥ نِدَآءً خَفِيّٗا  

(3) yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.

Tafsir - Yaitu tatkala beliau berdoa dengan suara lembut lagi menyendiri dalam mihrabnya, supaya diberi keturunan yang akan melanjutkan tugas kerasulan. Doanya itu sengaja diucapkan dengan suara yang lembut dan dalam keadaan sunyi, supaya terasa lebih ikhlas dan terkabul. Kemudian Al-Qur'an menyebutkan bagaimana bunyi doanya itu. Berdoa memang diperintahkan Allah kepada kita semua dengan tawadhu, yaitu rendah hati serta dengan suara yang lembut, tidak menjerit-jerit, seperti disebutkan dalam firman Allah:

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (al-A'raf/7: 55)

قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ ٱلۡعَظۡمُ مِنِّي وَٱشۡتَعَلَ ٱلرَّأۡسُ شَيۡبٗا وَلَمۡ أَكُنۢ بِدُعَآئِكَ رَبِّ شَقِيّٗا  

(4) Ia berkata "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku.

Tafsir - Nabi Zakaria dalam doanya antara lain mengemukakan, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku memohon terkabulnya doaku ini, karena beberapa sebab yang aku yakini akan membuka rahmat karunia-Mu. Pertama, aku telah mencapai usia yang sangat tua yaitu hampir sembilan puluh tahun, di mana aku sudah merasa tulang-tulangku sudah lemah, dan kelemahan kerangka badan itu mengakibatkan pula kelemahan yang menyeluruh dalam seluruh tubuhku, dan seorang yang sudah tua seperti aku ini, sangat pantas untuk disayangi dan dikasihani. Kedua, di kepalaku sudah penuh dengan uban, sehingga siapapun yang memandang kepadaku pasti menaruh belas kasihan dan tergerak hatinya untuk memenuhi permohonanku. Ketiga, aku selama ini belum pernah dikecewakan dalam berdoa kepada Engkau, Ya Tuhan, sejak aku masih muda, apalagi sekarang di mana kelemahanku telah nampak secara keseluruhan." 

Nabi Zakaria sendiri mengetahui bahwa jika doanya dikabulkan, akan membawa banyak perbaikan dalam bidang agama dan kemasyarakatan. Karena itu beliau melanjutkan doanya seperti disebutkan pada ayat berikut ini.

وَإِنِّي خِفۡتُ ٱلۡمَوَٰلِيَ مِن وَرَآءِي وَكَانَتِ ٱمۡرَأَتِي عَاقِرٗا فَهَبۡ لِي مِن لَّدُنكَ وَلِيّٗا  

(5) Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera,

Tafsir - Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap orang-orang yang akan mengendalikan dan memimpin umatku, karena tidak ada seorangpun yang dapat dipercaya di antara mereka itu, oleh sebab itu aku mohon dianugerahi seorang anak. Walaupun istriku mandul dan aku sendiri telah sangat tua, tetapi hal ini tidak menyebabkan aku berputus asa, karena percaya atas kebijaksanaan dan kekuasaan Allah Yang Mahaagung. Berputus asa memang dilarang oleh Allah, seperti pada beberapa firman-Nya, yaitu: "dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir." (Yusuf/12: 87)

Dan firman Allah: "Dia (Ibrahim) berkata, "Tidak ada yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang yang sesat." (al-hijr/15: 56)

يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنۡ ءَالِ يَعۡقُوبَۖ وَٱجۡعَلۡهُ رَبِّ رَضِيّٗا  

(6) yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai".

Tafsir - Ayat ini menyebutkan isi doa Nabi Zakariya, Ya Tuhan, berikanlah kepadaku keturunan yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Yakub dan jadikanlah ia seorang yang patut lagi taat dan diridai oleh-Mu, karena mempunyai akhlak dan budi yang luhur lagi mulia, dapat dijadikan suri tauladan oleh sekalian pengikutnya.

Doa memohon keturunan yang saleh dan kelak menjadi pemimpin bagi orang yang bertakwa memang diperintahkan Allah, seperti pada firman-Nya:

Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa." (al-Furqan/25 :74)

يَٰزَكَرِيَّآ إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَٰمٍ ٱسۡمُهُۥ يَحۡيَىٰ لَمۡ نَجۡعَل لَّهُۥ مِن قَبۡلُ سَمِيّٗا

(7) Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia.

Tafsir - Dalam ayat ini Allah memberitahukan tentang dikabulkannya doa Zakaria a.s. dan pemberian nama putranya langsung dari Allah sendiri. Allah berfirman kepada Zakaria, bahwa sesungguhnya Allah memberi kabar gembira kepadanya, bahwa permohonannya untuk dianugerahi seorang putra akan terkabul, dan telah disiapkan pula supaya anaknya itu jika lahir diberi nama Yahya dan nama itu belum pernah diberikan kepada seorang pun sebelum dia.

قَالَ رَبِّ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي غُلَٰمٞ وَكَانَتِ ٱمۡرَأَتِي عَاقِرٗا وَقَدۡ بَلَغۡتُ مِنَ ٱلۡكِبَرِ عِتِيّٗا  

(8) Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal isteriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua".

Tafsir - Nabi Zakaria a.s. setelah diberitahu akan mempunyai seorang putra bertanya kepada Allah. Pertanyaan itu timbul bukan karena keragu-raguan tentang kekuasaan Allah, akan tetapi untuk mendapat penjelasan tentang caranya, karena beliau merasa sudah tidak mampu lagi untuk memiliki putra, dan istrinya mandul. Apakah beliau akan dijadikan seperti seorang pemuda lagi dengan kekuatan fisik yang cukup, atau istrinya akan dikembalikan menjadi seorang perempuan muda yang dapat melahirkan seorang anak, ataukah beliau harus kawin lagi dengan seorang perempuan lain yang tidak mandul? Karena Zakaria sangat gembira dengan berita akan mendapat seorang anak itu, dan beliau penuh dengan rasa keheranan tentang cara-cara pelaksanaannya, maka beliau tidak dapat menahan diri untuk menanyakan hal itu kepada Tuhannya. Maka dijawab dengan firman Allah pada ayat berikut ini:

قَالَ كَذَٰلِكَ قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٞ وَقَدۡ خَلَقۡتُكَ مِن قَبۡلُ وَلَمۡ تَكُ شَيۡ‍ٔٗا  

(9) Tuhan berfirman: "Demikianlah". Tuhan berfirman: "Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan sesunguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali".

Tafsir - Ayat menjelaskan bahwa Zakariya akan dianugerahi seorang putra, walaupun ia sudah sangat tua dan istrinya mandul. Hal itu adalah mudah bagi Tuhan. Kalau Allah mampu menciptakan Adam dari yang tidak ada sama sekali kemudian menjadi ada, maka menciptakan seorang anak dari yang ada, yaitu Zakaria dan istrinya adalah lebih mudah bagi Allah. Beberapa firman Allah berikut ini menunjukkan bahwa tidak ada kesulitan sedikitpun bagi Allah untuk menciptakan segala yang dikehendaki-Nya antara lain yaitu : Tidakkah engkau tahu bahwa Allah mengetahui apa yang di langit dan di bumi? Sungguh, yang demikian itu sudah terdapat dalam sebuah Kitab (Lauh Mahfudz). Sesungguhnya yang demikian itu sangat mudah bagi Allah. (al-hajj/22: 70)

Dan firman Allah: Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah memulai penciptaan (makhluk), kemudian Dia mengulanginya (kembali). Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. (al-'Ankabut/29: 19)

قَالَ رَبِّ ٱجۡعَل لِّيٓ ءَايَةٗۖ قَالَ ءَايَتُكَ أَلَّا تُكَلِّمَ ٱلنَّاسَ ثَلَٰثَ لَيَالٖ سَوِيّٗا 

(10) Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda". Tuhan berfirman: "Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat".

Tafsir - Kemudian Nabi Zakaria memohon kembali kepada Allah supaya diberi tanda-tanda bahwa anaknya itu segera akan dilahirkan, agar hatinya tambah tenteram dan rasa syukurnya bertambah dalam. Beliau berkata, "Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda yang dapat menambah ketenteraman hatiku tentang terlaksananya janji engkau itu." Hal seperti ini pernah terjadi pula pada Nabi Ibrahim a.s. ketika ditanya, "Apakah engkau belum percaya bahwa Allah kuasa menghidupkan yang telah mati?" Beliau menjawab, "Sungguh aku percaya, akan tetapi aku bertanya supaya bertambah tenteram hatiku." Sebagaimana tersebut dalam firman Allah:

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati." Allah berfirman, "Belum percayakah engkau?" Dia (Ibrahim) menjawab, "Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap)." Dia (Allah) berfirman, "Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera." Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana. (al-Baqarah/2: 260)

فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوۡمِهِۦ مِنَ ٱلۡمِحۡرَابِ فَأَوۡحَىٰٓ إِلَيۡهِمۡ أَن سَبِّحُواْ بُكۡرَةٗ وَعَشِيّٗا  

(11) Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.

Tafsir - Nabi Zakaria a.s. keluar dari mihrab menuju kaumnya, yang sudah lama menunggu karena kebiasaan mereka ikut salat berjamaah bersama di tempat beribadatnya pada pagi dan petang hari. Mereka bertanya, "Gerangan apa yang menyebabkan beliau terlambat membuka pintu mihrabnya." Lalu beliau memberi isyarat kepada mereka, supaya bertasbih mensucikan Allah dari kemusyrikan dan dari tuduhan mempunyai anak dan dari setiap sifat yang tidak layak bagi Allah. Mereka diperintahkan supaya banyak bertasbih di waktu pagi dan petang.

Dai ayat-ayat di atas, dapat kita ambil pelajaran bahwa doa dan usaha itu sangat penting dalam hal apapun di dunia ini. Seperti halnya Nabi Zakaria a.s yang sudah tua dan istrinya mandul, namun bisa mendapatkan anak laki-laki yang beliau inginkan dengan berdoa dan berusaha. Sehingga kita sebagai manusia biasa harus menjadikan ini sebagai contoh dan teladan dalam hidup.

Posting Komentar untuk "Al-Quran Surat Maryam Ayat 1-11: Teks Arab, Artinya dan Tafsir Tentang Doa Nabi Zakaria"