Festival Danau Sentani, Festival Belasan Suku Papua Yang Memukau Mata

Festival Danau Sentani, Festival Belasan Suku Papua Yang Memukau Mata
Bila berkunjung ke pulau Papua, jangan lupa menyaksikan acara paling meriah. Apalagi bila bukan festival pariwisata Danau Sentani. Sebuah momen di mana para belasan suku yang ada di daerah tersebut mengadakan perayaan secara besar-besaran.

Mulai diselenggarakan pada tahun 2007, menjadi festival tahunan masuk dalam daftar kalender wisata. Banyak diikuti oleh para turis Belanda serta lokal. Diadakan pada bulan Juni setiap tahunnya selama lima hari berturut-turut.

Diadakan pada bulan Juni selama lima hari berturut-turut setiap tahunnya. Diisi dengan aneka macam tarian adat di atas perahu, termasuk tarian perang khas Papua, upacara adat penobatan Ondoafi, sajian berbagai kuliner serta lagu-lagu daerah setempat.

Dikuti oleh seluruh paguyuban di kabupaten Jayapura dan kota Jayapura itu sendiri. Menjadi bukti nyata tentang pemeliharaan kerukunan persatuan kesatuan antar sesama ras, suku, dan agama, mengingat Papua terdiri dari ratusan suku-suku kecil dan rawan sekali terjadi gesekan atau bentrok. Selain itu pula banyak digelar karnaval Nusantara seperti : pagelaran budaya, pameran barang seni dan tour wisata.

Sentani merupakan danau terbesar di wilayah Papua juga nama bandara di Jayapura. Istilah Sentani sendiri terdiri dari berbagai macam versi. Suku Sentani memakai istilah ‘’buyakha’’ menyebut daerah tersebut sebagai tempat tinggal mereka. Dalam bahasa Sentani ‘’bu’’ berarti air dan ‘’yakha’’ berarti tempat kosong.

Sedang versi lain mengklaim bahwa kata ‘’Sentani’’ berasal dari kata ‘’endeni’’ yang berarti tiba di sini. Hal ini berkaitan dengan asal-usul perjalanan nenek moyang Sentani dari Papua Nugini, menuju arah barat dan tiba di danau dan menetap di sana. Sementara versi lain menyebutkan jika ‘’Sentani’’ berasal dari ‘’hedam’’ yang akhirnya lambat laun lafalnya berubah menjadi ‘’setam’’, dan dari kata setam inilah akhirnya muncul kata Sentani.

Ada sebuah legenda yang mengiringi danau yang memiliki luas 9. 635 hektar nan indah itu. Seperti biasa masyarakat Indonesia akrab sekali dengan mito sesuatu yang beraroma eksentrik. Tak terkecuali dengan eloknya nama Sentani sendiri.

Berawal dari kisah penunggang naga yang terdampar di sekitar Sentani. Sang naga mati namun penunggangnya masih hidup. Beranak pinak hingga memunculkan sebuah kehidupan baru di lokasi tersebut. Penduduk setempat meyakini bahwa naga yang mati itu berujud berupa 22 pulau kecil yang ada di area danau. Ekor naga di sebelah barat dan kepalanya berada di daerah timur.

Pulau-pulau tersebut dihuni oleh suku Sentani yang membentuk 24 kampung adat. Di mana pada masa Perang Dunia kedua, pernah menjadi area latihan pendaratan pesawat amfibi. Tempat itu dulunya dibangun oleh tentara Jepang, namun kemudian diambil alih Amerika Serikat pada tahun 1944 bernama Jendral Mac Arthur.

Penduduk Papua diidentifikasikan sebagai orang dengan tubuh tinggi besar, rambut keriting dan berkulit hitam. Bila dilihat sekilas memang sangat menyeramkan. Tapi bukan berarti mereka tidak ramah kepada para pendatang yang berkunjung ke daerah wisata itu, justru mereka sangat antusias dengan orang yang mengajaknya berkenalan.

Dan berbicara tentang kuliner di daerah tersebut rasanya akan membuat orang tertarik penasaran. Ada berbagai menu yang dapat memanjakan lidah wisatawan, antara lain :

Papeda

Papeda adalah bubur sagu khas Maluku dan Papua. Biasanya disajikan dengan kuah bumbu kuning, bentuknya seperti lem, bening dan lengket. Cara makannya diseruput dari piring atau digulung-gulung terlebih dahulu dengan sebuah sumpit.

Bakar Batu

Bakar batu merupakan ritual masak bersama satu kampung dalam rangka merayakan sebuah acara. Bahan makanan diletakkan di atas batu yang dibakar, berisi : daging wagyu, kentang, talas, jagung juga aneka sayur. Disajikan bersama 3 macam sambal.

Sagu Lempeng

Sagu memang merupakan bahan pokok makanan orang Papua, hingga produk makanan ringanpun terbuat dari bahan yang sama pula, karena secara kebetulan hasil bumi yang dihasilkan sangat melimpah. Sagu lempeng dipanggang, tapi terlebih dahulu tepung sagu ditempatkan pada sebuah wadah yang terbuat dari tanah liat. Di mana warnanya akan berubah menjadi warna merah ketika sudah matang. Dan kini semakin bervariasi dengan adanya penambahan gula dan kacang. Dimakan seketika selagi masih hangat, bila sudah dingin rasanya kurang begitu enak. Oleh sebab itu bila hendak dijadikan oleh-oleh, maka sebaiknya Anda memesannya terlebih dahulu.

Ikan Bungkus

Ikan bungkus atau lebih dikenal dengan ikan pepes ternyata juga ada di Papua, sebab pulau itu memang mengandalkan hasil laut sebagai sumber kehidupan masyarakat di sana. Pengolahannya dengan cara dipanggang. Hanya yang menjadi pembeda adalah ikan tidak dibungkus dengan daun pisang melainkan daun talas. Rasanya sama enak dan sedapnya.

Kue Lontar

Kue lontar itu sejenis pie susu berbentuk mangkok bercitarasa manis serta gurih. Bahan yang dipergunakan: tepung terigu, margarin, vanili, serta susu. Kue tersebut kerap hadir di acara perayaan hari raya Idul Fitri.

Kue Bagea

Kue bagea memakai tepung sagu sebagai bahan dasarnya sama dengan jenis kue lain. Sebagai teman minum teh atau kopi. Cara memakannya ada yang dicelupkan ke dalam minuman tersebut.

Di Papua banyak juga hotel, penginapan, kafe serta resto sebagai penunjang kenyamanan Anda, selama berkunjung ke tempat wisata tersebut. Jadi jangan pernah mencemaskan sesuatu di sana tidak memperoleh keinginan seperti yang Anda harapkan ya. Semua sangat lengkap tersedia.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama